3. Dokter KN

1.1K 358 131
                                    

Haiii ... selamat malam. Selamat berbuka puasa. 🙏💛

Apa kabar kalian semua?👋 Semoga kita dalam keadaan sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta. Amin. 😇🤲

Happy reading ya ...

🍁🍁🍁

Aji Timotius Hanggara: Alden Richards

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aji Timotius Hanggara: Alden Richards

Aku harus menggantikan dokter Queensha untuk mengawasi para dokter koas yang sedang praktek di IGD. Dokter Queensha mengambil cuti untuk menemani anaknya, dokter Zameera yang baru dipulangkan dari rumah sakit.

Dokter Zameera Bingsley baru melahirkan anak keduanya beberapa hari yang lalu dan dokter Queensha tidak mau menyia-nyiakan kesempatan untuk mengurus putri dan cucunya itu.

Ada 5 orang dokter koas yang bertugas di IGD saat ini. Kuakui mereka, ketiga dokter pria dan dua dokter perempuan itu adalah para dokter muda yang pintar dan kritis. Aku tidak perlu terlalu mengawasi mereka sebenarnya karena ini adalah tahun kedua bagi mereka berlima dan semuanya sudah paham tugas masing-masing.

Aku menatap wajahku di cermin dan melihat jenggotku semakin menyemak berantakan, mengutip istilah Debora dulu. Aku berdecak pelan, males banget mau cukuran juga!

Dokter Queensha selalu mengatakan, "Pake jenggot gitu juga, kamu nggak bakalan keliatan tua, Ji."

Bukan masalah kelihatan tua yang kupikirkan tapi masalah waktu yang tak terasa kuhabiskan di Seattle ini. Sudah berapa tahun sejak Debora meninggal?

Sudah berapa tahun sejak dokter Queensha mengatakan, "Makasih ya, Ji. Jantung Debora cocok dengan pemilik barunya."

Empat tahun lebih? Atau bahkan sudah lima tahun?

Lima tahun kayaknya, pikirku sedih.

Sejak awal tahun kemarin, mama sudah membujukku lagi untuk pulang ke Jakarta menemani mama dan papa yang semakin tua.

Mama bahkan mengatakan, "Mama janji nggak bakalan ngejodohin kamu sama siapa pun, Ji. Kalo nggak mau kawin lagi juga nggak apa-apa kok."

Bukan itu juga masalahnya. Masalahnya adalah kalau aku pulang ke Jakarta, seakan-akan aku meninggalkan Debora sendirian di negara ini. Membayangkannya saja, aku tidak sanggup apalagi bila aku benar-benar pulang ke Jakarta.

Sejak Debora meninggal, aku menjalani hidup selibat. Bayangkan berapa tahun aku sudah tidak berhubungan seks. Rasanya tidak enak apalagi secara fisik aku ini sangat sehat. Pelampiasanku hanya pada olahraga beladiri di salah satu sasana di dekat apartemenku dan juga jogging setiap pagi.

Aku bisa bertahan dengan semua itu karena memang aku belum bertemu perempuan yang bisa membuatku berdebar dan jatuh cinta setelah Debora. Di mataku belum ada perempuan yang bisa menggantikan posisi Debora di hatiku.

My Heart & My Soul (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang