1. Seattle

1.6K 413 105
                                    

Haiii ... Selamat malam. Apa kabar kalian semua?👋 Semoga kita semua dalam keadaan sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta. Amin. 😇🤲

Ayo ... merapat dengan kisah cinta pasangan ini. 💝

Happy reading ...

🍀🍀🍀

Karenina Anetta Naftali: Anastasia Cebulska

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karenina Anetta Naftali: Anastasia Cebulska

Aku benci sakit!

Aku benci dikasihani. Aku benci diistimewakan. Aku benci rumah sakit. Aku benci dokter dan aku paling benci melihat wajah sedih Valent saat melihatku terbaring di rumah sakit.

Aku benci diriku yang lemah seperti ini.

Aku sering bertanya pada Tuhan, kenapa aku dilahirkan seperti ini? Kenapa aku tidak sekuat kak Kelsey atau sepupuku yang lain? Ujung-ujungnya aku akan menangis seorang diri saat semua orang di rumah sudah tidur. Aku tidak ingin mommy tahu kalau aku menangis. Aku tidak ingin membuat mommy sedih.

Sejak kecil, para dokter selalu mengatakan, "Nina nggak boleh kecapean. Nina harus banyak istirahat. Nina nggak boleh kena hujan. Nina harus makan obat rutin. Nina harus ini ... Nina harus itu ..."

Aku bahkan tidak pernah ikut pelajaran olahraga karena kalau kecapean, aku akan mulai sesak napas dan besoknya aku pasti tidak akan masuk sekolah selama dua hari. Akhirnya kedua orangtuaku memutuskan bahwa mulai SMP, aku menjalani homeschooling.

Hidupku mendadak freeze. Membeku. Jalan di tempat.

Aku tidak punya teman, selain daddy, mommy, kak Kelsey dan Kenneth. Eyang Papa dan Eyang Mama selalu ada untukku tetapi saat mereka pergi satu-persatu, aku merasa sendirian. Para sepupuku masih mau datang sesekali menemaniku tapi hal itu tidak sama dengan memiliki sahabat sendiri.

Sebelum mas Valent kuliah di Sydney bersama kak Belva, mas Valent yang selalu menjagaku. Beda usiaku dan dirinya memang lumayan jauh dan mas Valent sangat protektif. Dia bahkan hafal jadwal makan obatku. Awalnya sih aku merasa senang karena selalu diperhatikan tetapi lama-kelamaan aku bosan dan mas Valent semakin terlihat seperti mommy dan daddy. Bahkan kak Kelsey tidak seprotektif itu.

Aku tidak pernah melihat pria lain seperti aku melihat mas Valent. Aku mulai merasakan bahwa aku membutuhkan mas Valent melebihi apapun.

Mas Valent sering sekali mengatakan, "Nanti kalo kita nikah, mas yang akan urus kamu sepenuhnya ya, Nin."

Atau, "Kalo kita nikah, kita tinggal di rumah Mas ya, Nin. Nanti kamu maunya kita punya anak berapa?"

Kurasa mas Valent harus bertanggungjawab karena telah membuatku mencintainya dan aku sangat takut kehilangan dirinya.

Saat itu usiaku masih 11 tahun.

Tetapi semakin aku dewasa, semuanya berubah. Bukan perasaanku terhadap mas Valent tetapi kondisiku. Penyakit jantung ini semakin berat kurasa. Mas Valent jauh di Sydney dan aku di Jakarta berjuang dengan sakitku. Aku melarang para orangtuaku untuk memberitahu mas Valent dan sepupuku yang lain tentang kondisiku.

My Heart & My Soul (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang