Pendirian

205 24 5
                                    

BoBoiBoy milik Animonsta Studios
.

Bertemakan kabut, bergenre keluarga, dan berlatarkan tempat di sebuah kota fiksi. Fanfiksi ini ditulis dan diedit oleh DekaAnderskor
.
.
.
Pendirian
.


.
.

Gopal baru saja pulang sekolah, bersepeda dari distrik metropolitan menuju distrik Merbulan, tempatnya tinggal. Sang Ayah yang menunggunya di bengkel tampak benar-benar murka dengan wajah merah. Gopal berdiri masih dengan tas ransel berisi kotak bekal untuk ayahnya.

"Siapa yang menyuruhmu memasak?" hardik sang Ayah tiba-tiba.

Gopal mundur selangkah.

"Tidak … Ayah—"

"Ayah kan sudah bilang, laki-laki tidak boleh mengerjakan pekerjaan perempuan! Begitu juga sebaliknya!"

Mulut Gopal bungkam. Ayahnya tampak mendengkus kasar, lantas mengusap wajah frustrasi. Semuanya dia lakukan tanpa melirik Gopal sama sekali. Pria itu kembali mengambil kunci inggris di atas meja, lalu mempreteli mesin motor.

"Cepat tambal ban yang itu." Ayahnya menunjuk motor di ujung bengkel. Gopal buru-buru mengangguk dan mengerjakan apa yang disuruh.

Bukan pertama kali Gopal dihantam dengan hardikan sejenis. Ayahnya sangat memegang teguh pendiriannya itu. Sejak kecil pula Gopal tak diperbolehkan menyentuh dapur, mesin jahit, dan sesuatu yang konon katanya hanya wanita saja yang boleh memakai.

Namun, Gopal hanya anak kecil yang bahkan belum menyelesaikan sekolah dasar. Rasa penasarannya bertubi-tubi, membludak saat dia pertama kali menyentuh gagang panci di atas kompor menyala. Tepat saat tengah malam, Gopal belajar menggunakan alat masak dalam diam. Dia tidak tahu bagaimana membuka cangkak telur, dia juga tidak tahu kenapa tehnya terlalu manis. Rasa penasaran membunuhnya.

Sang Ayah menyadari Gopal di dapur malam itu.

"Laki-laki kedi kau, Gopal!"

Langsung saja telinganya ditarik dan Gopal dicecar makian tak berujung. Laki-laki yang seperti perempuan, begitu kata ayahnya. Tak ada laki-laki maskulin yang bermain-main dengan alat masak. Begitu pula kata sang Ayah.

Mungkin hanya keluarganya yang memegang pendirian serupa di Distrik Merbulan. Penduduk lain hanya menghormati pilihan hidup masing-masing.

Merbulan adalah distrik tempat Gopal lahir dan hidup. Daerah kecil dari kota metropolitan, bagian yang konon dihilangkan dari peta. Letaknya paling barat, mendapati sinar matahari terakhir di kota itu.

Sebab dipayungi iklim tropis, tak heran kulit mereka cenderung lebih gelap dibanding penduduk dari distrik lain. Gopal pernah melihat pelancong dari luar kala itu, berkulit putih, bermata biru. Tampak bersih sekali, tak seperti kulitnya yang kasar, begitu pikirnya.

Kemudian perkara warna kulit ini membuat Gopal tak bisa diterima baik di sekolah distrik lain. Penduduk sekolah, terutama teman sekelasnya, menjauh darinya. Dari pandangan mereka, Gopal tampak menjijikan, seolah tak pernah mandi dan tak pernah berhenti makan. Mereka seringkali menyingkir dan berbisik tentang tubuh Gopal, bahkan ketika si empunya ada di sana.

Persis seperti saat Gopal tak mendapatkan kelompok untuk diajak kerja sama. Tugas berkelompok ini membuat Gopal ingin menyatu dengan mejanya. Dia tampak kecil di kerumunan siswa-siswi yang antusias. Guru mereka pun tak banyak membantu, hanya memberi tugas, dan memberi nilai.

Sepulang dari sekolah esok hari, Gopal mendapati dirinya dicela habis-habisan karena bentuk tubuh. Dia tak bisa banyak berbuat, hanya melaju pergi dengan sepedanya. Namun, beberapa hari kemudian, sang Ayah memikirkan hal yang sama.

Beret Tinta di JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang