Figuran? 01

48 18 5
                                    

Happy Reading!

******************************

Ameerta dan Hanna sudah bersahabat sejak lama, kira-kira dari sekolah dasar kelas 2 mereka sudah berteman. Hingga kini, mereka kelas 3 SMP. Ya kurang lebih sudah 7 tahun mereka bersahabat.

Hanna sangat menyayangi Ameerta layaknya kakak kandung sendiri. Begitupun dengan Ameerta. Sehari saja jika sepasang sahabat itu tidak bersama pasti ada yang kurang, karena mereka sudah seperti saudara kembar yang bahkan tubuhnya tidak terpisahkan.

Hanna yang ceplas-ceplos, riang, dan gampang emosian di pertemukan dengan Ameerta yang lebih pemalu, kalem, namun terkadang bobrok juga. Di balik Hanna yang ceplas-ceplos, ia sangat menjaga perasaan Ameerta. Hanna tidak mau Ameerta sakit hati atau menyimpan perkataan-perkataan dari sekitarnya. Ia sebisa mungkin menjauhkan Ameerta dari orang-orang seperti itu.

Begitupun dengan Ameerta, di balik sifatnya yang selalu malu jika Hanna berteriak-teriak di depan umum, ia tidak mau Hanna menjadi sosok yang suka tertawa paling keras tapi di balik itu ia menyimpan segala lukanya. Ia tidak mau Hanna mempunyai topeng, Ameerta mau Hanna tetap ceria dimana pun dan kapan pun.

Seperti saat ini, sepasang sahabat itu sedang duduk di taman belakang, saling bersender sambil memandang langit. Ini aktivitas kesukaan mereka. Memandang langit seolah sedang bercerita kepada langit.

"Abel pasti denger cerita kita kan, Han?" Ucap Ameerta sambil memejamkan matanya.

Hanna bergumam sambil melihat awan-awan yang terbentuk sesuai imajinasinya. "Pasti dong! Kalau Abel masih ada, pasti seru banget." Ameerta mengangguk setuju mendengar ucapan Hanna.

Abelia Cantika, sahabat Ameerta dan Hanna yang meninggal satu tahun yang lalu. Abelia atau kerap dipanggil Abel oleh Ammerta dan Hanna. Abel meninggal karena mengalami kecelakaan tepat di jam pulang sekolah, di depan gerbang sekolah. Abel yang dewasa, ambisius, dan mandiri menjadi sosok kakak bagi Ameerta dan Hanna. Saat Abel pergi, Ameerta dan Hanna orang yang paling sedih dan tidak ikhlas, mereka selalu menyumpah serapah orang yang membawa truk dengan kecepatan tinggi di area sekolah mereka.

Tapi sekarang mereka ikhlas. Karena Abel sahabat mereka tidak pernah meninggalkan mereka, Abel ada di sekitar mereka namun dalam wujud dan bentuk yang berbeda.

"Kalau nanti kita SMA ga bareng, jangan lupain gue ya?" Celetuk Hanna di tengah-tengah keheningan mereka. Ia membenarkan posisi duduknya dan menghadap Ameerta, begitupun sebaliknya.

"Iya pasti, lo juga gitu."

"Jangan sungkan buat cerita sama gue ya?"

"Iya."

"Jangan lupain gue kalo udah punya sahabat baru ya?"

"Iya ih, lo kenapa siihh."

"Jangan lupain gue kalo nanti udah punya pacar ya?"

"Iya Hanna, ga akan."

"Bener ya? Janji gaa?" Hanna mengangkat jari kelingkingnya, menunggu persetujuan dari jari Ameerta.

Ameerta terkekeh pelan, ia menautkan jari kelingkingnya dengan jari Hanna. "Janjiii!" Ucapnya girang.

Hanna menautkan kedua alisnya mencoba terlihat serius. "Awas aja kalau nanti ga cerita sama gue lagi, gue marah semarah-marahnya." hardik Hanna.

Ameerta mengacak rambut Hanna yang tertiup angin, "Udah ayok ke kelas."

"Bolos aja yuk?"

"Katanya mau masuk SMA favorit tapi kerjaannya bolos sama rebahan doang." Ucap Ameerta

"Cuaks," sahut Hanna, dan sekali lagi. Ameerta mengacak-acak rambut Hanna hingga Hanna terjungkal ke belakang.

"AMEERTAAA AAAAAAAAA"

Figuran?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang