Janji

250 26 10
                                        

BoBoiBoy milik Animonsta Studios
.
Bertemakan tumbuh-tumbuhan, bergenre kriminal, dan berlatar tempat di sebuah kerajaan fiksi. Fanfiksi ini ditulis oleh SappireEyes dan diedit kembali oleh DekaAnderskor.
.
.
.
Janji
.
.
.

Sepasang kaki mungil tanpa alas tampak berlarian di atas rerumputan hijau. Suara tawanya menghiasi suasana di dalam hutan. Sosok kecil itu lekas berbalik dan berhenti. Dengan senyum lebarnya, ia melambaikan tangan kecilnya ke arah sosok berbadan besar yang tengah berjalan santai menuju dirinya.

"Ya ampun. Kamu kalau sudah di dalam hutan pasti tidak bisa diam," keluh sosok berbadan besar itu seraya tersenyum maklum.

Anak kecil itu hanya tertawa menanggapi keluhannya. Ia kembali berbalik memunggungi orang itu dan merentangkan kedua tangannya. Matanya dipejamkan dan dihiruplah udara segar di sekitar. Udara yang ia hirup kembali dilepaskan bersamaan dengan mulut yang sengaja dibuka.

"Duri suka sekali alam terbuka. Terutama hutan ini. Mata jadi segar melihat 'mereka' semua." Anak bernama Duri itu membalikkan badannya lagi. Dengan wajah ceria ia memandang sosok di depannya.

"Yah, apakah Ayah mau menemani Duri menanam pohon?" tanyanya dengan penuh harap.

Sosok yang dipanggil Ayah itu tertawa seraya mengusap pucuk rambut anak itu.

"Tentu saja anakku yang menggemaskan. Ayah akan ikut menanam pohon."

Duri pun bersorak gembira sampai tubuh kecilnya melompat. Mereka pun lekas menanam pohon kecil di sebuah tanah kosong yang ditumbuhi rumput. Duri tampak gembira sampai tidak peduli wajahnya yang dibumbui tanah.

"Kalau pohon ini sudah besar, aku mau kita semua piknik bersama di bawah pohon ini. Aku, Ayah, dan Kakek Gaharum. Oh, juga teman-teman cendawan!"

Sang Ayah hanya tersenyum kecil menanggapi celotehan anaknya yang baru berumur sepuluh tahun itu. Tangan besarnya kembali mengusap kepala Duri yang tertutupi topi hijaunya.

Kehidupan mereka tampak tenang dan damai. Mereka menjalani hari-hari dengan penuh tawa dan senyuman. Hingga suatu ketika hari di mana kebersamaan mereka harus berakhir.

Ayah.

*****

Empat tahun kemudian, di sebuah kerajaan Rimbara yang terkenal dengan hutannya yang rindang dan asri. Kini, semua pohon besar itu telah tiada. Tanah yang dulunya ditumbuhi rumput hijau telah berubah menjadi gersang. Saat angin bertiup hanya daun kering yang beterbangan di sekitar tempat itu.

Tak jauh dari lokasi tampak seorang pemuda berumur sekitar empat belas tahun tengah berdiri di sana. Tiada senyuman tercetak di wajahnya. Tangannya mengepal di samping tubuh.

"Kenapa …" gumamnya lirih.

Di belakangnya tampak seorang kakek tua tengah berjalan mendekatinya. Dalam jarak yang tidak terlalu dekat, ia hanya berdiri dalam diam.

Orang tua itu hanya merenung. Sinar matanya tampak redup. Ingatannya kembali ke masa lalu.

Bukan pertama kalinya Duri menginjakan kakinya kembali ke tempat ini. Sejak kejadian empat tahun yang lalu, selama sebulan dirinya hanya berdiam diri di dalam kamarnya. Ia meringkuk di sudut ruangan seraya menenggelamkan wajahnya di antara lututnya. Setelah sebulan berlalu, ia pun memberanikan diri kembali ke hutan ini. Terus ia lakukan setiap hari. Dengan posisi yang sama tentunya. Matanya yang tampak lucu itu kini hanya memancarkan kesedihan.

Beret Tinta di JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang