'3' now what?

951 108 9
                                    

Jeno ingin mengubur diri rasanya, ia ingat sekali bahwa tadi sang kakak, Taeyong, menyuruhnya pergi ke sekolahan anaknya, Sungchan, untuk memberikan kaos olahraga dan bekal makan siang yang tertinggal.

Karena tidak ada satpam di pos depan Jeno terpaksa masuk lingkungan sekolah untuk memberikan kaos olahraga dan bekal Sungchan sendiri.

Selesai dengan urusannya Jeno kemudian melangkahkan kakinya untuk meninggalkan sekolah Sungchan, tetapi ia malah bertabrakan dengan salah satu siswa sekolah tersebut yang akhirnya membuatnya terjebak di sini. Di salah satu kursi cafe bersama ayah siswa yang tadi ia tabrak.

Ya, setelah mengatakan bahwa mereka masih ada urusan, ayah Chenle, siswa yang ia tabrak tadi mengajaknya untuk makan siang bersama. Karena Jeno yang merasa ia masih harus meminta maaf pun langsung menyetujui ajakan tersebut.

"Silahkan pesanannya." Ucap pelayan cafe setelah menyajikan pesanan mereka.

"Terimakasih." Balas Jeno dengan senyumannya.

Sepeninggal pelayan tersebut, tidak ada yang memulai percakapan dan suasana hening masih mendominasi.

"Maaf saya minum duluan." Izin Jeno pada Mark, karena tidak tahan dengan suasana hening serta  perdebatan tadi membuatnya haus.

Mark yang melihat itu sedikit mendenguskan tawa. Ia sedikit berdeham sebelum memulai pembicaraan,

"Maaf tiba-tiba mengajak anda ke sini. Saya hanya ingin membicarakan beberapa hal."

"Ah tidak apa-apa, saya paham, pasti anda sangat mengkhawatirkan Chenle yang bersama orang asing seperti saya."

"Sebelumnya saya ingin meminta maaf, perihal Ibu Guru Chenle yang tadi menyebut saya sebagai istri anda dan ibu dari Chenle. Itu karena perkataan lancang saya sebelumnya yang tiba-tiba menyebut diri saya sebagai ibu Chenle di depan mereka tadi."

"Sekali lagi saya minta maaf atas kelancangan dan perkataan tidak mendasar yang saya lakukan, segera saya akan melakukan konfirmasi dengan Ibu Guru Chenle yang sebenarnya."

Jeno terlihat benar-benar menyesal, tentunya karena ia sudah membuat kebodohan belum lagi jika yang ia lakukan ini akan berdampak lebih buruk. Maka dari itu ia meminta maaf dan berjanji memperbaiki semua.

"Kenapa anda melakukan itu? Kenapa anda tiba-tiba mengaku menjadi ibu Chenle?" Jawab Mark menghiraukan permintaan maaf Jeno.

Jeno mengernyitkan dahi sebelum menjawab,

"Bagaimana bisa saya hanya diam saja jika mendengar seorang anak dihina tidak memiliki ibu dan tidak pernah diajari ibunya?"

"Itu pastinya akan sangat menyakiti hati Chenle dan ibu Chenle jika mendengar itu. Dan tadi saya pikir hanya itu yang bisa saya lakukan untuk membela Chenle."

"Maka dari itu juga saya ingin meminta kontak ibu Chenle untuk meminta maaf."

Alasan yang diberikan Jeno mungkin sangat klasik, tapi Mark merasa sangat terkesan karena pria manis itu dengan baik dan berani membantu Chenle tanpa memikirkan hal apa yang mungkin akan ia hadapi setelahnya.

"Chenle tidak memiliki ibu, bukan tidak memiliki tetapi saya dan ibu Chenle sudah berpisah sejak lama. Dan saya tidak pernah memberi tahukan orang lain tentang ibu Chenle, bukan salah anda jika Bu Tina percaya dan benar-benar menganggap anda sebagai istri saya dan ibu Chenle."

Penjelasan Mark membuat Jeno kaget, Jeno juga baru sadar tadi guru Chenle tidak menatapnya aneh tetapi malah terlihat bahagia ketika ia mengatakan bahwa ia ibunya Chenle. Ternyata ini alasannya.

"Justru saya ingin berterimakasih kepada anda karena anda sudah mau membantu dan membela Chenle. Sehingga saya sadar bahwa di luar sana banyak orang yang menyayangi dan peduli pada Chenle."

Serendipity - MARKNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang