Twilight memories

69 16 64
                                    

"Halo, Ndra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Halo, Ndra. Gimana kabar lo? Gue kesepian nih lo gak ada di samping gue buat nikmati senja. Padahal dulu lo paling antusias sama yang namanya senja. Haha... Saking cintanya sama senja, lo bahkan rela nolak ajakan gue buat ke pasar baru. Tapi tetep aja sih, malamnya kita tetap pergi haha. Tau gak, Ndra? Senja kali ini tuh beda. Kayak ada yang kurang. Gue gak tau dapat perasaan darimana atau peka darimana, tapi gue bisa lihat ada setitik kecil kegelapan dari pancaran sinarnya senja. Gue suka bertanya-tanya, titik kegelapan itu memang dari senja, atau hati gue. Hati gue juga kacau, Ndra. Lu gak ada, lu rumah kedua gue di saat gue frustasi. Yahh... Sorry ya, lu jadiin gue rumah pertama, sedangkan gue jadiin lo rumah kedua. Gue emang sekejam itu sih. Tapi Ndra, di dalam hidup gue, satu-satunya orang yang pengen gue temani cuma lo. Tapi keinginan gue gak terwujud, lo gak ada sekarang. Gue mau ngucapin sesuatu, kalau gue bener-bener berterimakasih karena lo dah pernah hadir jadi temen gue yang selalu ngerti keadaan gue dan selalu beri usulan yang baik dalam masalah gue. Terima kasih, Reandra."

- salam Raksa.

"WOY!"

"EH AYAM, MONYET, SETAN, ANYING, BWANGSAT, SIALAN!!"

"AHAHAHAH!!!"

"Sialan lo!"

"Ye maap."

"Kenapa sih?"

"Gue mo minta di temenin dong..."

"Gak."

"Bentar doang, ya?"

"Mo kemana sih?"

"Shoping. Ntar gue traktir deh."

"Noh, kebetulan ada si Jordan, lo pinjam dia. Dah, gue mo pergi."

"Tapi Sa, tunggu-!"

Tak sempat berbicara, pria itu pergi. Dia mengambil motornya yang terparkir dan menyalakan nya, menancap gas dengan kecepatan sedang.

Dia menuju pantai, yang kebetulan juga dekat dengan posisi nya saat itu. Saat itu juga sudah pukul 5 sore. Matahari terbenam sebentar lagi.

Pria itu memarkirkan motornya di tempat parkiran, kemudian berjalan menuju bibir pantai. Dia menerima dengan senang hati terpaan ombak kecil itu, membuat celana jeans nya basah bagian bawah. Menikmati angin sore segar dan memandang ke langit, matahari nya mulai turun.

"Ndra.... Lo beneran gak datang?? Matahari nya dah mau terbenam."

Pria itu berusaha mati-matian untuk menahan air matanya, namun sangat susah. Dia selalu terpikirkan oleh Reandra ketika melihat senja.

"Lo tega ma gue, Ndra. Lo ninggalin gue."

Surat yang tadi sempat ia tulis, ia remat-remat sampai tak berbentuk kertas sempurna.

"Sa, lihat noh matahari terbenam. Cantik, kan?"

"Yaelah Ndra, matahari doang itu."

"Lah, lu mana tau kan pandangan orang-orang lain tuh kek gimana."

"Iya deh iya. Matahari nya cakep. Tapi lebih cakepan gue sih."

"Yeuuu si jamet ngaku cakep. Cakep darimana lu?"

"Ini cakep."

"Lo tuh gak cakep. Cakep sih mungkin, tapi dikit doang. Lu tuh lebih dominan ke jamet sih, kalau kata gue, mah."

"Si anying!"

"HAHAHAHAH!!!"

Ia masih mengingat dimana ia dan Reandra bercanda di pantai untuk menanti matahari terbenam saat itu.

"Gue boleh egois ke Tuhan gak sih, Ndra? Gue pengen lo balik."








- To be continued -

Twilight MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang