-5- Takdir Awal

163 19 1
                                    

Kruk!

Kruk!

Kruk!

Sedari subuh suara roda kayu di tangan Huang Bo sudah memenuhi ruangan. Dengan gerakan dorong dan mundur pak tua itu telaten menghaluskan Daun Paruh bebek, getah batang lotus dan sedikit akar ilalang yang di bawa A-Chi. Setelah selesai menghaluskan bahan bahan tadi, Huang Bo memasukan parutan itu ke dalam kain, lalu meletakkannya di atas dahi Yibo. Sesuai prediksinya, usai terlempar ke lantai, Yibo mengalami demam tinggi. Huang Bo kali ini tidak sendiri. Dalam ruangan itu seorang wanita paruh baya yang berpeluh, dengan perlahan membersihkan tubuh Yibo yang berkeringat.

Huang Bo sesekali menguap dan meregangkan lehernya guna melepas sedikit penat. Petuah itu terlihat amat letih.

Bagaimana tidak? Petuah ini dengan telate menjaga dan memberikan obat kepada Yibo dengan tepat waktu. Ia melakukannya selama 3 hari berturut-turut.

Suara gemersik penghalus obat membangunkan pemuda kecil yang terbaring. Silau membuatnya agak kesulitan melihat dengan jelas. Sekilas dengan pandangan yang masih kabur, manik kecil Yibo menangkap bayangan yang ia kenal.

"A-Niang....?" Yibo mengerjapkan matanya, sesekali ia mengucek mata kecilnya memastikan bahwa ia tidak sedang bermimpi.

"Ah, Anakku. Kau sudah bangun? A-Niang di sini, Yibo." Wanita paruh baya yang sedari tadi membersihkan tubuhnya, dengan buru-buru meletakkan kain lap, merapikan baju anaknya sembari menjawab anaknya yang tiga hari sudah tidak sadarkan diri.

Nyonya Wang dijemput dan dibawa ke Gunung Kunlun karena tragedi mengamuk Yibo yang di luar perhitungan Huang Bo. Sepertinya ibu Yibo mungkin adalah satu-satunya orang yang bisa mengendalikan Yibo tanpa kekerasan.

Drap. Drap.
Derap langkah kaki seseorang kian mendekat.

"Tuan Muda .... Eh, Tuan Mudaku sudah bangun! Wah, tampannya Tuan Mudaku!" ujar A-Chi yang memegang nampan di tangannya buru-buru masuk. Kebetulan A-Chi sedang membawa sup obat dengan daging rusa. Melihat mangkuk di atas nampan yang dibawa A-Chi, Yibo langsung duduk dan berbinar tanpa suara.
Melihat perilaku ini sang ibu sadar anaknya pasti lapar.

"Yibo lapar ?"
Yibo melihat ke arah ibunya. Manik kecilnya berbinar penuh harap, bibir mungilnya bahkan sudah tidak mampu menahan air liur yang hampir menetes karena wangi daging rusa yang memenuhi ruangan.

"Tuan Muda, berapa kali aku harus memberitahumu. Jika kau menginginkan sesuatu katakan, jadi aku bisa memberikan apa yang kau mau," Ujar A Chi sedikit putus asa, karena setiap kali tuannya ini menginginkan sesuatu ia hanya menatap dengan lama tanpa bergerak sedikitpun.

Yibo menunduk mencoba mengumpulkan tenaga, menarik napas, dan ia benar benar mengatakan hal yang ia inginkan.
"Mau kelinci tidak pakai baju,"  Dengan wajah polosnya dia berhasil membuat orang dewasa di ruangan itu memutar otak, kecuali A Chi yang kembali tertawa dengan suara keras. Tuan Muda-nya mulai lagi.

Dengan ragu Nyonya Wang melihat ke arah Huang Bo, "Pe-petuah Huang, ini ...." Lengannya terangkat karena Nyonya cukup terkejut dengan ucapan sang anak yang tidak biasa.

"Nyonya, Tuan Muda tanpa sengaja masuk ke dalam gua di sana dan setelah keluar dia berkata, 'A Chi, mau kelinci yang tidak pakai baju' tentu saja semua kelinci tidak pakai baju, tapi dia bersikeras bahwa kelinci yang dia inginkan berwujud sama sepertinya," Ujar Hwang Bo menjelaskan lebih detail.

Dengan kening yang separuh berkerut, Nyonya Wang masih tidak memahami situasi yang ada di hadapannya. Bagaimana bisa seorang anak kecil mampu berkata hal yang begitu tidak pantas.
"Bo-Er, anakku. A-Niang akan menyuapimu dengan daging rusa yang enak ini, tapi kau harus berjanji pada A-Niang. Katakan semua yang kau alami dan apa yang terjadi di sini?"

The Dragon Bone Heir [ YIZHAN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang