10. Stop Pura-Pura

1.1K 366 136
                                    

Haiii ... Selamat malam👋. Sehat-sehat kita semua ya🙏. Tetap semangat. 💪

Masih dengan pasangan dokter ini🤎. Semoga kalian belum bosan ya. 😘

Happy reading ...

🍁🍁🍁

Karenina Anetta Naftali: Anastasia Cebulska

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Karenina Anetta Naftali: Anastasia Cebulska

"Debora Ananta itu almarhum istrinya Aji, Nin."

Aku masih memikirkan ucapan tante Soraya itu saat aku pulang diantar Galih. Sejuta pikiran di kepalaku bermunculan bersamaan dengan perasaan sesak di dadaku.

Pertama, Aji mengingau nama almarhum istrinya berarti dia memang masih mencintai Debora. Kedua, nama Debora Ananta sepertinya tidak asing di telingaku. Dimana ya aku pernah mendengar nama itu? pikirku sepanjang perjalanan.

"Mbak Nina harusnya nggak usah pulang aja tadi kalo secapek ini," ucap Galih pelan.

"Nggak apa-apa, Lih. Ntar takutnya orangtua Mbak nyariin."

"Iya juga ya, Mbak. Nggak baik ya nginep di rumah pacar." Galih terkekeh.

"Galih, almarhum istrinya mas Aji itu ... hmm ..." Aku menghela napas panjang.

"Mbak Debora meninggal karena kecelakaan di Seattle, Mbak." Galih mengerti apa yang ingin kutanyakan. "Mas Aji dan mbak Deb itu seumuran. Mereka udah pacaran sejak SMA dan menikah begitu mas Aji lulus Sarjana Kedokteran."

"Cinta sampai mati ya?" bisikku lirih.

Aku tidak tahu apa yang terjadi dengan hatiku saat ini tapi aku merasa tersisih saat nama Debora digaungkan. Aku seperti bukan siapa-siapa buat Aji. Faktanya, aku memang bukan siapa-siapa. Pacaran ini kan hanya pura-pura dan pasti akan ada expired date-nya.

Mommy menyambutku begitu aku tiba di rumah. Aku memeluknya dan rasanya aku ingin menangis tapi aku takut mommy kuatir soal jantungku. Jadi aku hanya mengatakan kalau aku sudah makan malam di rumah Aji dan aku pamit untuk tidur.

"Jangan lupa minum obatmu ya, Nin."

Aku mengangguk dan mencium pipi mommy lalu bergegas menuju kamarku. Setelah mandi dan minum obat, aku melirik handphoneku. Ada beberapa missed calls dari Aji tapi aku tidak membalasnya. Aku hanya mematikan handphoneku dan tidur.

Paginya aku terbangun dan timbul pikiran untuk membatalkan niatku bertanya pada Aji soal Debora. Rasanya tidak etis bertanya hal pribadi pada Aji padahal kami tidak punya hubungan apapun.

Namun demi janjiku pada tante Soraya semalam untuk menengok Aji di Sabtu pagi yang cerah ini, aku segera menelepon beliau.

"Aji masih agak demam, Nin. Nina nggak ke sini, Nak? Mama bingung kalo Aji sakit soalnya Aji nggak pernah sakit, Nin."

My Heart & My Soul (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang