11. Answer

759 107 17
                                    

Malam itu menjelma menjadi kabut pagi.
Menghilang saat sang surya menampakkan diri.
Ingatan tentang kita mengakar sampai ke inti hati.

Tatapan itu sedalam samudera.
Senyumannya mampu menaklukkan dunia.
Tawanya lebih merdu dari suara ombak.
Dan sentuhannya selembut memegang gelembung sabun yng mudah pecah.

Semua itu hilang,
hilang bersama angin musim panas.
Dengan segelas anggur,
akan kubiarkan semua melebur di atas tungku kenyataan.

Merekahlah bunga harapan.
Indah lah bersama mereka yang masih percaya.

Namun, di taman itu kulihatnya mati,
diiringi elegi di sore hari.

.

.

Jungwon menatap tulisannya. Hampir satu jam ia duduk di kamar barunya itu. Banyak coretan di sana-sini. Titik noda tinta pena juga menandai tangan Jungwon. Saat ia mengusapnya, noda itu membias dan semakin panjang. Maka ia biarkan tangannya kotor.

Satu minggu penuh ia dibantu teman-temannya membereskan galeri sekaligus rumah barunya. Lokasinya melipir sekitar satu jam dari pusat kota. Lingkungan yang diimpikan Jungwon. Dengan taman yang luas, pohon yang rindang, suasana yang tidak terlalu ramai, dan juga ada aliran sungai yang jernih tidak jauh dari tempatnya ini.

Besok adalah hari terakhir sebelum galerinya resmi dibuka. Besok juga Sunghoon datang. Lusa pemuda itu ada pertandingan di Busan. Jadi ia harus latihan beberapa hari ke belakang dan baru bisa mengunjungi Jungwon besok.

Dilihatnya ponsel di meja. Satu pesan dari Sunghon. Pas sekali padahal baru saja Jungwon memikirkannya.

Kak Sunghoon
| Besok mau dibawaiin apa?

Jungwon tersenyum singkat. Ia ketikkan beberapa kata di sana lalu ia kirim pesan itu. Tidak lama untuknya mendapat balasan dari Sunghoon.

Kak Sunghoon
| Yakin cuma itu doang? Gak mau yang lain?

Lagi, Jungwon balas pesan itu. Sekarang ia hanya mendapat satu kata balasan.

Kak Sunghoon
| Ok!

Jungwon letakkan kembali ponselnya. Kembali ia lihat tulisannya yang berantakkan itu. Ia sudah mengambil keputusan. Mau tidak mau harus ada yang direlakan. Kenangan masa lalunya atau harapan di masa depannya.

Ia bangkit untuk mengambil kotak kosong berwarna hitam serta jurnal yang sudah dua bulan tidak ia sentuh. Kemudian ia duduk lagi di kursi kerjanya.

Hatinya masih saja perih melihat kumpulan foto itu. Apa kabar dia? Sudah dua bulan namun tetap tidak ada tanda-tanda jika Jungwon akan bertemu lagi dengan pemuda itu. Pernah suatu ketika Jungwon ingin mencari nama Jay di media sosialnya. Tapi ia terlanjur takut. Takut jika ia menemukan pemuda itu dan kembali larut dalam perasaan itu.

Jungwon sudah mengambil keputusan dan akan ia hadapi itu besok. Ketika Sunghoon datang.

Jungwon menaruh jurnal dan segala hal yang berhubungan dengan Wina ke dalam kotak hitam. Ia taruh kotak itu di atas lemari dan menutupnya lagi dengan kotak-kotak yang lain. Berharap segala hal tentang dua bulan lalu terlupakan.

——*——

Rumah itu terdiri atas dua lantai. Lantai bawah khusus untuk galeri dan workshop. Serta lantai atas untuk kediaman pribadi Jungwon. Arsitektur bangunan itu bergaya scandinavian dengan warna putih yang mendominasi serta cokelat untuk beberapa detailnya. Sistem pencahayaannya mengandalkan cahaya alami, yaitu sinar matahari. Sehingga jika menjelang sore, di setiap ruangan terkena bias jingga dari langit barat. Sangat cantik.

Sonnenblume [jaywon] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang