PPN 13

205 24 5
                                    

"Arga ke mana ya?!"

"Mandi mungkin. Ayo silakan di minum."

"Iya, makasih."

"Bu, besok pagi saya harus kembali ke Jakarta. Maklum pekerjaan di sana nggak bisa lama-lama ditinggal. Kalau boleh dan ibu berkenan. Sementara sebelum Ayu dapat tempat yang aman dan nyaman selama program pertukaran mahasiswanya, saya mau titip Ayu di sini. Saya merasa Ayu akan aman kalau di sini. Di sini ada ibu, ada Arga juga adiknya Arga."

Adik?! Jadi mereka benar-benar belum tahu status terbaru Arga dan Nova? Batin Asri.

Nova dan Arga yang baru turun itu pun saling lirik setelah secara samar mendengar permintaan Fani, ibu dari Ayu itu.

"Kak Ayu kalau mau ngekost, di deket kampus ada lho kost-an nyaman. Ada security, ada fasilitas WiFi, AC, sampai laundry pun ada. Emang sih agak mahal. Tapi nyaman banget." Seloroh Nova.

"Oya?!" Sahut Ayu.

"Iya." Angguk Nova.

"Tapi kejauhan ya kalau deket kampus ke sini." Timpal Fani.

Lha, emang anak ibu mau pertukaran mahasiswa apa mau pertukaran anak Bu?!

Arga lebih banyak diam. Bagaimana tidak ia tidak enak dengan Asri. Ibu angkat yang kini menjadi ibu mertuanya. Ia juga tidak ingin memancing emosi Nova.

"Gimana, Bu? Boleh nggak Ayu tinggal di sini?" Tanya Fani pada Asri.

"Mohon maaf Tante. Nanti secepatnya Arga carikan kost-an yang aman dan nyaman untuk Ayu." Putus Arga yang membuat Nova mendelik.

"Ohh ya sudah. Tapi nggak apa-apa dong kalau Ayu menumpang di sini sehari dua hari. Soalnya Tante besok harus ke Jakarta. Tante khawatir kalau harus ninggalin Ayu sendirian di hotel." Ujar Fani.

"Iya. Silakan." Lirih Asri.

Nova membulatkan mata mendengar persetujuan Asri. Sedang Arga menelan saliva, tidak enak hati. Siapa tahu bisa jadi ajang Ayu tahu kalau Arga sudah punya istri sekarang, batin Asri.

"Duuh terima kasih, Bu Asri." Asri mengangguk sembari mengulas senyum. "Kalau begitu saya sama Ayu mau ke hotel dulu. Saya mau siap-siap ke Jakarta, dan Ayu packing biar besok bisa menginap sementara waktu di sini."

"Iya."

"Arga keberatan nggak kalau anterin Tante sama Ayu ke hotel?" Tanya Fani.

"Hmmm... Arga ada pengajian. Nggak enak kalau sampai nggak datang. Kemarin udah janji soalnya. Arga pesen taksi online buat Tante sama Ayu ya?!"

Meski merasa tertolak Fani dan Ayu mengangguk setuju terlebih memang Arga kini sudah mengenakan Koko dan peci, siap berangkat ke mesjid.

"Calon mantu Soleh. Insyaallah jadi imam yang baik." Puji Fani.

***

"Nova mana, Bi?" Tanya Arga sekembalinya dari mesjid.

"Di kamarnya."

"Ibu?"

"Sama di kamar."

Arga pun merasa bersalah pada keduanya. Ia merasa Asri dan Nova tengah kesal kepadanya. Ia pun memutuskan menemui Nova di kamar.

"Va."

"Hmmm..."

"Lagi apa?"

"Lagi nunggu Kak Arga."

"Kenapa kakak ditungguin?"

"Mau hukum kakak."

"Ohh iya."

"Kakak udah makan?" Tanya Nova saat Arga duduk di pinggiran tempat tidur.

"Belum."

"Makan dulu sana."

"Kamu emang udah makan?"

"Udah tadi sama ibu. Ibu pusing katanya, makanya minta makan duluan biar bisa minum obat. Sekarang kayaknya udah tidur."

"Ya udah kakak makan dulu abis itu kakak siap terima hukuman."

"Good. I'm waiting for you, Kak Arga."

"Okay, honey."

Setelah makan Arga bergegas kembali ke kamar Nova. Nova tengah asyik duduk sila di atas tempat tidur saat Arga masuk dan segera mengunci pintu bahkan mematikan lampu.

"Jangan dimatiin dulu."

"Ohh..."

"Gimana mau hukum Kak Arga kalau lampunya dimatiin sekarang."

"Mau main terang-terangan?"

"Hah?!" Nova tidak mengerti.

"Mau kasih hukuman apa sih ke kakak?"

"Nih..." Sodor Nova.

"Heh?!" Dahi Arga berkerut.

"Tolong kerjain ini." Pinta Nova.

"Kok?!"

"Iya Kak Arga tadi kan hukum aku dengan cara ngasih tugas ke aku sebanyak ini. Gara-gara aku ninggalin Kak Arga duluan ke kampus. Nah tadi sore, ada yang bilang siap dihukum sama aku gara-gara udah bikin aku bete. Ya udah, tolong kerjain tugas ini."

"Mana ada?!"

"Ada, ini."

"Kakak ngasih tugas atas nama dosen ke mahasiswi lho. Bukan kakak ke kamu secara pribadi. Kan kamu sendiri yang bilang harus bisa bedain. Lha kenapa kamu lagi-lagi nggak bisa bedain."

"Kata siapa? Aku juga nggak lagi bertindak sebagai mahasiswi ke dosen kok. Lagi bertindak sebagai istri ke suami."

"Hah? Apa? Coba... Coba... Sekali lagi?"

"Apaan?"

"Istri ke siapa? Suami?"

"Ihh..."

"Kakak seneng akhirnya kamu panggil kakak suami." Ujar Arga lega.

"Cepetan Pak suami, tolong dikerjain."

"Nggak ahh, kerjain aja sendiri." Tolak Arga.

"Jahat." Cetus Nova sebal. Arga tergelak. "Awas ya, jatah aku kurangin."

"Jatah apa, Va? Jatah makan? Gampang tinggal minta tambah ke Bi Imas aja."

"Nyebelin."

"Kamu ngegemesin." Arga mencubit pelan ujung hidung Nova.

"Kaaaak...."

"Apa?"

"Susah..." Keluh Nova.

"Oke, kakak bantu. Tapi....."

"Apa?"

"Pake syarat."

"Pamrih." Cibir Nova.

"Yaa kapan lagi bantuin mahasiswi ngerjain tugas dapat upah."

"Minta apa emangnya?"

"Making love sama kakak malam ini."

"Hah?!" Nova membulatkan mata sedang Arga menyeringai dengan alis terangkat.

Perjanjian Pra-nikah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang