Figuran? 04

9 3 0
                                    

Jam menunjukan pukul 14

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jam menunjukan pukul 14.20 WIB dimana bel pulang sekolah sudah berbunyi 15 menit yang lalu tetapi Angkasa belum menunjukan batang hidungnya.
Dia melihat kearah gerbang sekolah, pikirannya teringat pada kejadian sebelum dirinya berada di tubuh ini. Ia jadi memikirkan bagaimana nasib Hanna? Orangtuanya? Ia menunduk sedih memikirkannya.

Tin! Tin!

Ameerta mendongak dan melihat Angkasa menghampirinya dengan motor dan helm yang sudah siap ia berikan kepada Ameerta.

Ameerta memasang helm itu. "Maaf ya Kak, tadi di panggil bu Eny bentar." Ucap Angkasa.

Ameerta tersenyum. "Gapapa, udah yuk pulaangg." Ameerta menaiki motor itu dan memeluk Angkasa dari belakang. Dengan tersenyum Angkasa menjalankan motornya.

******
Ameerta turun dan membuka helmnya saat ia sudah tiba di depan gerbang rumahnya. Jantungnya berpacu dua kali lipat. Jika di sekolah tadi ia tak bertemu dengan para pemain, kali ini ia pasti bertemu.

"Kak??" Angkasa melambaikan tangannya memecah atensi Ameerta yang sedang melamun.

"Ah, iya. Nih helmnya. Mau langsung pulang?" Tanya Ameerta kikuk.

"Iya, aku masih ada tugas. Gapapa kan?"

"Gapapa dong, hati-hati ya." Angkasa mengangguk mendengarnya. Dia melambaikan tangan sebelum menancapkan gas untuk pergi dari perkarangan rumah itu.

"Bisa Ameerta! Bisa!"

Ameerta memencet bel dan dengan cepat gerbang itu terbuka. Ameerta masuk setelah menghela nafas berulang kali. Luas sekali. Itu yang pertama kali Ameerta pikirkan.

Saat sampai di depan pintu, tanpa di perintah pintu itu terbuka. Ameerta bisa melihat ruangan luas penuh motif di dalamnya. "Selamat datang, Non. Tuan menunggu Nona di ruang tamu."

Ameerta mengikuti perkataan pelayan itu dan di arahkan ke arah ruang tamu. Suara tawa terdengar dari dalam sana. Ameerta menghela nafas sekali lagi untuk memastikan dirinya siap.

"Ak—"

"Ameerta sayang, sinii!"

Ameerta menggelengkan kepalanya yang tiba-tiba saja berputar, ia merasa pusing. Berusaha mempertahankan tubuhnya agar tidak oleng, ia berjalan dengan pelan.

"KAK AMEERTA?!?!?" Teriak seorang gadis yang Ameerta lihat memakai seragam yang sama dengannya.

"Sayang, kok ga ngabarin bunda?"

Ameerta melangkah mendekat kearah mereka, ia tersenyum. Sang papa yang melihat itu, berjalan mendekat. Ia memeluk tubuh kecil Ameerta dengan hangat. "Papa kangen sama kamu." Ameerta membalas pelukan itu.

"Besok aku ke Australia."

"Papa tau kamu bisa, kamu anak papa."

"Aurora gimana?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Figuran?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang