Siang itu matahari bersinar dengan sangat terik sehingga membuat semua orang yang bekerja di dalam gedung Hotel Grand Royal, enggan meninggalkan ruangannya.
Tidak terkecuali Sera, perempuan berusia 29 tahun itu juga tidak berniat meninggalkan ruangannya.
Jangankan meninggalkan ruangannya, menoleh ke arah jendela saja sudah membuatnya mengernyitkan kening karena sinar matahari yang begitu menyilaukan mata.
Tok tok tok
Terdengar suara ketukan dari depan pintu ruangannya.
"Masuk," sahut Sera seraya menoleh ke arah pintu tersebut.
Terlihat Yudha, rekan kerja sekaligus sahabatnya, berjalan masuk dan menghampiri meja kerjanya.
"Ser, monthly report bulan ini udah gue kirim by email. Tolong cek, ya." ujar Yudha yang sudah bersahabat dengan Sera sejak mereka berdua masih kuliah.
"Thanks, Yud." Sera mengangguk, "Lo ke sini mau ngasih tahu itu doang? Rajin amat, chat aja kali."
"Sekalian jalan, gue mau lunch sama anak-anak. Lo nggak makan siang?" tanya Yudha yang kemudian melirik ke arah smartwatch yang melingkar di pergelangan tangannya, "Ini udah hampir setengah satu. Mau ikut lunch bareng, nggak? Kita rencananya mau makan di restoran sunda di ujung jalan sana."
Sera menggeleng, "Duluan aja. Gue mau cek laporan dulu."
"Ya udah, gue duluan. Lo jangan lupa makan. Jangan sampe tepar lagi. Dah!" pamit Yudha seraya melangkahkan kakinya keluar dari ruangan Sera.
Drrt drrt drrt
Ponsel Sera yang terletak di atas mejanya itu bergetar. Perempuan berambut cokelat itu meraih ponselnya dan menempelkan benda persegi panjang tipis miliknya itu ke telinga.
"Halo? Iya, Mi?"
"Kamu udah makan, Ser?" tanya Tania, sang ibu, dari seberang line telepon.
"Ini udah jam makan siang. Jangan bilang kamu masih di ruanganmu. Ayo makan dulu. Mami nggak mau denger kamu masuk rumah sakit lagi, ya."
Akhir-akhir ini maag Sera sering kambuh dan cukup parah sehingga membuat putri bungsu dari Tania itu sering bolak-balik masuk rumah sakit.
Mendengar itu Sera terkekeh, "Aku masih di kantor, Mi. Aku belum laper. Nanti kalo laper, aku pasti makan. Lagian di sini 'kan ada restoran, jadi tinggal ke sana. Tenang aja, Mi."
Tania hanya bisa menghela napas dan menggelengkan kepalanya setelah mendengar ucapan putrinya.
"Gimana Mami bisa tenang? Kamu itu kalo kerja suka lupa waktu. Makanya sampe sekarang kamu nggak punya pacar. Padahal orang-orang seumuran kamu udah pada nikah."
"Mulai lagi," gerutu perempuan yang bekerja sebagai marketing manager itu sembari membuka email-nya untuk mengecek laporan dari Yudha.
"Mau sampe kapan Mami bahas soal nikah melulu?"
"Sampe kamu nikah."
"Mungkin kamu nggak khawatir dan nggak mikirin soal itu, tapi Mami sebagai ibu kamu pasti mikirin soal itu. Mami ini udah nggak muda lagi, Ser."
"Emang! Mami aja udah punya cucu," kata Sera sekenanya. Dia merasa kesal kalau ibunya mulai membicarakan soal pernikahan.
"Gimana gue mau punya pacar kalo gue masih trauma sama kejadian 10 tahun lalu? Gue takut kejadian 10 tahun lalu bakal keulang lagi," batin Sera.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married! [THE BOYZ]
Fanfiction"Let's get married!" - Sera "Pernikahan itu sakral, bukan buat mainan." - Jerry "Aku masih sayang kamu." - Juan "I'm sorry." - Rachel