Kau Pemain!

16 0 0
                                    

Kini mereka duduk bersila dan berhadap-hadapan.

Dengan mata yang masih berkaca-kaca, Belfa menatap Leo dengan intens, sungguh tatapan tersebut seolah menarik Leo untuk merasakan kesedihan yang sama. Entah bagaimana bisa, tapi setelah bertatapan dengan tatapan sedih sang istri, Leo mulai merasakan sakit di dadanya.

Sakit yang tak mampu ia jelaskan. Jantungnya pun mulai berdetak tidak karuan, terlebih ketika ia akan segera menarik tali yang mengikat cadar sang istri di belakang kepalanya.

Glek! Pria itu kesusahan menelan salivanya.

Tak ingin berlama, Leo mulai menjangkau tali cadar tersebut dengan sebelah tangannya.

Namun ternyata, ia kesusahan, tali tersebut tak juga terlepas, akhirnya ia menggunakan kedua tangannya, dengan posisi seperti Tengah memeluk Belfa.

Leo yang tak juga mampu membuka tali tersebut pun menjadi panik, pasal jantungnya tak juga mau berhenti berdegup kencang hingga membuatnya kesal.

Tak jauh berbeda dari Belfa, posisi mereka yang begitu dekat, membuat jantungnya juga berdegup tidak karu karuan.

Wangi maskulin ciri Khas Leo pun semerbak merasuk ke dalam rongga hidungnya.

Orang-orang yang menyaksikan itu pun mulai merasa bingung, apa yang membuat Leo begitu lama melepaskan cadar tersebut.

Leo yang merasakan tatapan orang-orang pun mulai merasa kesal, ia memajukan dirinya semakin mendekat ke arah Belfa, bahkan tubuh mereka telah saling tertempel, dengan emosi ia melirik ikatan cadar tersebut dari samping kepala sang istri yang telah menegang, Gadis itu bahkan menahan napasnya karena saking panik mendapati perlakuan Leo.

Setelah melihat simpul tersebut, ia pun mulai membuka tali tersebut, hingga cadar pun terjatuh perlahan.

Bersamaan dengan itu, Leo pun tersadar, jarak mereka telah begitu dekat, ia menjadi semakin sangat gugup, terlebih aroma sang istri yang mampu membuat dirinya nyaman.

Perlahan Pria itu mulai memundurkan dirinya dan melirik ke Wajah sang istri yang tampaknya juga tengah melirik ke arahnya.

Tak di duga, napas yang Belfa hembuskan terhirup oleh Leo karena jarak yang begitu dekat, yang membuat pria itu menjadi candu, sangat ingin langsung menciumnya kala bibir mereka berpapasan, namun ia tidak melakukannya, ia hanya merasa dia akan menggila saat ini karena perasaan yang tidak jelas.

Terlebih ketika ia telah kembali ke posisi awalnya, Leo baru mampu melihat Wajah sang istri secara jelas dan sempurna.

Manik hijau, hidung runcing, alis tebal, bibir merah terbelah, lesung pipi yang samar-samar muncul kala Gadis itu mengulum bibirnya, pipi yang merona, bulu mata yang lentik dan panjang.

"Cantik!!!" Ucap bibirnya berbisik tanpa sadar

"Apa?" Tanya Belfa yang tak mendengar

"Bukan apa-apa"

"Ehem.. ehem.. Sudah tatapannya ya pak Leo.. nanti malam boleh tatap-tatapan lagi sampai puas" singgung sang MC dengan Candaan, karena akan membacakan kembali agenda acara selanjutnya.

Deg! Deg! Deg! Dunianya seakan berhenti berputar.

Belfa pun menyodorkan cadar itu lagi pada sang suami, lalu ia memutar tubuhnya membelakangi si pria.

Namun Leo mengernyitkan keningnya "apa yang kau lakukan?"

"Hm?" Belfa melirik ke belakang, ke arah pria yang baru ia nikahi itu. "Aku takut nanti kau tidak nampak" jawabnya.

"Berbalik!" Ucapnya dengan tegas. "Mulai sekarang dan seterusnya, jangan harap bisa lari!" Tambahnya ketika ia kembali memasangkan cadar tersebut dengan cara yang sama seperti awal membukanya.

Tubuh Belfa lagi-lagi menengang karenanya.

Setelah selesai mengikat, keduanya pun kembali duduk di singga sana selayaknya pengantin pada umumnya.

Acara terus berlanjut hingga malam Hari, tepat ketika acara hampir selesai, dan Mc akan segera menutup acara.

Seorang gadis dengan gaun panjang tak berlengan, berwarna biru blink blik yang begitu pas membentuk tubuhnya, dengan bagian bawah terbelah hingga ke paha menampilkan kaki jenjang putih dan mulusnya tampak berjalan dengan sempoyongan bak orang mabuk ke arah Leo dan Belfa berdiri.

Mata Leo membulat sempurna, sedang Belfa telah berkaca-kaca, tampaknya keduanya mengenali tamu tak diundang ini.

Dua orang bodyguard yang cukup di kenali oleh kakek Matheo pun tampak tengah mengawal sang gadis, hingga kedatangannya tiada yang mampu menahan.

Matheo menjadi geram, tampaknya Gadis ini memiliki hubungan khusus dengan sang cucu Leo. Hingga kedua bodyguard kepercayaannya pun bisa mengikuti Gadis tak di kenal ini dengan setia.

"Zefia?" Gumamnya kaget, ia melupakan tentang gadis ini.

Kedatangan Fia memang sudah di rencanakan, namun entah mengapa, kini Leo sendiri merasa sangat keberatan dan menyesal.

Si Gadis mabuk kini telah berada di hadapan Leo, ia berjalan dengan lunglai dengan sepatu hak tingginya.

"Aduh!" Si Gadis nyaris terjatuh, namun dengan cepat Leo menangkap tubuh langsing gadis itu msuk kepelukannya.

"Kau masih saja perhatian.." Ucap Fia sembari mengelus ujung hidung Leo dengan manja.

"Hentikan kegilaan ini, kalian antarkan dia pulang!" Ucapnya tegas sembari memberi perintah pada kedua orang bodyguard itu.

"Maaf tuan, ini di luar kendali kami, nona melakukan..~" ucap salah seorang bodyguard terputus

"Sudah! Aku mengerti" balas Leo lagi.

"Tunggu, setelah aku memberikan selamat pada istri sah mu, aku akan pergi baby!" Balas Gadis itu yang membuat kepala Leo berdenyut.

Si Gadis pun mendekati Belfa yang matanya telah berkaca-kaca, namun jelas ia tahan agar buliran bening itu tidak terjatuh. "Selamat atas pernikahan mu, tapi.. biar aku bisikin sesuatu" ucapnya sembari meletakkan bibirnya di depan kuping gadis itu.

"Kau boleh memiliki status dengannya, tapi orangnya tetap milik ku! Hahaha hahaha" Fia tertawa dengan lantangnya dan berjalan menjauh lalu keluar dari tempat acara.

Mata indah yang berbinar itu melirik ke arah sang suami, dan menatapnya dengan tatapan sedih luar biasa yang tak mampu Leo ukur, sedalam apa ia telah menyakitinya.

Namun Leo kembali ke misi awalnya, meski ada rasa iba, tapi ia harus tega tekatnya. Karena Belfa tidak ada dalam rencana masa depan yang telah ia susun matang-matang.

"Tidak ada yang salah dengan apa yang ia ucapkan, aku sudah katakan padamu, pernikahan ini hanyalah sebuah mainan bagiku."

"Tapi, mengapa? Mengapa kau tidak menolak saja bila kau membenciku?"

"Kau pikir aku ada kemampuan menghadapi penjilat seperti kau dan ibumu?"

"Tidak! Aku tidak seperti itu, kau salah paham"

"Apanya yang salah paham? Bagaimana bisa anak seorang pembantu seperti mu di perlakukan luar biasa istimewa? Bahkan kakekku lebih perhatian padamu dari pada padaku! Apa yang telah kalian lakukan? Atau benar dengan gosip yang selama ini beredar? Jika kau... heh!" Ucapnya menggantung, Leo menatap gadis itu dari atas hingga ke bawah.

Membuat Belfa merasa terhina dengan tatapannya itu.

"Apa maksudmu?"

"Apa lagi jika bukan kau sebenarnya pemain, tapi hanya berpura-pura sok suci dan bersembunyi di balik cadar mu itu!?"

"Itu tidak benar! Itu fitnah! Aku tidak begitu!"

"Berhenti membela diri, aku tidak akan percaya bila tidak ada bukti"

"Lalu mengapa kau percaya pada mereka? Apa mereka punya bukti?"

"Ya!!!"

"Hah?!"

***

Aku Bukan Pilihan HatimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang