16. Desa Gaema
Jalanan Desa Gaema tampak sepi di siang hari apalagi saat menjelang petang. Desa itu terletak di dekat pegunungan sehingga banyak pepohonan yang membuat tempat itu terkesan sepi dan dingin. Saat melewati jalan selebar satu meter, pengguna jalan bisa melihat bangunan rumah dari kayu di kanan-kirinya. Atap bangunan itu kebanyakan terbuat dari jerami. Atap paling berkualitas terbuat dari bahan tanah liat, genteng.
Tubuh Jang Hyeon berjiwa Choi Hwan memasuki Desa Gaema. Di tangan kanannya terdapat pedang untuk melindungi diri. Hanbok hitam terpasang di tubuh tingginya. Ia tak memakai pelindung kepala, gat. Di Desa Gaema tidak ada yang mengenalinya karena ia berada dalam tubuh Jang Hyeon.
Sambil berjalan mencari pria yang akan bertukar jiwa dengannya, Jang Hyeon hampir mengelilingi desa itu tanpa menemukannya.
"Tidak ada tempat di Desa Gaema yang tidak aku ketahui. Satu-satunya tempat yang belum aku datangi adalah disana."
"Apa kau teman Hwan? Dia naik ke bukit sana setelah aku berkata jika rumahnya dibiarkan berhari-hari tak terurus," kata seorang wanita paruh baya.
"Dia sempat masuk ke rumahnya?"
"Tentu saja. Aku menyuruhnya mengurus rumah itu sesibuk apapun dia berada di Cheonbugwan."
Jang Hyeon mendongak menatap bukit yang mengarah ke gunung. Ia berjalan menaiki jalan menanjak dan tiba disana saat petang. Ia mendekat ke jurang. Kondisi Desa Gaema saat petang terkesan mencekam.
Hanya satu tempat yang tampak ramai dengan cahaya remang-remang berwarna oranye. Kedai gukbap.
"Aku berkata padamu untuk datang sore hari, tapi sekarang sudah petang." Tubuh Choi Hwan berjiwa Jang Hyeon mengenakan kain di dahi membuat sorot matanya terlihat jelas.
"Apa yang kau lakukan pada Bitna?"
"Hanya memeluknya. Tidak sepertimu yang memanfaatkan tubuhku untuk mengecupnya."
Tubuh Jang Hyeon berjiwa Choi Hwan menyesal telah melakukan hal itu dengan tubuh orang lain. Ia mengambil benda berwujud kristal bening dengan energi hitam di pusat kristal itu, dupa pemindah jiwa.
Melihat genangan air, ia lemparkan benda itu ke sana. Energi gelap berwujud asap hitam meluap dari genangan air dan menyebar ke sekitar. Jang Hyeon mengumpulkan energi air dengan kedua tangannya setelah melempar pedang ke samping kanan. Menatap ke arah langit, ia lemparkan energi itu ke sana. Langit terbuka segera memunculkan gemuruh dan kilatan cahaya.
Energi gelap segera turun menerjang dua tubuh pria itu. Seperti di dalam danau yang begitu dalam tiada dasar, mereka saling berhadapan dan pertukaran jiwa berhasil saat mereka kini tak sadarkan diri terbaring di bukit.
Uhuk uhuk
Jang Hyeon terbangun. Menaruh kedua tangannya ke tanah sebagai tumpuan untuk berdiri karena kehilangan banyak energi, ia mengambil pedang yang tergeletak di tanah lalu membuatnya tergantung di pinggang kiri. Hal itu memudahkannya untuk menarik pedang keluar tanpa memikirkan si sarung pedang.
"Akhirnya aku kembali ke tubuhku."
Jang Hyeon mendongak ke atas merasakan angin sejuk yang membuat rambutnya melambai dengan mata terpejam. Memiringkan kepala ke kanan lalu kiri untuk melemaskan lehernya yang kaku.
Jang Hyeon menatap Choi Hwan yang masih terbaring di tanah. Ia mendekat melepas kain hitam di dahi Choi Hwan lalu memakainya setelah menyingkirkan rambut yang menutupi dahi.
Saat Choi Hwan terbatuk dan mulai berusaha untuk bangun, Jang Hyeon mengeluarkan pedang dan mengarahkannya ke leher Choi Hwan.
"Waktu itu hanya sebentar saja kau merasakan serangan teknik Tansu sebelum berakhir di tubuhku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alchemy of Souls : Nightmare
FantasyLENGKAP✔️ Season 3 Alchemy of Souls : Nightmare Ini adalah kisah mengenai penyihir di negara bernama Daeho yang tak ada didalam sejarah, maupun peta. Ini kisah tentang generasi baru para penyihir di Daeho yang mulai mempelajari apa itu sihir sampai...