2. The 'Attack'

1.4K 352 60
                                    

Haiii ... selamat malam. Apa kabar kalian semua?👋 Semoga kalian dalam keadaan sehat dan bahagia bersama keluarga tercinta. Amin. 😇🤲

Siapin tisu ya 😭... Nggak banyak kok tapi lumayan bikin nyesek karena mami sebagai penulisnya aja ikutan berkaca-kaca. 🙏

Happy reading ...

🌺🌺🌺

"Kalo kamu merasa sakit banget dan sudah nggak kuat, kamu bilang sama dirimu 'aku kuat', 'aku bisa', 'aku pasti sembuh'!"

"Kalo kamu merasa sakit banget dan sudah nggak kuat, kamu bilang sama dirimu 'aku kuat', 'aku bisa', 'aku pasti sembuh'!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aji Timotius Hanggara: Alden Richards

Suami mana yang tidak terkejut saat mendengar berita, "Istrimu sudah mengajukan diri sebagai donor organ apabila sesuatu terjadi padanya."

"Donor organ, Dok?"

Dokter Queensha McMillan mengangguk lemah. "Donor jantung, Ji. Apakah kau tidak tahu?"

Aku menggeleng dengan lemas. "Kalau aku tahu, aku pasti akan mencegahnya, Dok. Suami mana yang tega memberikan organ istrinya pada orang lain?"

"Tapi berkas-berkas ini legal, Ji dan jantung istrimu memang dibutuhkan oleh orang lain. Kau tidak mungkin menolaknya."

Aku tahu dan mengerti prosedurnya. Aku juga tahu kalau aku tidak akan tahu siapa yang menerima jantung Debora.

"Bisakah aku mengucapkan selamat tinggal dulu pada Debora, Dok?"

Dokter Queensha mengangguk. "Jangan lama-lama ya, Ji. Setiap detik berharga."

Aku mengangguk lagi dan berjalan pelan menuju ICU. Mayat Debora masih berada di sana dan para dokter sedang mempersiapkan ruang operasi untuk mengambil jantungnya.

Aku menatap nanar pada sosok Debora yang tertidur kaku di atas brankar. Dokter Queensha sudah menyatakan bahwa Debora sudah mengalami mati otak.

Aku tidak sanggup!

Dengan lemas, aku terduduk di kursi di samping brankar Debora dan menangis sambil menciumi tangannya.

"Jadi ini maksud ucapan kamu tadi pagi, Deb? Kamu mau pergi tanpa aku? Kamu mau ninggalin aku?" Isakanku semakin keras dan rasanya aku ingin menjerit.

Sebuah tepukan mampir di bahuku dan aku tahu kalau dokter Queensha yang datang untuk menguatkanku.

"Sudah waktunya, Ji. Kita harus cepat."

"Selamat jalan, Deb. Aku sangat mencintaimu." Sekali lagi aku mencium tangannya dan bangkit berdiri.

Aku mundur selangkah dan hanya bisa menatap nanar saat beberapa perawat mulai bekerja mencabut kabel dan selang-selang dari tubuh Debora lalu mendorong brankar Debora menuju kamar operasi.

Dokter Queensha berdiri di hadapanku dengan menghela napas panjang. "Maafkan saya, Ji. Saya tidak bisa menolong istrimu."

Aku menghapus airmataku dengan kasar. "Tidak apa-apa, Dok. Dokter sudah melakukan semampunya. Semua kembali pada Tuhan."

My Heart & My Soul (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang