part ( 23 )

345 50 1
                                    



setelah berbincang-bincang dengan para santri, gus gebriel mengajak zara kembali ke rumah. untuk segera mengganti pakaian, karena pakaian mereka basah oleh keringat.

setelah keduanya sudah rapi dengan style elegan mereka masing-masing. mereka pun izin ke ummah dan abah untuk mengunjugi kedua orang tua zara. ummah dan abah ikut senang mendengarnya.

Kali ini gus gebriel membawa mobil abah, karena perjalanan mereka cukup jauh. takutnya kepanasan atau kehujanan di jalan. sepanjang perjalanan keduanya masih saling membisu, antara canggung atau apa.

zara menatap kearah gus gebriel yang terlihat sedang fokus mengemudi.
"kok kembali canggung gini ya?" batin zara.
yang di tatap menyadari hal itu kemudian menatap kearah zara. namun zara dengan cepat mengalihkan pandangannya kedepan.

"zara, aku izin ikut balapan besok ya" ucap gus gebriel sembari kembali fokus mengemudi. zara kembali menatap lekat wajah gus gebriel. "balapan sama siapa? jangan bilang----".

belum sempat zara melanjutkan terkaannya, dengan cepat gus gebriel mengiayakan yang dimaksud oleh zara "iya, sama glend dan anggotanya".

"darimana kakak tau? aku kan belum kasih tau kakak" sergah zara bingung.

gus gebriel kembali menatap wajah zara "malam itu aku ada di sana". seketika zara mendengus kesal. "kenapa kakak nggk nolongin aku ?"

"emangnya ada yang harus ditolongin ya?" ucap gus gebriel memasang raut wajah sok polos, ia juga nggk kalah kesalnya dengan zara.

bukannya jawab, zara malah melayangkan pukulan di bahu suaminya. gus gebriel meringis, berpura-pura kesakitan yang langsung disusuli gelak tawanya. ia gemas namun juga masih kesal pada zara.

"seharusnya aku nggk kesana malam itu. niat nolongin, eh malah lihat istri dengan santainya tertawa dengan cowok lain. kasihan tubuh indahku, jadi penuh luka kan" sindir gus gebriel dengan nada yang sedikit menggoda.

"hahaha, sejak kapan kakak senarsis gini?" perut zara terasa geli, serasa ada yang menggelitiknya. terdengar lucu kata-kata terakhir yang dilontarkan oleh suaminya.

"sejak--- hum nggk tau jugak" ucap gus gebriel pura pura berpikir. zara masih saja terkekeh dengan sikap gus gebriel sekarang yang tidak kaku dan dingin lagi seperti es balok.

akhirnya, mereka sampai juga ditempat tujuan. zara dan gus gebriel terlihat sedang menurunkan beberapa paperbag yang ada didalam bagasi mobil.

zara baru saja melontarkan satu kali salam, langsung saja ada yang buka pintu. "onty,, kok balu cekalang pulangnya?" terdengar suara bahagia dari gadis kecil yang kira-kira umurnya masih berjalan lima tahun itu.

dengan sigap zara berjongkok, mensejajarkan tingginnya dengan gadis kecil yang sudah berada tepat didepan-nya.

"padahal baru satu minggu onty nggk pulang, raina kangen banget ya sama onty?". ucap zara sembari mengelus lembut surai panjang milik ponakannya.

dengan cepat gadis kecil itu mengangguk "eina cangen bangyat" ia melingkarkan tangan kecilnya dileher zara dan memeluknya erat, kemudian melepaskan pelukanya lagi. sekarang pandangannya mendongak, menatap selidik kearah lelaki yang berdiri disamping aunty-nya itu.

"dia ciapa onty?" bisik raina tepat ditelinga zara.

zara tersenyum. "itu suami onty, mau kenalan?" ucap zara tersenyum. wajar jika raina tidak mengingat gus gebriel, karena ia hanya sekali melihat sewaktu acara pernikahan.

"cuami itu apa onty? pacal ya?" ucapan gadis kecil itu mampu membuat gus gebriel dan zara terkekeh.

gus gebriel berjongkok mensejajarkan tingginya dengan gadis itu, mengikuti zara. "masih kecil kok udah tau namanya pacar sih? ini pasti onty-nya yang ngajarin ya?" tawa gus gebriel, sengaja menyindir zara. zara tersenyum kecut sembari mencubit pinggang suaminya. kebiasaan nih zara kalau nggk tabok, dicubit suaminya. >_<

gus gebriel beralih menatap lekat iris mata zara. "dia cantik, kaya onty-nya" ucapan gus gebriel mampu membuat pipi zara bersemu merah. zara mengacak lembut wajah suaminya agar tidak menatapnya seperti itu. bisa-bisa zara jantungan dibuatnya. wkwk.

akhirnya, zara mengendong raina, membawanya kedalam. sedangkan paperbag yang ada di tangannya tadi, sekarang sudah beralih ditangan gus gebriel. gus gebriel tersenyum simpul menatap punggung zara yang sudah duluan berjalan meninggalkannya.

°°°

Gus gebriel, zara, dan si kembar raina dan raihan sudah berada di taman samping rumah. setelah beberapa saat yang lalu mereka berkumpul dengan keluarga termaksud bersama ayah zara. ayahnya sudah sembuh, bahkan sudah kembali bekerja seperti semula.

"aku nggk nyangka kalau kita sama-sama punya keturunan kembar" ujar gus gebriel kegirangan saat mengetahui ponakan zara kembar cewek, cowok. sama halnya dengan gus alan dan ning syifa.

zara terkekeh melihat ekspresi gus gebriel. "anak kita juga pasti kembar nih" lanjut gus gebriel tersenyum,
namun pandangannya masih fokus pada kedua bocil yang ada didepanya itu.

reflek zara melongo, karena mendengar pernyataan yang keluar dari mulut suaminya. alih-alih baper, zara malah merinding dibuatnya.

"kak" panggil zara, disela sela asiknya mereka memperhatikan raina dan raihan yang sedang bermain.

"heum?" gus gebriel menatap zara. "ada apa?" tanya gus gebriel lembut. namun zara terdiam sejenak.

"nggk jadi ceritain siapa itu ning zizah ?" ucap zara. yang langsung dapat anggukan paham dari suaminya.

"zizah adalah satu-satunya cucu kyai sulaiman yang masih hidup. waktu itu abi sangat bingung dan bimbang dengan permintaan dari kyai sulaiman. beliau meminta abi untuk menikahkan aku dan zizah. abi sangat menghormati permintaan beliau, tapi abi tidak bisa mengingkari janjinya pada ayah dan bunda. karena kita sudah di jodohkan sejak kita kecil. saat itu abi menyarankan untuk menikahkan zizah dengan alan, tapi alan menolak. alan memberi tau kepada semua orang kalau dia sudah mencintai orang lain dan tidak akan mencintai cewek lain selain cewek itu" jelas gus gebriel panjang lebar. zara masih fokus mendengarkannya.

"emangnya siapa yang disukai oleh alan ?" zara pikir semua gus tidak pernah mencintai seseorang. tapi ternyata ia salah. hanya saja cinta mereka beda dari cowok pada umumnya, bangga mengungkapkan perasaan padahal belum siap menghalalkan.

cinta adalah penyakit, dan obatnya adalah menikahi orang yang dicintai. jika kamu belum siap menghalalkan suatu perkara, maka ikhlaskanlah. karena sebenar-benarnya cinta adalah menjaga.   ~Gebriel Al Gifari~

"alan nggk pernah kasih tau pada siapapun mengenai siapa cewek yang ia maksud" jawab gus gebriel. zara menggangguk paham, dan meminta suaminya untuk melanjutkan ceritanya.

"ummah dan abah sempat memaksa alan untuk menyetujui perjodohan itu. alan tetap menolak. sedangkan saat itu alan masih SMA kelas satu, sedangkan aku sebentar lagi lulus. disaat itu pula kyai sulaiman sakit parah. aku menjelaskan pada semuanya bahwa aku bersedia menikahi zizah"

deeeeggg...

ada yang retak namun bukan kaca, dan ada yang patah namun bukan ranting.

kata-kata terakhir yang diucapkan gus gebriel, nampu membuat hati zara teriris. 'apakah dia mencintai zizah? kenapa secepat itu dia menerima cewek itu? apakah yang dikatakan orang-orang itu benar? bahwa saat ini aku dimadu' seperti itulah gambaran dari ekspresi yang saat ini zara rasakan.

gus gebriel yang sadar akan hal itu dengan sigap ia meraih tangan zara dan menggenggamnya lembut.

Bersambung...

jangan lupa vote, comen, fllw ya>3

DEAR My Cold Gus  (OTW END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang