"Sialan!"
Ruangan yang tadi hanya fokus mendengarkan arahan Maru kini beralih melihat ke Janu. Si pemuda yang tadi cukup lantang mengumpat, bahkan dua teman Janu kini ikut menatap pemuda itu gemas.
"Ada yang ingin kamu tanyakan Janu?"
"Ah, Tidak. Maaf."
"Baiklah, tolong fokus ke pembahasan ya." Maru tersenyum tenang. "Baiklah, untuk devisi selanjutnya ..."
Rapat hari ini berakhir di jam setengah 8 malam, lebih cepat dari biasanya. Sebab ada beberapa mahasiswa yang meminta sebelumnya untuk rapat lebih cepat berakhir mengingat minggu depan akan diadakan uas. Dalih mereka ingin belajar, tapi sebenarnya mereka hanya terlalu lelah sudah seharian kuliah dan dilanjut rapat. Mereka juga manusia yang pandai mengeluh, walau sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.
Maru hanya satu dari sekian mahasiswa yang terjebak dalam kegiatan sibuk, bahkan Maru menambahnya lagi dengan menjadi asisten dosen di beberapa mata kuliah.
Maru itu mendekati sempurna, andaikan ia tidak selalu berpenampilan cupu, itu pendapat Dylan. Pemuda itu pintar, cerdas, menguasai beberapa alat musik, memiliki suara bagus, belum lagi pahatan wajah kebule-bulean nya. Maru bisa saja jadi idola satu kampus jika ia tidak memegang prinsip kolot seperti patuh terhadap peraturan kampus, no alkohol atau rokok, dan dilarang keras menjadi geng motor.
Entah bagaimana cara pandangnya dengan kehidupan masa muda, tapi sejauh ini Maru terlalu lurus tanpa memikirkan harus menyimpang, menikmati masa muda sebenarnya.
Kecuali satu kesalahan fatal yang ia perbuat disuatu malam. Yang Maru sesali adalah harusnya ia mengabaikan Jonathan-kakaknya. Lalu tetap sibuk menyusun proker untuk acara Fakultasnya tahun ini.
Jonathan datang malam ini ke apartemen miliknya, menyeduhkannya segelas coklat panas dan berbincang ringan layaknya seorang kakak kepada adiknya. Jonathan berbeda dengan Maru, dia bebas, tampan, dan terkenal, tetapi sudah menetapkan hati. Karena kebebasannya Jonathan mengetahui segala hal, dunia yang hanya tidak putih tapi juga ada hitam, merah, abu-abu dan lainnya. Maka dari itu ia sudah bertekat untuk mengenalkan warna-warna itu pada Maru.
"Ikut gue main yuk."
"Kerjaan aku masih banyak, Bang. Ini juga belum nge-email prof. Aiden buat kirim tugas mahasiswa."
"Bro, ini malam minggu. Lo anak muda, nikmatin masa muda lo!"
"Ya, gini cara gue nikmatinnya."
Jo menjambak rambutnya sendiri yang sudah panjang, frustrasi sendiri dengan pola pikir adiknya. Jo hafal betul adiknya ini bagaimana, maka dari itu ia sudah memikirkan cara jitu untuk menariknya keluar dari lubang putih ini.
"Jay mau ketemu lo."
"Buat apa ko Jay mau ketemu aku?"
"Dia mau nanyain beberapa materi si prof. Yuda. Seingat gue lo juga jadi asisten dia kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cara Jatuh Cinta - Markno Fanficton
Fiksi PenggemarCara jatuh cinta setiap orang itu berbeda, bisa karena pandangan pertama atau karena sebuah ketidak sengajaan atau sebab sudah menabung duluan. Apapun itu, Janu mungkin terlalu denial dan Maru tidak mengerti apa itu jatuh cinta. MARKNO FANFICTION MP...