LEON's POV
"Kamu laki-laki atau bukan?" Suaranya bergetar. Kalimat itu begitu menusuk, membuat amarahku naik. Tapi tidak, aku tidak akan memarahinya. Bukan waktu yang tepat.
"Tolong, stop nangis Al. Percuma, lo cuma bakal lebih sakit lagi."
Dia semakin meneruskan tangisnya. Tak menghiraukan perkataanku.
"Apa yang bisa gue buat selain nangis ? Gue udah ga bisa ngapa-ngapain lagi. Mending lo balik, lomba udah mau mulai." Dia mengatakannya sambil berusaha menanhan tangis yang tak bisa teredam.
Aku berjalan meninggalkan Alasca. Bukan bermaksud untuk meninggalkannya, tapi memang lomba hampir mulai dan aku masih bersama gadis yang menangisiku. Karena itu aku berbalik dan melontarkan sebuah kalimat dari jauh.
"Maaf." Hanya itu yang bisa keluar dari mulutku.
****
Author's POV"Maaf." Sebuah kata yang dilontarkan seorang lelaki sambil berlalu dari hadapan gadis itu, sukses membuat gadis itu lebih menggilakan tangisnya.
"Untuk kesekian kalinya, gue lelah. Lelah mengejar dan percaya kepada orang munafik." Tapi, walau dari mulutnya terucap seperti itu, dalam hati kecil Alasca, dia tak bisa membenci Leon. Walau sudah beribu kali Leon membuatnya menangis. Alasca tak punya alasan untuk membencinya, tapi tak punya alasan untuk mencintainya pula.
****
Lomba telah selesai, tapi Alasca tak kembali dari membeli ice cream membuat Ashley semakin cemas mencarinya.Mungkin Leon tau. Itu yang terlintas di benaknya saat melihat Leon berlalu dari hadapannya sambil memegang piala.
"Leon! Le!!"
"Nape?"
"Gila judes amat lo! Alasca sama lo?"
"Lo gak liat gue sendiri?"
"Orang guenya nanya doang. Biasa aje lu! Kan siapa tau tadi ketemu apa gimana."
Saat Leon hendak pergi, dia kembali membayangkan kejadian tadi yang membuat Alasca menangis. Saat itu dia tersadar, bahwa Alasca tidak ada. Berarti dia masih menangis, dan ini sudah selesai lomba. Dia menangis dari sebelum lomba.
"Eh, Ash, coba di telpon!"
"Tas ama hpnya disini, ga guna."
Kacau. Dia pasti masih menangis.
"Gue liat Alasca." Dan Leon berlari menuju pintu keluar gedung.
"Eh tungguin dong!!"
****
"Le, gue udah ketemu ama dia. Dia udah pulang. Sekarang lo yang jemput gue." Ashley berbicara dengan orang yang terpisah jarak dengannya."Ih apaansih. Ga ah."
"Elah. Lo gak tau tanggung jawab sekaligus ga tau terima kasih ya? Yang buat Alasca nangis elo, trus gue yang nemu. Jemput gue di rumah Alasca."
"Iya deh. Bawel."
Dia memutuskan sambungan dan langsung kembali ke dalam gedung untuk mengambil tasnya.
Leon lupa bahwa ia tidak membawa kendaraan apapun. Sehingga dia harus menjemput Ashley dengan taksi.
****
ALASCA's POV
"Dek, bsok sekolah ga?" Papa mengangkat suara saat makan.
"Ga. Libur, ada rapat guru."
"Kalo mama?"
"Ada dinas luar." Jawaban itu membuatku terkejut.
"Ih mama suka gitu deh. Kalo ada tugas luar ga bilang-bilang dulu. Maen pergi gitu aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFICULT
Ficção AdolescenteTelah 2 tahun dia menunggu, tapi tak pernah mendapatkan. Dia berjuang mati-matian untuk merasakan sesuatu yang bernama cinta, tapi tidak dapat merasakannya, justru orang lain yang santai dia yang mendapatkannya, instan. "Cinta itu terlalu rumit unt...