14

3.8K 347 10
                                    

Alfian menarik Ezra keluar dengan terburu-buru. Ia melihat keluarganya yang sudah menunggu mereka di ruang makan. Alfian hanya tersenyum karena akhirnya keluarganya bisa makan bersama di rumah.

Keluarganya biasanya sangat jarang ada di rumah karena punya kesibukan masing-masing. Kemungkinan besar hari ini juga untuk makan bersama sebelum kakak pertamanya kembali ke markasnya.

Alen mengenakan seragam tentara miliknya. Dilihat-lihat jika seperti ini menambah kegantengan kakaknya. Ia bahkan tidak bisa menahan senyumannya.

"Bang Alen kalau nggak jadi kakak. Fian udah ngejar abang dari dulu," celetuk Alfian dengan duduk di samping Alen dan Ezra.

"Dih, kalau Mama nggak jadi ibu sambung kamu. Mama nggak sudi jadi mertua dari anak begundal kayak kamu," ledek Linda dengan tertawa. Ia hanya mengatakan sebuah kebohongan untuk bergurau.

Alfian seketika cemberut dengan menyantap makanannya. Ia mengaduk-aduk makanan dengan menatap Austin yang sedang membicarakan pekerjaan dengan ayahnya. Semua orang mengatakan sebuah pekerjaan.

Hal yang lebih membingungkan orang luar, seperti Kenan juga ikut berhadir dalam acara makan keluarganya. Lelaki itu bahkan mengatakan sesuatu yang jelek tentang dirinya kepada Linda. Ia sangat kesal dengan apa yang terjadi.

"Kak Dava ayo pergi aja! Nggak mood aku makan bahas kerjaan," ucap Alfian dengan memegang tangan Ezra.

"Dava?"

Semua mata mulai memperhatikan dirinya. Ia mengangkat bahunya seolah tidak peduli tatapan keluarganya juga Kenan. Ezra menarik tangannya agar dirinya menatap mata lelaki itu.

Ezra memegang pipinya. Jari lelaki itu mengelus ujung bibirnya dengan lembut. Perlakuan lembut itu lagi-lagi membuat Alfian jatuh dalam pesona suaminya.

"Ehem, Dava siapa?" goda Austin dengan menertawai adiknya yang kini tampak membeku seperti patung.

"Pamer mesra trus! Iye, cukup tau lo pada pengantin baru," ejek Kenan dengan memutar matanya. Tangannya tampak memeriksa catatan kriminal alias murid-murid yang melanggar aturan.

Alfian menjulurkan lidahnya. Ia menarik tangan Ezra agar mengikutinya. Austin dan Kenan seketika berlari menyusul kedua pasangan yang lagi indehoi tanpa memperhatikan sekitarnya.

"Heh, anak-anak itu nggak tau sopan-santun!" teriak Linda yang mengelus dada melihat anak-anaknya pergi tanpa pamit.

"Sabar, Ma. Kayak nggak tau aja kelakuan mereka," ucap Eron dengan mengelus punggung istrinya.

Kemudian tidak lama mereka berempat kembali ke meja makan. Alfian memimpin dengan menjulurkan tangannya. Linda yang melihat turut menjulurkan tangannya.

"Loh, ngapain mama ikut julurin tangan? Alfi ini mau minta uang saku, loh!" seru Alfian dengan cengengesan.

Linda yang mendengar seketika tersulut emosi. Ia memukul pelan kepala putra bungsunya dengan tangan kosong. Ia melihat Alfian mengelus-elus kepala belakangnya dengan cengar-cengir.

"Kamu ini keknya emang pengen bikin mama darting," gerutu Linda dengan mengeluarkan dompetnya.

Akhirnya Linda dan Eron mengeluarkan masing-masing uang berwarna merah kepada Alfian. Lelaki itu menyambutnya dengan tersenyum lebar.

Alen yang melihat hanya menggelengkan kepalanya. Ia juga mengeluarkan uang berwarna merah kepada Alfian.

"Gunain uang yang dikasih bonyok sama abang dengan hemat. Jangan beli barang yang nggak guna sama nggak bisa dimakan! Anggap aja itu hadiah sebelum abang pergi ke markas," tutur Alen dengan mengacak rambut adiknya.

I Believe You (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang