23

5 0 0
                                    

Bahkan aku tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan. Sepertinya Soohe sudah mengadu yang tidak-tidak pada Pak Doman. Dia terlihat senang aku dimarahi habis-habisan seperti ini. Sudah kubilang kan? Sohee itu kukang! Sepertinya akan sia-sia jika aku mengelak karena bagi orang-orang HK Group aku bukan orang yang bisa dipercaya setelah terjadinya insiden tempo hari. Penjelasan sedetail apapun tidak akan membuat Pak Doman percaya.

Kepalaku tertunduk, aku meremas tanganku sendiri karena merasa gemas dengan situasi ini. "Maafkan saya, Pak. Saya tidak akan mengulanginya." Kalian semua dengar! Kali ini aku yang mengalah. Lagi-lagi aku mengalah untuk hal-hal yang sebenarnya bukan salahku.

"Jangan minta maaf padaku. Minta maaflah pada Nona Soohe!" titah Pak Doman.

Aku tahu akan berakhir seperti ini. Mau bagaimana lagi? Aku tidak punya pilihan lain. Harga diriku... selamat tinggal. Hah... berapa lama lagi aku hidup di dunia ini? Aku sudah lelah dengan semuanya.

"Lee Yongju, kau tidak dengar?!" sentak Pak Doman.

Dengan berat hati, aku sedikit menggeser tubuhku agar bisa berhadapan dengan Sohee. "Nona Soohe, maafkan atas kelalaikanku. Kuharap kau bersedia memaafkan aku," kataku.

"Kalau kau benar-benar tulus, lakukan dengan benar!" kata Soohe. Aku mendengar nada keserakahan di dalam suaranya.

"Nona Sohee, sebenarnya apa yang anda inginkan?"

"Berlutut!"

Apa-apaan dia?

Aku membeku di tempat. Tak kusangka Sohee sampai sejauh ini.

Pak Doman berdiri dari kursinya dan mendekat padaku. Dia mencolek bahuku dan berbisik, "Yongju, cepat lakukan jika kau tidak ingin kita semua punya masalah." Sepertinya Pak Doman sudah diancam oleh Soohe.

Aku menelan ludah, tanpa pikir panjang dan dengan berat hati aku menuruti kemauan Soohe — berlutut di depannya lalu minta maaf. Lihatlah, aku menurunkan harga diriku demi kalian semua anggota divisi kebersihan! Kalian harus berterima kasih padaku! Minimal beri aku makanan atau minuman, saat ini aku merasa lapar dan haus.

Di saat posisiku masih berlutut, tanpa disangka-sangka Baekhyun melintas di depan ruang divisi kebersihan, awalnya dia melihat situasi di dalam sini dengan ekspresi terheran-heran, kemudian secepat kilat dia menyeringai puas seraya menatapku. Seringaian itu, aku melihatnya dengan jelas. Hatiku sakit sekali. Puas? Inilah perbuatan penggemarmu! Penggemar dan yang digemari sama saja! Sama-sama brengsek!

-o0o-

Aku membanting dokumen berwarna merah ke atas meja kerja Baekhyun. "Batalkan tuntutan itu, Baekhyun!" titahku pada Baekhyun yang sedang duduk di kursinya. Aku sudah merasa sangat marah padanya.

Baekhyun yang sedang menatap layar komputer tidak terkejut sedikit pun, dia beralih menatapku tanpa minat dan bertanya, "Apa hakmu?"

"Karena aku tidak bersalah!" teriakku frustasi. Aku tidak bisa setenang Baekhyun, tidak bisa. Setelah membebaskan aku dari penjara, kini dia membuat surat peringatan padaku agar melunasi biaya ganti rugi sebesar dua ratus lima puluh juta won itu. Jika aku tidak segera melunasinya, maka aku akan diseret lagi ke pengadilan dan menerima hukuman. Pria sinting!

"Barang bukti ada dan semuanya kuat secara hukum. Kau mau melawan bagaimana lagi, Nona?"

"Kau!" Aku menunjuk wajahnya penuh kebencian. Aku tidak tahu harus berkata apa supaya pria ini mendengarku dan menghentikan semuanya. Aku ingin melawannya tapi aku tidak punya kekuatan, aku tidak punya barang bukti untuk membela diri.

Baekhyun tersenyum sinis. Seolah menertawakan tindakanku ini. Aku sudah kehabisan kata-kata. Teganya dia menindas orang kecil sepertiku. Sepertinya aku harus mengambil keputusan, Baekhyun tidak main-main dengan segala ancaman yang dia lempar padaku. Jika aku mengundurkan diri lalu menganggur, lalu dari mana uang akan kudapatkan? Dipecat juga sama saja. Dipenjara juga lebih parah. Betapa cerdasnya, sistem macam apa yang Baekhyun gunakan untuk menekanku?

Aku menarik nafas dalam, aku sudah memikirkannya matang-matang.

"Baiklah, aku akan membayar ganti rugi sebesar nominal yang tertulis." Akhirnya aku memberinya keputusan. "Tapi... kumohon jangan pecat aku. Jika aku tidak bekerja, aku tidak bisa menghasilkan uang untuk membayarnya."

Dia meringis, mengejek. "Kau yakin? Aku punya pilihan lain untukmu. Kau bisa tetap bekerja dan tidak perlu bayar ganti rugi sebesar dua ratus lima puluh juta won, aku juga akan mencabut tuntutanku. Asal... kau batalkan perjanjianmu dengan orang tuaku."

"Jangan bercanda!"

"Bukankah itu pilihan yang sangat mudah?"

"Mudah katamu? Ini bukan masalah mudah atau sulit, ini soal kesetiaan dan kepercayaan. Sama seperti kau masih setia menunggu wanita bernama Shela itu. Harusnya kau mengerti posisiku!"

Aura Baekhyun berubah menjadi gelap setelah aku menyebut nama 'Shela', padahal aku menyebut nama itu tanpa sadar. "Cepat beri keputusan!" katanya dengan dingin. Responnya sama persis seperti saat kami berada di pulau Jeju.

"Aku tidak akan membatalkan perjanjian itu. Aku... aku akan tetap membayar ganti rugi sebesar dua ratus lima puluh juta won, kau dengar kan?" kataku dengan tegas, namun hatiku terasa sangat berat.

Dengan sikapnya yang dingin, Baekhyun mengambil sesuatu dari laci mejanya yaitu dokumen warna biru. "Kalau begitu cepat tanda tangan!" Baekhyun melempar dokumen itu ke meja.

Dengan tangan gemetar aku membuka dokumen dan membaca isinya. Dokumen ini berisi tentang surat perjanjian pelunasan biaya ganti rugi sebesar dua ratus lima puluh juta won itu. Namaku dan nama Baekhyun tertulis di sana, juga nama beberapa orang yang bersangkutan. Dua ratus lima puluh juta won, dari mana aku mendapatkannya? Gaji dari ayah Baekhyun tidak akan cukup. Jika dikalkulasi dengan biaya pengobatan adikku pasti itu cukup. TIDAK! Biaya pengobatan tetap milik Dongju, aku akan mencari sisanya.

"Tapi... pembayarannya akan kucicil. Bisakah kau ubah isi perjanjiannya?" kataku dengan suara lirih.

"Baiklah, asal kau melunasinya dalam jangka waktu satu tahun."

"Apa? Satu tahun?" Aku mendelik.

"Iya. Apa itu terlalu lama? Mau kupersingkat? Setengah tahun?"

"Tidak, jangan! Apa kau tidak bisa memberiku kelonggaran? Uang sebanyak itu, aku tidak bisa melunasinya dalam jangka waktu satu tahun. Em... apa bisa jangka waktunya diundur menjadi sepuluh tahun? Atau sepuluh tahun lebih."

"Apa kau gila? Tiga tahun sampai lima tahun saja kau belum tentu masih hidup, lalu bagaimana dengan gaji karyawan yang tertunda? Apa kau lupa siapa korban dari perbuatanmu? Lagipula hutangmu di HK Group belum lunas."

Benar juga, kematian tidak ada yang tahu.

"Tapi... setidaknya jangan satu tahun, kumohon beri aku kelonggaran sedikit lagi."

"Satu tahun setengah."

"Dua tahun. Bagaimana? Atau tiga..."

"Baiklah, dua tahun. Final!"

Aku mengangguk kecewa. "Baiklah, akan aku usahakan."

Baekhyun menekan salah satu tombol telepon di meja, kemudian dia berbicara kepada seseorang di sana, "Sekretaris Han, segera ubah beberapa poin perjanjianku dengan Nona Lee Yongju."

"Baik, Pak."

Aku menelan ludah saat mendengar jawaban dari sekretaris Baekhyun, siapa lagi kalau bukan Taeyong. Terkadang bersedia dihukum bukan karena bersalah, tapi terpaksa, karena aku juga tidak akan mampu membayar detektif dan pengacara untuk menyelidiki kasusku. Sementara ini aku terpaksa merelakan segala hal yang telah terjadi, mungkin di masa depan kebenaran akan terungkap dengan sendirinya.

MY PRETTY HUSBANDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang