"Nih, diminum dulu tehnya. Sebenernya ada apa sih?" tanya Olivia seraya meletakkan cangkir berisi teh hangat di hadapan Sera, kemudian mengambil tempat di samping Yudha, suaminya.
Kini giliran Yudha yang bertanya kepada Sera, "Kenapa malem-malem gini lo dateng ke apartemen kita, dengan piyama rumah sakit dan nggak bawa tas sama sekali? Lo kabur, ya?"
"Lo masuk rumah sakit lagi?" tanya Olivia sambil mengelus perutnya yang mulai terlihat buncit karena kehamilannya yang memasuki usia lima bulan.
Sera meletakkan cangkir teh yang telah ia minum, "Juan ada di Jakarta dan tadi kita ketemu."
"Apa?! Cowok brengsek itu?! Ngapain dia balik ke sini?!" tanya Olivia menjadi emosi.
Yudha mengelus bahu Olivia, berusaha menenangkan istrinya, "Sabar, Sayang. Kamu jangan emosi kayak gitu. Kasihan bayi kita, nanti kaget."
"Mas Satya hire Juan sebagai Executive Assistant Manager baru. Tadi siang Mas Satya ngenalin Juan ke gue."
"Terus kenapa sekarang lo pake piyama rumah sakit? Nggak bawa tas lagi. Lo masuk rumah sakit lagi terus kabur, 'kan? Ya Tuhan, untung lo sampe sini dengan selamat. Lo kenapa sih kabur dari rumah sakit?" tanya Olivia gemas karena tingkah sahabatnya sejak SMA itu.
"Tadi maag gue kambuh dan gue diopname lagi. Juan dateng sama Mas Satya. Dia minta maaf dan ngajak balikan," jelas Sera yang kemudian tertawa getir.
Perempuan itu berusaha menahan air mata yang kembali menggenang di pelupuk matanya, "Apa dia lupa kalo dia udah nyakitin gue? Dia lupa kalo dulu dia selingkuh sama Rachel di belakang gue?"
Ketiga orang itu terdiam seolah tenggelam dengan pikirannya masing-masing, sampai akhirnya Yudha membuka suaranya.
"Mungkin Juan emang bener-bener nyesel sama perbuatannya, Ser. Walaupun nggak balikan, at least lo bisa maafin dia. Kejadian itu udah sepuluh tahun yang lalu, masa lo masih sakit hati? Kita ini udah dewasa. Kita bukan remaja lagi," ujar Yudha panjang lebar.
"Gue tahu. Tapi maafin orang itu bukan hal mudah, Yud. Apalagi Juan yang bikin gue jadi gini. Lo tahu 'kan, kenapa gue nggak pengen pacaran lagi? Lo tau 'kan, kalo gue takut diselingkuhin lagi? Kejadian sepuluh tahun lalu itu bener-bener hancurin gue! Lo lupa?!" suara Sera mulai meninggi karena emosi.
"Sera," panggil Olivia lembut, "Gue rasa ucapan Yudha ada benernya. Lo bisa belajar untuk maafin Juan. Mungkin setelah lo maafin Juan, ketakutan lo buat menjalin hubungan lagi bisa hilang perlahan."
Sera beranjak dari duduknya, "Kayaknya gue salah dateng ke sini. Gue pikir kalian berdua itu sahabat gue, tapi kalian malah belain Juan."
"Gue sama Oliv gak belain Juan."
"Terus apa?! Kenapa kalian malah ngomong kayak gitu?!"
"Gue cuma pengen lo maafin Juan dan berhenti hidup dalam ketakutan. Nggak semua cowok sama kayak Juan. Nggak semua cowok pengen nyakitin lo. Lo pasti bakal nemuin cowok yang sayang sama lo dan memperlakukan lo jauh lebih baik dari Juan," sambung Yudha.
"Udahlah! Makasih udah bukain pintu buat gue. Gue balik dulu," Sera berjalan menuju pintu, tetapi ditahan oleh Olivia.
Olivia memegang tangan Sera lembut, "Kita anterin balik, ya? Ini udah hampir tengah malem dan lo masih sakit."
"Nggak usah," Sera menggeleng, "Lo 'kan lagi hamil, lo istirahat aja. Gue bisa balik sendiri kok."
Sera pun segera keluar dari unit yang ditempati Yudha dan Olivia.
"Parah banget. Kenapa mereka malah belain Juan daripada gue?!" gerutu Sera. Perempuan itu berjalan dengan gontai menuju pintu keluar gedung apartemen tanpa mempedulikan pandangan heran orang-orang di sekitarnya karena ia berjalan dengan piyama rumah sakit yang melekat di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Let's Get Married! [THE BOYZ]
Fanfiction"Let's get married!" - Sera "Pernikahan itu sakral, bukan buat mainan." - Jerry "Aku masih sayang kamu." - Juan "I'm sorry." - Rachel