4

166 25 3
                                    

Darrel semakin kuatir saat mendapati kakaknya tidak ada di sekolah. Sebenarnya ia tahu, selama sarapan tadi kakaknya terus merintih menahan sakit dan memaksakan senyumnya.

"Iel, Delon, Dea! Kalian liat Kak Ravel, nggak?" tanya Darrel kepada para sahabatnya.

"Enggak, Rel. Kirain Ravel emang nggak masuk hari ini," jawab Gabriel.

"Lho? Gue kira dia istirahat di rumah, bukannya masih sakit, ya?" timpal Delon.

"Emangnya Ravel lagi sakit, Rel?" tanya Deandra balik.

"Iya, De. Kak Ravel, 'kan, emang suka tiba-tiba drop, kemarin kepergok Delon muntah-muntah sehabis ekskul. Biasalah, kambuh maagnya," kata Darrel. Ia tidak menceritakan kalau Ravel muntah darah, takut Deandra akan syok.

~~~

Saat istirahat, Darrel mencoba menghubungi kakaknya, namun Ravel tak menjawab teleponnya satupun. Ia juga sudah mengirim pesan, tapi juga tidak ada yang dibalas. Darrel semakin kuatir dan takut.

Bel pulang benar-benar menjadi surga bagi Darrel. Ia menjemput Jessica di kelasnya dan segera mencari Ravel.

Mereka mencari Ravel di danau, di taman, atau di mana saja tempat yang biasa Ravel kunjungi. Namun hasilnya nihil, Ravel tidak ada. Karena sudah semakin sore, mereka berdua memutuskan untuk pulang saja.

Sampai di rumah, mereka menemukan secarik kertas di atas meja dengan tulisan tangan Ravel.

'Dek, Kakak buru-buru harus pergi, Papa minta Kakak balik ke Aussie lagi hari ini juga. Nanti malam Kakak usahain udah pulang, kalian jaga diri, ya? -Kak Ravel-'

Tangan Darrel meremas kertas itu, emosinya meluap.

"DASAR TUA BANGKA SIALAN!!!" geramnya.

Jessica mengusap bahu Darrel untuk menenangkannya. "Kak, tenang, Kak ...."

"Nggak bisa gini, Jess! Kak Ravel itu lagi sakit! Papa udah keterlaluan, nggak punya hati! Egois!!" kata Darrel penuh amarah. Jessica memeluk punggungnya, berharap kakak keduanya itu akan tenang.

Darrel diam. Ia berbalik dan membalas pelukan Jessie.

"Maaf, ya? Kakak gampang emosi itu karena Kakak kuatir sama Kak Ravel, kamu ngerti, 'kan?" ucapnya sambil mengusap kepala Jessie.

"Iya, Kak. Jessie juga kuatir sama Kak Ravel ...," jawab Jessie.

***

Ravel kembali ke rumah pukul 5 pagi. Ia mencari penerbangan tercepat agar bisa segera sampai di Indonesia. Terlalu malas pergi ke kamar, ia merebahkan diri di sofa dan tidur.

Darrel yang baru saja bangun melihat sang kakak tidur di sofa dengan wajah lelahnya yang juga nampak pucat.

Ia menempelkan telapak tangannya ke dahi dan leher Ravel. Benar dugaannya, Ravel demam. Tak ingin mengganggu istirahat kakaknya, ia mengambil selimut untuk menyelimuti Ravel.

Jessica yang baru turun dari kamar melihat Darrel dan juga Ravel yang sedang tidur di ruang tamu. Darrel mengisyaratkan sang adik untuk tidak membuat suara.

"Baru pulang, ya?" tanya Jessica berbisik. "Iya, jangan dibangunin, demam soalnya. Nanti Kakak bilang ke guru kalo Kak Ravel sakit," jawab Darrel berbisik juga.

~~~

Di sekolah, Deandra menanyakan kondisi Ravel pada Darrel. "Ravel gimana keadaannya, Rel?"

"Masih sakit, De, malah tambah demam," jawab Darrel. Ia tahu diri, perempuan yang disukainya itu adalah kekasih kakaknya. Biarlah Darrel mengalah, ia masih menghargai kakaknya.

RAVEL [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang