A ray of sunshine

521 12 3
                                    

"Bukannya ini hari yang sangat istimewah untukmu?, kenapa kau masih murung yuri?" Sharon mengusap bahu yuri, menyadarkan lamunan sahabatnya itu.

Yuri mendongak menatap teman satu flatnya, sharon dengan sorot mata sayu. Sudah Berjam jam dia memandangi gedung gedung pencakar langit seharian ini, terus memikirkan pria yg amat sangat ia cintai.
"Entalah, aku merasa ada yang mengganjal pikiranku"
"Haruskah aku merasa senang sharon mendengar seungri akan kesini?. Atau aku harus merasa khawatir akan hubungan kami selanjutnya?"
"Oh sungguh, kenapa aku berkata seperti itu! Kami hanya begitu dekat beberapa bulan saja" sambung yuri dengan senyum kecut.

Sharon sekali lagi mengusap bahu teman satu flatnya itu menenangkan. "Percayalah dia masih memiliki cinta dihatinya untuk dirimu yuri. Jangan seperti ini, aku tak bisa meninggalkan mu kalau kau seperti ini"
Sharon dilanda rasa khawatir akan sahabatnya ini, memang dia mengenal yuri tak lebih dari dua tahun terakhir, tapi dia amat sangat tahu sahabatnya ini mudah stress. Jika sudah begitu, sharon akan kuwalahan menanganinya.

Seperti satu tahun silam ketika dia baru saja menempati flat yang kini ditempatinya dengan yuri. Saat itu entah kenapa yuri sering pulang malam dan sering begadang, sharon kira yuri akan tetap menjaga kesehatan tubuhnya meskipun banyak pekerjaan yang harus dikerjakan, sperti dirinya tapi yuri berbeda, gadis itu ditemukan sharon terkapar dikamarnya setengah sadar dengan tubuh kurus kering, lingakaran hitam diseputar matanya, lebih mirip mayat hidup.

Dan ketika sharon membawa yuri kerumah sakit, dia baru mengetahui temanya itu mengidap bipolar disorder , semacam distress yang berat hingga seseorang yang mengidap penyakit ini biasanya maniac akan suatu hal. Dan yuri melakukan hal itu, begitu mencintai pekerjaannya hingga ia lupa makan dan menjaga kesehatannya.

"Ya tuhan, aku bahkan lupa kalau kau hari ini akan mengangkut barangmu untuk pindahan. Maafkan aku sharon" ucap yuri menyesal. Ada gurat kesedihan di matanya, bukan untuk kekasihnya melainkan untuk sahabat dan teman satu flatnya itu.

Yuri akan kehilangan sharon, gadis asal inggris, bermata hijau terang, berbut blonde khas orang inggris kebanyakan dengan tubuh kurus ramping, gadis itu akan melanjutkan studinya di jepang sambil menjajaki dunia modeling yang beberapa bulan lalu ia selama. Yuri akan sendirian lagi diflat yang ia tempati dengan sharon dua tahun belakangan.
"Apa yang bisa aku bantu?" Yuri mendongak kebalik bahu sharon, melihat tumpukkan kardus besar, sepertinya didalamnya terdapat pakaian dan barang-barang temannya itu.

Tapi sharon menggenggam lengan yuri, mencekram jemari yuri. Menatap bola mata hitam temannya. "Jangan pernah sakit ketika aku pergi, jaga dirimu baik-baik. Kau harus ingat makan dan menjaga kesehatan. Aku akan sering meneleponmu" yuri memeluk haru sahabatnya itu. Sungguh perpisahan ini begitu berat baginya. Kebersamaan mereka baru sebentar tapi sudah harus terpisah.

Yuri mengangguk dibahu sharon demgan urai air mata. "Aku akan menjaga diriku. Kau juga harus serimg mengabari aku. Temui sepupuku Jasmine, mungkin dia bisa membantumu disana" sharon mengangguk patuh.

Setelah berpelukan cukup lama dan mengantar sharon untuk menyetop taxi didepan lobi flat, yuri harus rela melepas sahabatnya itu.
"Maaf tak bisa mengantarmu smapai dibandara" ucap yuri menyesal.
"Tak masalah, aku tau flat kita sangat jauh dari bandara. Dan aku tau gadis kecilku ini sedang menunggu pangeran kuda putihnya" sharon mengerling menggoda.
"Bahkan disaat seperti ini kau masih sempat menggodaku" yuri melotot kearah sharon."sudahlah, cepat masuk, taximu sudah menunggu lama"
"Baiklah" sheron memeluk sahabatnya sekali lagi, tersenyum untuk terakhir kalinya. Dan berbalik masuk ke taxi yang akan dia tumpangi menuju bandara.

****

Seungri menapakkan kakinya dikota ini lagi. Kota yang sering ia datangi tapi tak sekalipun ia pernah berjumpa dengan gadis itu. Kota yang sering ia singgahi ketika kontrak kerjanya mengaruskan ia bekerja disini tapi tak sekalipun ia menemui gadis yang amat dicintainya, Los Angeles, USA.

Summer in SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang