Bab 2 ~

24 3 0
                                    

•𝐁𝐥𝐨𝐨𝐝𝐲 𝐄𝐧𝐜𝐨𝐮𝐧𝐭𝐞𝐫•

=•=
"When rich criminals need poor people, poor people may make whatever price they want."
-William Shakespeare-
=•=


Samuel PoV

BlackStone, Los Angeles pukul 23.50 pm.

Gerbang hitam dengan huruf B&S didepannya terlihat jelas di hadapanku. kubuka kaca mobil, sambil menyebutkan kata kunci untuk masuk kedalam. Menyebalkan, aku melupakan kartu akses ku. Dengan itu aku tidak perlu membuang waktu membuka kaca mobil dan menyebutkan kata kunci. Sia-sia saja.

Gerbang terbuka otomatis. Kembali ku tancap pedal gas untuk masuk kedalam. Menuju basemen VVIP milikku. Tiga orang penjaga basemen melihat takut ke arahku. Seperti ada monster yang mengikuti ku dari belakang. Ups, akulah monster itu.

Aku tidak memperdulikan tiga orang bodoh itu, lebih baik aku mengistirahatkan kedua tangan dan kakiku. Dan kemungkinan pria tua bangka itu sudah menunggu. Jika bukan karena jaminannya, aku tidak akan ada disini. Kita lihat jaminan apa yang akan pria tua itu berikan. Jika hanya sampah, dia akan benar-benar menjadi koleksi baruku malam ini.

Setengah perjalanan menuju tempat pertemuan, aku langsung disambut dengan teriakan seseorang yang sama gilanya denganku. Suaranya sangat tidak asing, bahkan aku sangat hapal apa yang akan dia katakan nanti.

"Well, well, well... lihat siapa yang datang malam-malam buta seperti ini. Sahabat lamaku! Samuel!" teriaknya dari sudut ruangan menuju ke arahku.

Sudut bibirku terangkat melihat sosok iblis berjalan kearah ku. Seorang psikopat tingkat akut tahap terakhir, Dion Hadwick. Pria gila dengan sejuta pisau di balik jass miliknya. Berhati-hatilah, dilarang untuk bertatapan dengannya lebih dari lima detik. Atau kau mati.

Aku? Tidak, itu tidak berlaku untukku. Sesama iblis kami saling bersaing dengan cara bersih. Itu adalah moto kami. Tapi itu hanya sebuah formalitas, bukan hal penting. Yang kutahu adalah, membunuh atau dibunuh. Aku lebih menyukai moto diriku sendiri. Terdengar lebih menantang dan tidak membosankan.

Tangannya merangkul erat, membuatku tidak tahan untuk menikamnya. "Lepaskan tanganmu, atau aku yang akan mematahkannya Mr. Hadwick." tegas ku padanya.

Pandanganku bertemu dengannya. Terlihat tidak terganggu sama sekali dengan perkataan ku barusan. GodDamn! kenapa aku harus bertemu dengannya, waktuku semakin terbuang sia-sia.

Menyingkirkan tangan kotornya dengan kasar. Sedikit menjauh untuk meredam emosi sesaat. Menyapu sedikit bagian pundak ku dari sisa jejak sidik jari miliknya.

Dion berdecih melihat tingkahku. "Cih! Aku sangat muak dengan tingkah berlebihan mu Sam." sungutnya tidak terima.

"Hah, kau terdengar seperti baru mengenalku Dion." membalasnya dengan tatapan malas.

"Katakan, apa yang membuatmu datang malam-malam begini? Timing yang sangat langka untuk seorang Samuel Vallery datang di waktu istirahat." pria ini benar-benar sangat hapal dengan kebiasaan ku.

"Bukan urusanmu Dion. Urus dirimu sendiri, kau membuang waktu emas ku. Back off!" tatapan menghunus ku berhasil membuatnya sedikit gentar.

Melanjutkan jalanku yang sempat terhenti. Ruangan pertemuan yang sudah dipersiapkan sebelumnya tidak jauh dari tempat ku bertemu dengan Dion. Pintu berdaun dua dengan bertuliskan VVIP ku masuki.

Secara bersamaan dua orang dalam ruangan berdiri menyambut ku. Mereka seorang pasangan tua, sekitar 40 tahun. Dilihat dari kerutan kulit di dahi mereka. Mereka tersenyum ramah dengan sedikit membungkuk padaku. Dasar Penjilat.

Bloody EncounterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang