5. Jomblo Abadi

1.2K 360 125
                                    

Haiii ... selamat malam. Apa kabar kalian semua?👋 Semoga kita dalam keadaan sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta. Amin. 😇🤲

Ketemu lagi Selasa malam bersama pasangan dokter ini ya. 💞

Happy reading ...

💐💐💐

Aji Timotius Hanggara: Alden Richards

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aji Timotius Hanggara: Alden Richards

"BERISIK LO!" Aku menoyor kepala Tio Aldentua dengan sebal.

Tio cemberut dan mengatakan, "Lo kan belum pernah ngerasain naksir cewek kayak gue, Ji."

Aku memutar bola mataku sambil mendecih.

"Lo kan udah pernah kawin, Ji dan sekarang juga jadi duren yang banyak dilaletin sama ciwi-ciwi sekeliling lo," ucap Tio lagi.

"Lo ngomong apa sih?! Kerja sono!"

"Belom ada pasien, Ji! Masih jam 7 pagi ini! Ngopi dulu napa?!"

"Ya udah sono! Beliin gue kopi!"

Tio beranjak juga tapi dengan wajah cemberut.

Dari pagi dia curhat bahwa dokter baru yang ditaksirnya itu dingin banget, kayak es di Kutub Utara.

Aku sempat bertanya tadi, "Siapa sih namanya, Tio?"

"Dokter Nina Naftali. Dia residen di Penyakit Dalam, Ji. Anak buahnya dokter Mutiara Saragi. Lo kenal?"

"Dokter Mutiara? Kalo dia, gue kenal. Kalo anak baru itu, gue belum kenal."

"Jangan bilang lo mau kenalan juga, Ji?!" Tio mulai nyolot.

"Tadi lo bilang gue harus kenal dia, gimana sih lo, Bolot?"

"Ntar malah dia naksir lo, Ji!"

Ucapan Tio yang ini yang membuatku menoyor kepalanya kesal.

"Pagi, dokter Aji!"

Sapaan yang sudah kukenal setiap pagi. Dokter Febe Marinka. Aku juga tahu di tangannya pasti ada cangkir kopi bermerek Starbucks dan dia akan menyodorkan kopi itu padaku, lalu berkata, "Aku beliin dokter Aji kopi kesukaan Dokter."

Dan setiap pagi juga aku akan menjawab, "Aku nggak doyan kopi begituan, Dok! Kasih aja ke perawat!"

Febe akan mematung sejenak lalu beranjak pergi.

Herannya, aku sudah mengatakan kalau aku tidak suka kopi seperti itu tapi tetap saja tiap pagi dia bawain. Aku curiga kalau si Febe ini antara budeg dan bego. Kalau bego, masa iya dia bisa lulus jadi dokter?

Walaupun memang sih dalam pekerjaannya di IGD, Febe termasuk dalam kategori biasa-biasa saja. Febe adalah dokter terakhir yang kumintai tolong bila ada pasien gawat. Aku lebih memilih memanggil suster Lana Tanjaya. Bahkan koas yang baru, dokter Martina Wibisana jauh lebih bagus dari Febe.

My Heart & My Soul (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang