01. Met The Prince(ss)

22 2 0
                                    

"Putri Ruth adalah seorang laki-laki? Argumen macam apa itu? Payah! Aku menyesal sudah bertanya padanya. Jelas-jelas The God's Glory adalah seorang wanita. Hanya karena gambar menunjukkan dada rata dan jakun?"

Nathan mengomel sepanjang perjalanan. Mulutnya tidak berhenti bergerak kecuali saat mendengus. Bab pertama pelajaran sejarah setelah libur tahun baru yang membahas tentang The 1123 Tragedi dia pikir akan menjadi menyenangkan karena dia punya argumen yang kuat yang sudah dia simpan-simpan sejak umur 10 tahun. Cerita itu bukan sekedar dongeng, tentu saja dongeng terlalu tidak masuk akal untuk menjawab tentang benda-benda peninggalan yang ditemukan para arkeolog. Namun sebagian orang menganggapnya mitos. Tapi tentu saja tidak ada mitos yang dicetak di buku sejarah dan dipelajari oleh semua anak di negeri ini.

Nathan sendiri tidak peduli mau itu dongeng atau mitos ataupun sejarah sungguhan. Karena dia secara diam-diam sudah membuat suatu karya tulis di salah satu platform baca online yang tentu saja terinspirasi dari cerita ini, pembacanya lumayan banyak. Malam lalu dia membaca salah satu komentar yang mengatakan kalau ceritanya mungkin akan menggemparkan dunia (menurut Nathan ini terlalu hiperbola) kalau saja ceritanya digarap menjadi film layar lebar.

Komentar itu dibanjiri banyak komentar lainnya. Kebanyakan mengatakan tentang artis siapa yang cocok memerankan tokoh utama dan tokoh-tokoh lain.

Ah, dan soal kekesalannya. Dia hanya kesal karena Ruth membalikkan kata-katanya. Dia juga kesal dengan argumen tidak masuk akal perempuan itu. Dan dia juga kesal namanya yang memiliki kesamaan dengan Putra Mahkota yang terbunuh itu.

Sedetik kemudian Nathan menghentikan langkahnya. Mungkin perasaan ini juga yang dirasakan Ruth saat dia menanyakan pendapat perempuan itu cuma karena nama yang sama.

Laki-laki itu menarik dan menghembuskan napasnya. Menyadari tempramen buruknya yang kambuh. Lalu tangannya merogoh saku untuk mengambil ponsel.

Nathan : kerja kelompoknya kita mulai hari Minggu saja, tiga hari ke depan aku sibuk. Bagaimana?

Camilla : tiga hari ke depan aku juga sibuk.

Ruth : kenapa sibuk? Uang kalian 'kan sudah banyak.

Camilla : hah ibuku mengajakku untuk pergi ke Paris. Temannya menikah, dan ada yang mau dia kenalkan padaku, jadi aku harus ikut.

Nathan : aku juga harus membantu kakakku merancang produk terbarunya. Dia bilang dia suka desain yang aku buat.

Camilla : Fléravy akan mengeluarkan produk apa lagi? Berikan aku bocorannya, Nathan, aku janji akan menjadi pembeli pertama.

Nathan : tidak boleh kecuali kau menjadi pacarku.

Ruth : kalau begitu aku saja yang menjadi pacarmu.

Nathan : diam kau. Aku masih kesal dengan argumenmu.

Nathan : oh ya, dan aku juga tidak suka dipanggil cantik.

"Cantik."

Nathan hampir saja melempar ponsel sebelum Ruth menahan tangannya. Perempuan itu muncul tak diundang seperti hantu dan parahnya dia berbisik dengan suara menakutkan tepat di telinga Nathan 

"Hati-hati, ponsel ini keluaran terbaru, pasti harganya sangat mahal."

Hari ini Nathan kesal dua kali.

"Nathan, Nathan. Ayo beli 'kan aku roti bakar lagi..."

Tiga kali.

"Hah kau ini, yasudah ayo." Tetapi dia tidak bisa menolak.

The God's Glory Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang