"SAH!!!"

19 1 0
                                        

Doughlas adalah pria berkebangsaan Rusia, rambutnya pun telah memutih sempurna, dengan usia baru memasuki 43 tahun. Meski telah berumur, tapi pria itu masih terlihat sangat gagah dan tampan.

Dan Matanya hijau terang miliknya, persis seperti milik Belfa.

Hubungannya dengan gadis itu adalah sebagai ayah angkat, dan hal itu Doughlas lah yang memintanya.

Ia mengenal Belfa dari Matheo, ia dan Matheo adalah saudara ipar, dimana sang kakak adalah istri dari Matheo yang telah lama meninggal, bahkan sebelum kedatangan Leo.

Sedang Leo, tak sekalipun ia melihat Wajah neneknya itu, kecuali saat ia berusia 6 tahun, hal pertama yang ia minta adalah melihat sebuah foto yang tertempel di dinding ruang baca sang kakek, yang langsung menghadap ke arah meja kerjanya.

Sebuah figura besar yang di tutupi sebuah kain berwarna merah.

Dengar-dengar, karena sang kakek terlalu cinta, ia tidak pernah memperlihatkan sang istri pada siapapun, identitasnya pun selalu menjadi misteri, hanya segelintir orang berkesempatan mengenalnya. Bahkan hingga sang nenek meninggal pun, kakek Matheo masih tidak rela Wajah nenek di pertontonkan pada khalayak ramai.

Dan hanya sekali itu Leo, sang cucu satu-satunya ini melihat Wajah sang nenek dari sebuah figura besar yang terkadang senyumannya dapat menghipnotis orang yang melihatnya.

***

Selama ini Doughlas tinggal di London, menjadi kepala cabang Perusahaan Dirgatama di sana. Kedatangannya ke Indonesia, hanya beberapa kali terjadi dalam hidup Belfa, pertama ketika ia menawarkan diri menjadi ayah angkat, kedua ketika hari-hari penting yang terjadi setahun sekali, dan ketika akan menikahkan gadis itu seperti saat ini.

Semua memang terlihat terburu-buru, ia pun masih tidak mengerti tentang semua kebaikan-kebaikan yang ia terima.

Doughlas memang lebih pantas menjadi orang tua Belfa, di banding dengan Elisa yang menjadi ibunya kini.

Karena Doughlas juga memiliki pupil mata hijau persis seperti milik Belfa.

Sempat mengira Doughlas adalah ayah kandungnya, Belfa pernah melakukan test DNA secara diam-diam untuk membuktikan itu.

Tapi ternyata, hasilnya hubungan mereka bukanlah ayah dan anak, tiada kecocokan dari hasil tes yang ia lakukan.

Meski kecewa, tapi ia juga bersyukur, Papa Doughlas malah menawarkan dirinya menjadi ayah angkatnya. Melengkapi kekurangan dalam keluarganya.

Tadinya cukup aneh, anak seorang pelayan seperti dirinya malah diangkat anak dan di perlakukan dengan sangat baik oleh keluarga terpandang di kota ini, membuat kecurigaan itu muncul, mungkin ada kejadian seperti Majikan menghamili pembantu seperti di sinetron-sinetron pikirnya.

Namun ternyata, Belfa menyadari, dirinyalah yang terlalu berpikiran sempit.

Sejak saat itu, ia pun merasa bersalah, dan tak lagi menanyakan mengenai sang ayah kepada ibunya yang memang tidak pernah mau membahas tentang pria itu.

Ia juga mengubur keinginan untuk bertemu dengan ayah kandungnya sejak saat itu. Papa Douglas seorang sudah cukup.

Dalam pikirannya, saat ini sudah bagian terbaik yang terjadi di hidupnya.

***

"Saya terima, nikah dan kawinnya Ayunda Deli Belfa dengan mas kawin tersebut di bayar tunai!" Ucap Leo dengan lantang, yang terdengar jelas di telinga gadis yang telah duduk di singga sananya.

Ia memejamkan matanya erat-erat, merasakan jantungnya akan segera melompat keluar.

"SAH!" Teriakan sang kakek dan beberapa orang lainnya juga meneriakkan kata yang sama secara bersamaan.

Seperti ada sebuah kelegaan di hati Leo kala ia menyelesaikan kalimat Ijab Qobulnya, tapi ia mencoba menyangkal dan membujuk diri, jika perasaan itu hanyalah rasa puas setelah menuntaskan janji pada sang kakek juga demi melancarkan rencananya.

Acara pun kembali berlanjut, kini saatnya Leo memasuki panggung kecil yang bagaikan sebuah bilik dengan tirai tipis yang berkilauan mengelilinginya, menampilkan pemandangan orang yang berada di dalamnya dengan samar-samar.

Belfa telah duduk Iftirasy di dalamnya menunggu kedatangan sang suami untuk sungkeman dan memperlihatkan wajahnya pada sang Mahram.

Tirai di buka lebar oleh beberapa orang pendamping, untuk memudahkan Leo masuk ke dalam tirai yang menyembunyikan sang istri di dalamnya.

Dengan instuksi dari pembawa acara, Leo begitu patuh melakukannya.

Setelah pria itu mendudukkan diri menghadap sang istri, tirai pun kembali di tutup.

Belfa seketika menundukkan dirinya sedikit, lalu saat akan menyambut tangan pria itu, ia malah ragu-ragu saat akan menyentuhnya.

Membuat orang-orang yang melihatnya tertawa karena tingkahnya yang takut menyentuh suami sendiri.

"Sudah tidak berdosa.. dia sudah sah menjadi suamimu.." Ucap seorang ustad yang akan membacakan doa untuk pernikahan mereka.

Dengan helaan napas, akhirnya Belfa memberanikan diri menyentuh tangan hangat Leo yang terasa begitu nyaman menyentuh tangannya yang dingin.

Sedang Leo, ia tau jika gadis itu sangat gugup, dari dinginnya jari jarinya kala menyambut tangannya, dan pria itu tentu saja tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini untuk mengerjainya.

Usai Belfa mencium punggung tangan sang suami, kini lanjut Leo pula yang mencium kening sang istri.

"Jangan terlalu serius, ini hanyalah permainan" ucapnya berbisik usai mengecup ringan kening sang istri

Deg! Setelah mendengar pernyataan dari sang suami, hati gadis itu seketika hancur berkeping-keping, hatinya bagai diiris pisau.

'Apa salahku? Hingga kau begitu membenciku bahkan sedari kita masih kanak-kanak?' gumamnya dalam hati.

Tanpa terasa buliran bening itu terjatuh begitu saja dari matanya. Namun ia berusaha menyembunyikan kesedihan itu.

Beruntung, dirinya tertutupi oleh tirai, hingga orang-orang tidak akan menyadari jika ia tengah menangis.

Sedang Leo, tentu menyadari itu, karena terlihat jelas kedua mata Belfa menjadi memerah dan berkaca-kaca.

Ia pun hanya bereaksi memutar matanya jengah, dan menarik sebelah alisnya, menatap Belfa dengan sinis "Baru segini saja sudah menangis, masih ada hari esok dan seterusnya, jadi kuatkan dirimu ini belum apa-apa" tambahnya dengan suara kecil.

Belfa diam sejenak, meski Leo mengatakan pernikahan mereka adalah sebuah permainan, tapi ia tidak menganggap demikian, karena pernikahan ini di saksikan oleh orang-orang tersayangnya, juga di jalankan sesuai syariat agama juga di akui oleh negaranya.

Jadi tidak ada alasan yang membuatnya harus berpikiran sama dengan pria yang sudah menjadi suaminya itu.

Tentang masa-masa suram yang sempat Leo katakan tadi di masa depan, ia tidak akan terlalu memikirkannya, ia hanya berharap, suatu saat ketulusannya dapat meluluhkan hatinya yang sekeras batu.

Ia akan berusaha menjadi istri yang baik untuk pria itu.

Kini tiba saatnya untuk Belfa agar memperlihatkan wajahnya pada Leo, sebelum keduanya menandatangani buku pernikahan.

Seharusnya prosesi ini di lakukan di awal, sebelum Leo mengucapkan ijab qobul, namun sang kakek tidak setuju dengan hal itu, karena bagaimana pun ia akan tetap menikahkan Leo dan Belfa. Keputusan itu Sudah bulat dan tidak bisa di ganggu gugat.

Begitu pula dengan Leo, yang tidak memusingkan perihal tersebut. Karena dia tidak akan pernah perduli dengan gadis itu, tujuannya hanya 1, mengabulkan keinginan sang ayah dan menjadi pewaris tunggal Dirgatama.

Setelah semua tercapai, tentu saja ia akan mencari pengganti sang istri dengan wanita yang sesuai dengan kriterianya.

***

Aku Bukan Pilihan HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang