Chapter 2

520 38 5
                                    


(klo kalian bingung, indo tuh alpha-bottom

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(klo kalian bingung, indo tuh alpha-bottom. Sama kek omega tapi lebih act kek alpha.. ge udh muak dengan indo yng terlalu boti jdi gw mau change dikit awokwakwoa)
(also, Putra itu personifikasi untuk TNI. Dia juga alpha-bottom.)


Esoknya.

.

.

.

Putra mulai mengambil peralatannya untuk menerobos kedalam kantor dokumentasi TNI. Dia mengambil peralatan yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam kantor tersebut. Mula jam 11 malam, Orang-orang bule (dutch) menjaga kantor dokumentasi tersebut. Putra memukul kepala mereka dan menyembunyikan badan mereka, Putra masuk dengan cepat. Putra lari ke bagian paling atas dan mulai membuka gembok pintu untuk memasuki kantor dokumentasi yang "sebenarnya". Putra mencoba untuk membuka gemboknya memakai sebuah barang yang mempunyai bentuk bagaikan pin( Kalian pikir aja yah). 

Sesaat putra ingin membuka gembok pintu itu, Dia mendengar hentakan sepatu boots yang terdengar dari semua sudut ruangan. Tentu itu adalah salah satu penjaga orang belanda, Putra mmiliki telinga yang tajam sangking bisa mendengar dari kejauhan tertentu. Putra langsung berjalan cepat ke gudang surat disebelah ruangan terlarang tersebut. Ruangan itu gelap, bau debu yang menyengat, penuh dengan sampah-sampah, dan dijagai dengan kaca yang kecil dan pintu yang berkaca kecil. 

Putra yang mendengar hentakan kaki itu semakin mendekat, menyiapkan senapannya. Dia melihat keadaan melalui kaca kecil yang merefleksikan ke arah pintu, sehingga Putra dapat melihat keadaan diluar ruangan. Dia bisa melihat refleksinya dengan kurang jelas, kaca itu sudah retak dan berkarat. Dia hanya bisa melihat refleksi seorang tentara belanda, dilengkapi dengan baju militernya yang masih bersih dan dilengkapi oleh lembaga-lembaga yang bagus.


'Sepertinya bertingkat tinggi..' Putra berpikir.


Refleksi itu mendekat, Putra menutup mulutnya dan hidungnya. Orang militer belanda itu masuk, dia tidak sepenuhnya masuk, hanya membuka pintu. Beberapa detik lewat dan orang belanda itu keluar lagi. Putra melihat refleksi orang belanda itu yang menjauh. Putra keluar dan melanjutkan misinya untuk membuka gembok tersebut. Gemboknya terbuka dan Putra masuk ke dalam ruangan itu.

Dia mulai memasuki ruangannya. Dia mengecek semua sisi, sudut, dan bahkan rusuk dari ruangan tersebut. Ruangannya bersih, tidak ada bagian kotor sama sekali. Dia berjalan ke depan untuk melihat file yang disimpan oleh para penjajah yang dia sangat benci. Dia membuka file yang bertuliskan "Staatsrecord van het jaar: 1926 (ᴿᵉᵏᵒʳ ᴺᵉᵍᵃʳᵃ ᵀᵃʰᵘⁿ ᴵⁿᶦ¹⁹²⁶)" Putra mengambil file itu. Bagaimana dia bisa mengetahui itu dokumen negara yang ke 1926? Dia sudah banyak kali disiksa dengan orang-orang belanda. Dia mendengar mereka mengobrol, mengejek, berkali-kali. Bahkan sampai Putra mengenal bahasa mereka. Hal itu tidak pantas untuk disombongkan, mala dipermalukan.

Putra mengambil dokumen itu sambil beralih menuju luar sebelum penjaga belanda yang lain datang dengan tentara yang lebih banyak. Dia berlari ke rumah Dirga, dia berlari dengan sangar dan dengan kecepatan secepat harimau ( terlalu alay yah?) 

.

.

.

.

??? POV.

Saat ??? menuruni tangga didepannya, dia melihat kebelakang. Mengarah ke gudang dia melotot, dia tau ada seseorang di dalam sana.. Dia membuka pintu gudang tersebut dan melihat ke arah kaca dan melihat refleksi seorang tentara indonesia yang duduk di dekat pintu yang sedang bersembunyi. Dia senyum sedikit dan berbalik untuk menuruni tangga dan mengeluarkan sebuah bisikan kecil.

"Je hebt geluk dat je zo schattig bent.."
ᴷᵃᵐᵘ ᵇᵉʳᵘⁿᵗᵘⁿᵍ ᵏᵃᵐᵘ ᵇᵉᵍᶦᵗᵘ imut..

.

.

.

.

Dirga yang bengong melihat ke atap ruangannya, kayu yang berkualitas tinggi... Dia menutup matanya dan mengosongkan pikiran. Dia sedang mencoba untuk mengingat apa yang terjadi 5 tahun yang lalu. Seketika, Putra mengetok pintu ruangan Dirga. Dirga yang sudah lama menunggu Putra membolehkan dia masuk dan berbincang dengannya.

"Jadi, kau sudah dapat?"
"Siap, sudah pak."
Dirga terlihat senang dengan informasi yang diberikan Putra.
"Ini pak. Semuanya sudah saya ambil."

Dirga mengambil foldernya dan meminta Putra untuk keluar dari ruangannya. Tentu Putra menuju keluar den hendak merokok di gasebo sebelah rumah jawa Dirga. Dirga yang melihat folder yang ditinggalkan oleh Putra. Kondisi yang sedikit rusak, berdebu, dan sangat dalam kondisi.. apaan yah,.. "tidak terlalu menyenangkan hati." Isinya alhamdulillah masih bisa terbaca, walaupun ada bagian yang sedikit tidak bisa terbaca. Tapi, itu bukanlah masalah buat sang "personifikasi emas, sang legendaris kanjeng, anak keturunan 1000 generasi" Dirga. 

Dirga mulai membuka foldernya dan segera batuk dengan bau abu dan debu yang langsung menusuk hidungnya. 

"Beuhg... bau apa ini? nyengat sendiri- ekh ekh.."
Dirga yang melihat foldernya dan melihat debunya yang sudah menggumpal yang sangat amat menjijikan dan membuat Dirga kelihatan marah.
"Dasar orang orang Belanda.. Apa mereka tau cara untuk menjaga barang-barang berharga?! dasar sianjeng dan orang orangnya..! Barang ini lebih kotor daripada kamar Putra!!"

.

.

.

"Atchii!!!.. Ehgg.." Bersin Dirga..

.

.

.

Sambil Dirga membersihkan hidungnya dan mukanya dari debu yang sekarang ada di mana-mana. Dia mengomel dengan dirinya sendiri, Dirga mengambil kuas ekor kuda dan membersihkan debu yang ada bertaburan di mejanya. Dia emang dari dulu sudah terlahir teratur, dia sedikit alergi dengan kata "kotor dan berdebu."  Kata-kata tersebut membuat hati Dirga kurang senang, Dirga yang lumayan perfeksionis senang dengan hasil yang dia buat. Folder yang sebelumnya hancur dan kotor, dan saatnyalah.. Grande ripil..




tbc.





1930, disitulah aku mengingatmu.. (USSR X INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang