Pt. 3 - Modus Arjuna

425 12 2
                                    


Aku memasukan beberapa sayuran segar dan satu kilo telur ayam, aku juga membeli beberapa frozen food seperti sosis, chicken nugget, dan bakso kuah. Juga tak lupa dengan bumbu-bumbu penyedap rasa dan cabe bubuk, minyak juga beberapa bumbu-bumbu dapur lainnya.

Lalu tak sengaja aku melihat rak berisi mie instant, tak lupa juga aku membeli beberapa mie instant karena aku sangat suka makan mie instant jika sedang menonton drakor.

"Wah wah wah...." Seru Vano dengan takjub melihat ke arahku.

Aku hanya mengernyitkan dahi dan bertanya padanya.

"Kenapa?"

"Kamu sepertinya sudah siap juga untuk berumah tangga ya? Lihat belanjaanmu udah kayak ibu-ibu rumah tangga saja.." Ucapnya sambil menahan tawanya.

Aku kembali melirik keranjang belanjaanku, lalu terkekeh pelan, benar yang ia katakan belanjaanku sudah seperti ibu-ibu saja.. Yah mau bagaimana lagi aku kan memang sudah jadi seperti kepala rumah tangga dalam keluargaku yang sekarang ini, terlebih lagi aku bertanggung jawab untuk adikku yang masih sekolah.

"Pasti adikmu senang punya kakak sepertimu.. Sangat sayang dan mengurusnya dengan baik.."

"Yah.. Sebenarnya aku pernah memarahinya karena dia ketauan olehku pernah bekerja part time di cafe, aku tidak mau fokusnya untuk belajar jadi terganggu."

"Tapi dia nekat seperti itu pasti karena tidak ingin menyusahkanmu terus.."

"Iya aku tau tapi tetap saja.. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan olehnya karena itu memang sudah jadi tanggung jawabku sebagai kakaknya.."

"Kamu memang perempuan tangguh.. Pasti yang jadi suami kamu nanti bakal bangga punya istri kayak kamu..." Ucap Vano sambil mengacak pelan rambutku.

Aku hanya merespon dengan senyuman saja. Sebenarnya aku masih menyimpan sedikit rasa padanya, tapi mungkin memang sepertinya dia sama sekali tidak punya perasaan padaku. Memang seharusnya kita hanya berteman saja tidak lebih.

"Kamu tidak beli apa-apa?"

Kulihat dia menenteng satu kaleng kopi instant dan menunjukannya padaku.

"Biar gak ngantuk dan bisa jalan-jalan seharian.. Ini kan pertamakalinya lagi kita keluar jalan-jalan kayak gini dor.."

"Dor?? Apa maksudmu dengan—dor ya?"

Aku menaikkan satu halisku dan menatap tajam padanya.

"Iya— dora~ hahahah"

"Astaga ya Tuhan! Selalu saja kamu tuh sama dengan adikku kalau sudah jahil pasti memanggilku dora!" Gerutuku sambil cemberut padanya.

"Lagian kamu kan emang mirip dora"

"Apanya?! Rambutku tidak pendek dan berponi seperti dora ya! Enak saja!"

"Iya kalau fisik memang gada miripnya sama dora, tapi kamu pejuang tangguh kayak dora hahaha"

"Ck~ perempuan tangguh banyak kali kenapa harus dora banget sih yang disamain sama akunya?!" Aku berdecak kesal dan gemas dengan sahabatku ini.

Aku sedikit rindu juga dengan candaannya semasa kami sekolah SMA dulu, dia dengan Chandra selalu meledekku seperti tokoh kartun Dora. Ada-ada saja memang mereka tuh. Dulu Vano sesekali suka mampir ke rumah dan mengajari Chandra matematika, sebab itu sekarang Chandra menjadi sangat pintar dan bisa mendapatkan beasiswa..

Sayang sekali Vano gagal mendapatkan beasiswanya, padahal dia juga murid yang cerdas kala itu. Tidak sepertiku yang kepintarannya hanya rata-rata saja, tapi aku masih bersyukur karena aku lulus dengan usahaku sendiri, tidak seperti kebanyakan teman-temanku yang lainnya yang selalu menyontek dan berbuat curang.

Sister.. May I Love You? Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang