5. hadiah

550 66 2
                                    

Janu mencoba, mencoba membuat harinya normal seperti sebelum malam laknat itu terjadi atau berusaha membuat ia nenghilangkan Maru dari hidupnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janu mencoba, mencoba membuat harinya normal seperti sebelum malam laknat itu terjadi atau berusaha membuat ia nenghilangkan Maru dari hidupnya. Sialnya Maru tidak seperti saudara yang suka minjam uang, datangnya memohon, hilangnya entah kemana. Lupakan.

Sebab pemuda yang satu tahun lebih tua darinya itu teramat sering terlihat disekitarnya. Bukan Janu geer, hanya saja si cupu itu terlihat sekali memperhatikannya. Belum lagi bekal yang sering ia berikan melalui Chenle sepupunya itu. Janu akui masakannya enak karena terkadang yang memasak adalah Mama Hyo, masakan Maru pun sangat layak dimakan kok, cuma yang namanya sudah membenci apapun akan terlihat buruk. Dan bekal enak berbumbu cinta itu sering lah mampir ke perut 3 temannya.

Namun hari ini berbeda, tidak ada bekal, tidak ada coklat dan surat, bahkan tidak ada Maru di sekitarnya. Tidak, Janu tidak sedang mencari-carinya, hanya sedikit aneh jika pemuda itu menghilang tanpa pesan menjijikannya.

"Nyariin kak Maru nih, yee~" Dylan menggoda sambil memakan kentang gorengnya.

"Ngga."

"Lagian nih ya, kok gue perhatiin akhir-akhir ini si Maru berani banget liatin lo. Ya walau dari jauh sih, cuma agak sus ga sih?" Rain membuka bau yang selalui coba Janu tutupi.

"Terus bekal, gue tau banget Chenle itu sepupunya Maru, otomatis bekal yang sering kita makan itu dikasih buat Janu. Lo ada hubungan apa sama dia?" Jovi kini menatap sahabatnya, mencoba memojokkan pemuda itu.

"Lah, Chenle pacar lo, itu bekal buat lo bukan gue." Elaknya mengalihkan pandang, Janu takut-takut sebenarnya adik tingkatnya itu akan bocor ke Jovi mengingat mereka berpacaran. Namun sejauh ini Chenle masih menutup mulutnya, entah apa yang Maru janjikan.

"Dia ga bisa masak, jangankan masak, ke dapur aja ga pernah. Serius jangan ngalihin pembicaraan, lo sama Maru ada hubungan apa?"

"Mungkin ga sih, sebenarnya Maru tu emang suka sama Janu diam-diam. Terus pas rapat waktu itu, mungkin aja nih ya mungkin, Maru mikir orang kalau tiba-tiba ngumpat itu tandanya ada sesuatu. Mungkin benci atau suka, tapi si Maru ini nangkepnya Janu ngasih kode kalau dia suka. Mungkin ga sih?" Per-mungkinan Dylan itu jelas tidak masuk diakal ketiga sohibnya.

Bahkan Jovi yang pemikirannya paling aneh pun terbengong mendengar ucapan si gemini. "Fix gemini aneh."

"Si Leo sok bener, setidaknya pemikiran gue menjurus fakta. Bahwa Maru sedang memperjuangkan Janu, right?"

Plak!

Cukup keras tamparan sayang yang dilayangkan Janu di kepala Dylan, hingga pemuda itu mengaduh sambil mengusap kepalanya. "Otak lo perlu di ketuk beton keknya biar normal, Dyl. Bego terus pikirannya."

"Sakit, ini kalau gue makin bego lo semua ikut begok juga, Tolil!"

Maka kali ini Janu berhasil menghidar dari pertanyaan kawan-kawannya. Janu bernafas lega, tapi ada dalam dirinya yang mengganjal prihal tak tampaknya batang hidung Maru akhir-akhir ini. Janu bukan khawatir pun merasa kehilangan, tapi cuma sedikit heran saja kemana pemuda itu tidak terlihat hampir seminggu.

Cara Jatuh Cinta - Markno FanfictonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang