03

995 126 9
                                    

Noora membuka pintu itu perlahan, menatap sosok lelaki dengan kaus hitam yang kini berada tepat di hadapannya.

Ia membelalakkan matanya, menyadari lelaki itu adalah Gama. Polisi yang sangat suka menjahilinya. Entah dosa apa yang ia buat selama ini. Sampai-sampai sosok bernama Gama itu terus mengganggunya.

Brakkk,,,

Tanpa aba-aba Noora menutup pintu itu dengan keras, sangat keras. Berharap lelaki itu bukan seorang Gama. Ia memegang gagang pintu itu sangat erat, dan mencoba mengatur nafasnya.

Sementara di luar, Gama hanya terdiam. Ia bahkan belum mengucapkan salam tapi Noora sudah menutup pintu itu lagi. Apa salah Gama sekarang?

"Siapa mbak?" Tanya Akmal yang tiba-tiba sudah berada di belakang Noora.

Noora memegang dadanya, terkejut dengan kehadiran adiknya - Akmal, manusia yang selalu kepo tentang kehidupan kakaknya.
"B-bukan siapa-siapa." Tegas Noora yang masih setia menghadang pintu.

Akmal menelengkan kepalanya, merasa tak percaya. Bagaimana mungkin tidak ada apa-apa sementara wajah kakaknya saja terlihat panik begitu.

"Kalian ngapain di depan pintu gitu?" Tanya Ikmal - saudara kembar Akmal yang baru saja datang dari arah ruang baca.

"Nihh, mbak nih, pintunya di halang-halangi, pasti di luar ada pacarnya." Sahut Akmal yang membuat Ikmal bersemangat untuk membantu saudara kembarnya membuka pintu itu. Sementara Noora hanya menggelengkan kepalanya. Bisa kacau jika dua lawan satu.

"Nggak ada siapa-siapa!" Tegas Noora yang jelas tak mempan untuk membuat kedua adiknya percaya.

"Kalau nggak ada siapa-siapa, biar Akmal buka pintunya." Sahut Akmal berusaha menembus benteng pertahanan yang dibuat kakaknya untuk melindungi pintu itu.

"Iya, betul,," sahut Ikmal ikut-ikutan.

"Jangan,,," pekik Noora, ia terus berusaha menghadang kedua adiknya yang kini sangat antusias untuk membuka pintu itu, yaa meskipun sudah terlambat karena adiknya itu berhasil membukanya setelah melewati pertarungan sengit.

Ceklekk

Noora menghela nafas dan menutup matanya, entah apa yang akan terjadi sekarang.
Gama yang terlihat mematung di depan pintu hanya tersenyum, menatap Akmal, Ikmal dan Noora secara bergantian. Ia bahkan sekarang merasa bingung dengan apa yang sedang terjadi.

"Ahh, hai?" Ucap Gama sembari melambaikan tangannya.

Akmal dan Ikmal hanya terdiam, ekspresinya sama seperti Noora saat pertama kali membuka pintu. Tercengang dengan apa yang dilihatnya sekarang.

Akmal dan Ikmal menatap Noora yang kini memalingkan wajah darinya. Bagaimana bisa kakaknya menutup pintu sekeras itu pada Gama, seorang polisi muda yang sangat di hormati di kompleks ini. "S-silahkan masuk pak." Ucap Akmal mempersilahkan Gama untuk segera masuk ke rumahnya.

Gama mengangguk, dan segera melangkah memasuki rumah yang didominasi dengan warna putih itu. Banyak sekali foto masa kecil Noora dan dua adik laki-lakinya yang terpajang di dinding ruang tamu. Terlihat sangat menggemaskan. Ia benar-benar terhipnotis dengan foto-foto itu.

"Ekhemm,, jadi? Ada keperluan apa bapak ke rumah kami? Kakak saya nggak bikin masalah kan pak?" Tanya Ikmal setelah Gama benar-benar sudah duduk. Akmal hanya mengangguk setuju dengan pertanyaan adiknya.

"Oh ya, saya hanya mau mengantar ini. Apa orang tua kalian ada di rumah?" Jawabnya yang membuat Noora semakin ketar-ketir.

"Udah kasih ke saya aja." Sahut Noora panik yang membuat Akmal dan Ikmal semakin penasaran dengan apa yang sudah dilakukan kakaknya.

"Kebetulan orang tua saya masih belum pulang dari rumah nenek, jadi kasih ke saya aja nggak apa-apa." Jawab Akmal sembari melirik ke arah Noora yang masih terlihat khawatir.

Gama hanya tersenyum dan memberikan surat tilang yang ia bawa itu pada Akmal. Ikmal mencoba mengintip surat yang berada ditangan Akmal, Kini keduanya hanya bisa tertawa, menertawai kakaknya sendiri. Apa Noora takut hanya dengan sebuah surat tilang?

"Ini? kenapa bisa ya? Bisa tolong dijelaskan?" Tanya Akmal berusaha menahan tawanya. Sebenarnya ia hanya kepo bagaimana bisa kakaknya itu kena tilang.

"Kemarin kakak kamu mengendarai sepeda tanpa menggunakan helm, tidak membawa SIM dan STNK, sehingga terkena 3 pasal sekaligus. Kebetulan saya ada di sana, dan sebagai SUAMI yang baik sudah tugas saya untuk membantu Noora kan." Jelas Gama yang membuat Noora ingin menghilang dari bumi saat itu juga.

"Suami?" Pekik Akmal dan Ikmal kompak

"Iya. SUAMI."

"Suami siapa? Kakak saya belum nikah kok." Lagi-lagi keduanya bertanya kompak.

Gama hanya tersenyum dan menatap Noora jahil. Sementara Akmal dan Ikmal kini membelalakkan matanya menatap Noora setelah terbesit sesuatu di kepala mereka.
"Mbak. Mbak udah nikah diam-diam ya?" Celetuk Akmal yang membuat Gama tak dapat menahan tawanya lagi yang justru membuat dua anak kembar itu semakin penasaran.

"Siapa yang udah nikah diam-diam?" Tanya Raka yang baru saja datang bersama dengan Salwa yang berada di belakangnya.

*****

Noora menatap Akmal dan Ikmal secara bergantian, mulai sekarang mereka berdua lah yang akan mengantar dan menjemput Noora kemanapun ia pergi.

"Hahhh,,," Noora menghela nafasnya, sekarang kebebasannya hilang sudah. Jika bukan karena kebodohannya sendiri hal ini pasti tak akan terjadi.

"Gara-gara mbak ini, Ikmal harus jadi ojol yang nggak di bayar." Celoteh Ikmal dengan mulutnya yang mengerucut. Noora hanya terdiam dan segera menaiki jok belakang motor maticnya dengan Akmal sebagai driver dadakan.

Pagi ini ia harus pergi ke kantor polisi untuk menemui Gama yang sudah berjanji akan membantunya menyelesaikan semua yang berhubungan dengan pelanggaran yang sudah dilakukan Noora.

Sebenarnya ia merasa malas jika harus berurusan dengan Gama, tapi mau bagaimana lagi, Raka bahkan tak mau terlibat karena itu memang kesalahan Noora sendiri. Ia harus bisa bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya.

Ikmal memarkirkan sepedanya dengan rapih di parkiran yang tersedia di depan kantor polisi. Ini kali pertama Noora menginjakkan kakinya di kantor polisi. Dalam bayangannya, kantor polisi akan selalu dipenuhi dengan penjahat yang akan berkeliaran. Tapi yang ia lihat sekarang sangat berbeda. Tak ada satupun penjahat yang ia lihat.

"Mbak duduk di sana aja dulu, biar Ikmal tanya ke petugasnya." Ucap Ikmal yang langsung diangguki Noora.

Noora segera melangkahkan kakinya menuju tempat duduk yang sudah disediakan. Ia mengamati sekelilingnya, semua terlihat sangat sibuk dengan pekerjaan masing-masing.

"Ohh, jadi gini toh yang namanya kantor polisi." Gumam Noora manggut-manggut.

"Noora." Panggil Gama yang membuat Noora terkejut. Bagaimana bisa ia tak menyadari kehadiran Gama yang bahkan kini sudah duduk di sampingnya.

Noora segera bergeser, memberi jarak lebih agar mereka tidak terlalu dekat, terlebih Ikmal belum juga kembali.

"Waalaikumussalam." Jawab Noora yang membuat Gama tersadar jika ia belum memberi salam.

"Assalamualaikum."

"Waalaikumussalam." Jawab Noora lagi.

Gama tersenyum menatap wajah Noora yang sama cantiknya seperti biasa. "Yuk ikut saya!" Ajaknya yang membuat Noora menatapnya ragu.

"Ke mana?"

"Ke ruangan saya."

"Mau ngapain?" Tanya Noora semakin panik.

"Emang mau ngapain lagi kalau bukan bicarain surat tilang kamu? Kamu mau saya bantu kan?"

"O-oh, i-iya." Jawabnya gagap. Entah bagaimana bisa ia memikirkan hal yang tidak-tidak. Dasar dirinya ini.

Kamu? Imamku?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang