Jisung telah selesai memakai pakaiannya, kemudian pergi menuju ruang tamu dan dirinya akan memakan pizza pemberian orang yang tak dikenal itu tapi hal itu Jisung urungkan saat melihat ada sekelebat bayangan di depan pintu rumahnya.
"Siapa?" Tanya Jisung.
Tapi tidak mendapatkan jawaban, Jisung pun hanya mengangkat bahu acuh, mungkin saja itu adalah orang iseng yang ingin mengerjai pemuda itu, kira-kira begitulah pemikiran dangkal Jisung. Pemuda itu masih tidak menyadarinya bahwa dihari ini tidak ada hal yang tidak memiliki kejanggalan, seharusnya Jisung lebih berhati-hati.
Walaupun acuh Jisung tetap memiliki sedikit rasa takut, pemuda itu dengan cepat pergi menuju ke kamarnya dengan kotak pizza ditangannya dan juga sekaleng soda yang telah dia ambil tadi. Jisung memutuskan untuk memakan pizza di kamarnya, karena menurut Jisung tempat yang paling aman baginya hanyalah kamar miliknya meski sekarang sudah tidak lagi.
Jisung memakan pizza sembari memainkan ponselnya, dirinya teringat bahwa dia harus menelepon nomor yang salah itu. Jisung harus mengakhiri hubungan tidak jelas itu sekarang juga. Tanpa menunggu lagi Jisung langsung menelepon nomor tersebut
Titt
Sambungan telepon tersambung, Jisung langsung tersenyum senang. Hal itu tentunya dapat dilihat oleh Jaemin yang masih menatap Jisung dari layar komputer miliknya, Jaemin juga memegang ponsel yang menghubungkan dirinya dengan Jisung sekarang.
"Ada apa pacar?" Tanya Jaemin dengan seringai miliknya.
"Emmm..."
Jaemin tersenyum saat melihat wajah kebingungan dari pacarnya itu, Jisung nampak ingin mengungkap sesuatu tapi tidak berani mengungkapkan hal itu kepada Jaemin.
"Iya, ada apa pacar?" Tanya Jaemin lagi.
"Bisakah kau melupakan hubungan gila ini?" Tanya Jisung.
Jaemin menaikkan alisnya tanda bingung dan penasaran, apakah Jisung ingin mempermainkan dirinya?
"Apa maksudmu?" Tanya Jaemin dengan suara berat yang terkesan sedang mendominasi lawannya sehingga membuat lawan gemetar ketakutan, seperti yang dialami Jisung sekarang.
Badan Jisung terasa kaku, wajahnya tampak pucat dengan ekspresi ketakutan yang terpancar dari rautnya. Jaemin melihat itu semua dan seketika suasana hatinya berubah menjadi bahagia, ada kebahagiaan saat melihat Jisung ketakutan karena raut wajahnya sangat imut ketika Jisung ketakutan.
"Maaf untuk sebelumnya, tapi saat itu aku salah nomor. Maaf karena ketidaksopanan diriku yang malah mengganggu dirimu, jadi bisakah kita lupakan hal ini dan menganggap hal ini tidak pernah terjadi?" Tanya Jisung hati-hati takut lawan bicaranya tersinggung.
Jaemin tersenyum mengerikan, dirinya sudah tahu sejak awal bahwa pemuda didepannya ini salah nomor, belum lagi Jaemin juga tahu bahwa Jisung adalah seorang pembuli di sekolahnya. Jisung juga memiliki keluarga yang hancur dan tidak harmonis sehingga dirinya berlaku seenaknya disekolah.
Jaemin tahu segalanya tentang Jisung, menurutnya mencari informasi tentang anak seperti Jisung sangatlah mudah apalagi untuk dirinya yang berkuasa diatas segalanya. Jaemin adalah pemegang otoritas terbesar di negara ini, dirinya merupakan salah seorang kaum oligarki yang mampu menjalankan pemerintahan negara hanya untuk kekuasaannya sendiri dan karena itulah Jaemin bisa melakukan ratusan kejahatan tanpa ada yang mengetahui hal itu.
"Sepertinya kita tidak bisa memutuskan hubungan ini, karena kedua orang tuaku sudah mengetahui hal ini. Mereka sangat senang begitu mendengar aku memiliki seorang kekasih" ucap Jaemin kepada Jisung.
Jaemin melihat Jisung meringis, tangannya memegang pizza dan mulai memasukkan pizza tersebut ke mulutnya.
"Tidak bisakah kau bilang pada mereka kita putus?" Tanya Jisung.
"Tidak bisa, mereka sangat bahagia sampai-sampai mereka ingin aku langsung menikahi dirimu!" Ucap Jaemin, pemuda itu menyunggingkan senyumnya saat melihat Jisung perlahan mulai mengantuk.
"Hoammm....jadi kita tidak bisa putus?" Tanya Jisung yang mengantuk.
"Iya, setidaknya butuh waktu sebulan agar kita bisa putus, kau tidak apakan?" Tanya Jaemin.
"Tidak apa-apa" jawab Jisung.
"Ngomong-ngomong, kau cantik dengan pakaian berwarna biru itu dan celana pendek ketat berwarna merah muda itu." Puji Jaemin.
Jisung langsung panik, dirinya memeriksa sekitar takut bahwa orang ini ada di sekitar rumahnya.
"Sepertinya kau ketakutan ya karena aku bilang seperti itu"
"T-tidak kok"
"Buktinya kau sampai mencari-cari orang yang bahkan tidak pernah ada di sekitar rumahmu, oh bukan tidak ada. Hanya saja belum sempat untuk berkunjung ke sana, siapkan saja dirimu mungkin saja sesuatu yang menarik akan menunggu dirimu, sebagai balasan atas perbuatan mu"
Jisung langsung mematikan teleponnya, dan perlahan matanya mulai mengantuk. Jisung akhirnya memutuskan untuk tertidur sepertinya obat tidur yang ada di pizza itu sudah bekerja dengan baik.
"Sepertinya, inilah saatnya aku mengunjungi dirimu. Pacar ku!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Wrong Number
FanfictionApa jadinya jika kau mengajak seseorang pacaran lewat telepon, dan sialnya kau salah nomor.