PPN 1

683 39 6
                                    

"Assalamu'alaikum..." Seorang laki-laki bertubuh tegap masuk perlahan ke dalam sebuah ruang perawatan rumah sakit swasta di kota ini.

"Waa'alaikumsalam." Sahut pasangan suami istri paruh baya lirih. Arga tersenyum saat pintu sudah terbuka seluruhnya.

"Ya Allah Arga."

"Bu...." Laki-laki yang baru mengucapkan salam itu mendekat lalu menyalami Asri. "Pak..." Ia lalu menyalami Dudi.

"Sehat?" Tanya Dudi sumringah.

"Alhamdulillah, Pak. Maaf Arga baru ke sini sekarang. Arga baru saja sampai."

"Nggak apa-apa. Lancar?"

"Alhamdulillah."

"Selamat ya, Nak."

"Makasih, Bu. Pak."

Obrolan hangat ketiganya pun mengalir. Melepas rindu tentunya. Lima tahun pertama berpisah, mereka biasa bertemu satu hingga dua bulan sekali, lalu berkurang menjadi enam hingga satu tahun sekali. Terakhir saat Arga berkesempatan meneruskan study di luar negeri, mereka hanya berkomunikasi via telepon.

Dan saat Arga kembali tiba di tanah air, laki-laki tampan itu mendapat kabar jika Dudi jatuh sakit dan dilarikan ke rumah sakit. Ia pun segera memutuskan menemui laki-laki yang paling ia hormati itu.

"Bapak yang sehat. Arga belum balas kebaikan Bapak. Izinkan Arga membalas satu saja kebaikan bapak ke Arga." Ujar Arga sungguh-sungguh.

"Insyaallah Bapak akan terus sehat. Karena Bapak masih punya satu tanggung jawab lagi, Nova." Sahut Dudi pelan.

"Ohh iya, Nova udah segede apa sekarang?" Tanya Arga.

"Udah jadi anak kuliahan." Jawab Asri .

"Oya? Semester berapa, Bu?"

"Baru semester satu."

"Ohh...." Arga manggut-manggut.

"Ga..." Lirih Dudi.

"Iya, Pak."

"Bapak boleh tanya sesuatu?"

"Boleh, Pak. Mau tanya apa?"

"Kamu sudah punya pasangan?" Arga tersenyum simpul, ia bingung menjelaskan. Karena saat akan sidang tesis kemarin yang bertepatan dengan sidang skripsi Ayu, mereka sepakat break untuk sementara waktu. "Kalau belum, dan umur Bapak nggak panjang. Bapak mau titip Nova ke kamu."

"Insyaallah, Pak. Nova kan adik Arga juga."

"Jadikan dia pendamping kamu. Bimbing dia sebagai istri kamu."

Uhuk..uhuk... Arga sontak terbatuk-batuk.

"Bapak hanya percaya sama kamu. Bapak nggak tenang kalau sampai harus pergi ninggalin Nova sama orang yang Bapak nggak percaya. Itu pun kalau kamu nggak keberatan."

"I-ya." Sahut Arga terbata.

"Assalamu'alaikum..." Terdengar salam dari balik pintu.

"Waa'alaikumsalam." Sahut ketiganya sembari melirik ke arah pintu ruang perawatan Dudi.

"Nah ini yang tadi ditanyain." Seloroh Asri saat melihat putrinya yang datang. Dahi Nova berkerut. "Va, tebak deh ini siapa?" Nova yang serasa ditodong itu pun menggeleng lemah. "Ini Kak Arga." Ujar Asri.

"Hah? Kak Arga? Masya Allah pangling." Pekik Nova. Arga tersenyum tipis. Ia rindu pada adiknya itu tapi mendengar permintaan Dudi tadi membuat Arga serba salah.

"Apa kabar, Va?" Tanya Arga canggung.

"Baik. Kak Arga?"

"Alhamdulillah baik."

Perjanjian Pra-nikah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang