Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
“ Stoppp !!! Amerta mohon jangan berantem terus, bunda sama ayah harus baikan. Amerta ngga mau punya keluarga yang hancur, Amerta mohon bund, yah.” Amerta terus memohon dengan bersujud, berharap kedua orang tuanya mengerti.
Keduanya seolah tuli tak mendengar naungan amerta, mereka diselimuti dengan amarah yang harus dituntaskan. Sekar- bunda amerta meraih vas bunga di meja lalu melemparkan ke dinding membuat suasa semakin memanas, hal itu membuat Abimanyu-ayah Amerta terpancing emosi. Ia membalikan meja ruang tamu yang terbuat dari kaca itu sehingga menimbulkan bunyi nyaring dan serpihan kaca yang berceceran di lantai.
Amerta gadis itu menunduk takut dengan menutupi telinganya menggunakan kedua tangannya, hatinya hancur bersama ketakutan yang membuatnya trauma.
“ Aku uda ngga kuat hidup denganmu, mas! Aku mau kita cerai, Amerta ikut denganku!” ucap Sekar dengan murka
“ Okey, kita akan cerai! Aku juga nggak kuat hidup dengan perempuan gila nggak bisa diatur seperti kamu. Amerta anak satu satunya yang aku punya jadi dia ikut denganku!!!”
“ Amerta anakku aku yang nglahirin dia!!” bantah sekar
“ Amerta darah dagingku, dia harus ikut denganku!”
“ Amerta juga darah dagingku!”
“ STOPPPPP!!!!!” Teriak Amerta, ia bangkit dengan tertatih tatih. Amerta menatap kedua orang tuanya bengis, antara benci dan muak.
“ Amerta Uda besar jadi Amerta berhak menentukan mau ikut dengan siapa! Amerta ngga mau hidup dengan orang-orang egois seperti kalian, jadi Amerta akan tinggal sama oma aja.” Putus Amerta.
“ Sayangg, bunda mohon sama bunda aja ya nak.” Sekar mendekati amerta namun gadis itu mundur seakan takut.
“ Orang tua yang selama ini Amerta banggakan ternyata hanya mentingin perasaannya sendiri tanpa peduli gimana perasaan amerta, jadi amerta bakal jadi keluarga broken home? Seperti teman-teman Amerta yang selalu dibully, apa sebentar lagi Amerta juga akan di bully karena punya keluarga yang berantakan?” Tanya Amerta kacau.
“ Amerta, maafin ayah nak.”
“ Bukan maaf yang Amerta mau! Tetapi, keluarga yang utuh seperti dulu, bisa?”