Hayyyy
Up lagi nihhh
Hapoy reading everyone!!"Bahkan sampai harus konsultasi seperti itu. kenapa dia nggak pernah ada omongan apa apa sama saya? Sakit apa dia?”
Sudah 30 menit berlalu Abian duduk di meja kebesarannya, sebenarnya ada dokumen penting dan pertemuan khusus untuk jadwal Abian hari ini.
Namun, pria itu lebih memilih berkutat dengan pikirannya sendiri, bertarung untuk mencari jawaban, sekaligus memutar balik kisah kasihnya dengan Anina sewaktu dulu, untuk mengetahui ada apa? Untuk menelaah kembali, pernahkan Anina sakit? Atau hanya sekedar terlihat aneh saat bersamanya.
“Saya nyerah!” Ucapnya tiba tiba.
Membuat Prasetyo, asisten pribadi Abian yang sedari tadi sibuk dengan pekerjaannya terkejut mendengar Abian mengucapkan kata nyerah.
“K-kenapa pak? Untuk projek ini, saya usahakan Angkasa corp’s bisa menang pak. Jangan menyerah terlebih dahulu pak.”
“Aduh Yo, bukan itu. saya nyerah nyari jawaban yang gak ada jawabannya kalau saya Cuma diem disini.”
Tyo Nampak ikut menimang, berpikir keras layaknya Abian. Lalu Abian menatapnya sinis, tajam dan sadis.
“Yo,” Panggil Abian.
Tyo meneguk air liurnya, kenapa Pak Abian tiba tiba menatapnya dengan tajam? Apa kesalahannya kali ini?
“Kamu ada di pihak saya, atau mami?”
Tyo terhenyak, kaget mendengar pertanyaan spontan yang tidak masuk akal, dan tidak berhubungan sama sekali dengan pekerjaan.
“Mak-maksudnya pak?”
“Mending saya atau kamu?”
lagi lagi pertanyaan dadakan yang Abian ajakuan, membuatnya kebingungan. “Maksudnya pak, maaf saya tidak mengerti.” Lagi lagi hanya kata maaf dan jawaban jujur yang Tyo berikan.
Abian menghela napas, ia memijat pangkal hidung banghirnya. “Lanjut bekerja.” Hanya itu, Abian langsung menggelengkan kepala untuk menghilangkan ratusan pertanyaan yang memenuhi kepalanya tentang Anina.
Dan kembali mencoba memfokuskan dirinya sendiri. Tyo menunduk dengan sopan, kembali menyusun seraikaian surat dan jadwal Abian hari ini.
Drrrrttt ddrrrrtttt
“Mami?” Abian menggeser ikon hijau di ponselnya.
“Assalamualaikum mi, kenapa?”
“Waalaikumusalam abi … kamu sehat nak?”
“Alhamdulillah mi, mami gimana?”
“Mami mau balik berkebun, mengurus hidroponik mami bi, kamu jangan lupa makan ya, jangan gila kerja. Sekali kali hang out sama sean, cari perempuan yang sekiranya pas buat jadi temen ngobrol mami ...
Abian memejamkan matanya, ia akan tertidur sekarang. Sudah menjadi rutinitas ketika Maminya menelpon, modus menanyakan kabar, dan bercerita sudah sangat Abian kenal.
Inti dari panggilan ini adalah Abian yang disuruh untuk mencari wanita lagi dan lagi.
“Terus nanti kita urus hidroponik bareng, kita masak bareng, kan seru bi! Yakan?”
Abian berdeham, untuk sekedar memberi tahu Mami bahwa ia masih terjaga dan mendengarkannya.
“Terus, lebih seru lagi kalo nanti Mami sama dia fitting baju yang cocok buat acara kalian, di WO kesayangan mami. Dan yang paling lucu itu nanti mami punya abian kecil dehh … “ Abian bernapas lega.
Akhirnya … dongeng panjang ini selesai.
“Iya mi, kalau ada yang cocok, abi langsung kenalin ke Mami.”
“Oke sayang. Oh ya? Kemarin kata Tyo kamu sempet mampir ke Apartment. Kamu mau beli apartment bi? Kasih tau mami dong, biar mami yang pilihin, yang tempatnya strategis, dan pas buat kamu istirahat.” Abian langsung membolakan matanya.
Mencengkram ponselnya kuat kuat, dan langsung menatap Tyo dengan pandangan mematikan. Tyo gelagapan, ia menggaruk pelipisnya karna bingung, takut dan bertanya tanya apa kesalahannya.
“Nggak mi, aku cuman mampir buat makan, ada resto enak disana. Udah ya mi? aku tutup dulu, bye mi.”
Tyo menunduk takut. “Maaf pak, ibu kemarin telpon saya. Saya gak tahu harus jawab apa selain jujur.” Abian memutar bola matanya, lalu menghela napas. “Sebagai gantinya, saya mau kamu cari tahu sesuatu.” Tyo mengangguk dengan patuh.
“Tentang apa pak?”
“Annina Rossalia.”
oO○Oo
Selesai keramas dan memandikan tubuhnya yang masam itu Anina rebahan di ruang tengah. "Playing Nobody gets me on spotify" ucap Anina untuk asisten digitalnya.
Lagu milik SZA itu langsuhg terputar memenuhi seisi rumah. Dengan rambut yang masih digelung oleh handuk, Anina karokean sambil menyalurkan isi hatinya lewat lirik mendalam di lagu itu.
"It's too late, i don't wanna loseEEeE. What left of youUuuU how'am i supposed to tell you! I dont wanna see you with anyone but me?! Nobody gets me like you!" Anina teriak teriak dengan suara pas pasan.
Tak peduli seberasa sakit gendang telinga orang yang akan mendengar suaranya, yang Anina mau hanya melepaskan laranya.
"Anjing lo bian! sialan! Dateng lagi ke hidup gue cuman buat ngerusuh, nyusahin, dan bikin sakit!" Maki nya terus terang, mumpung tidak ada Kale, Anina ingin jujur pada dirinya sendiri.
Cklek ...
Pintu dapur terbuka, Kale datang dengan dua porsi nasi goreng di tangannya. "Minimal kalo mau karokean suara nya kondisiin, ampe masakan gue gak enak gara gara denger suara lo. Gue jual si ashlan."
(*ashlan = nama asisten digital Anina)
Merah sewajah wajah Anina, kira kira Kale mendengar perkataan terakhirnya tidak ya?
"Denger. Gak usah sok malu, sok tsundere kek bocah abg nin. Gue udah tau lo gamonin bian dari 4 tahun lalu."
"3 tahun bego!"
Bersambunggggg
KAMU SEDANG MEMBACA
MANTAN
RomanceAbian Raflangkasa, Tampan dan Mapan. Hanya itu kata yang terbesit ketika mendengar namanya. Menjadi pengendali Angkasa Corps di usiannya yang masih muda, membuat kata sempurna nyaris disandingan dengannya. Ya ... nyaris sempurna. Siapa wanita bodoh...