ACT 1 - CHAPTER 1.

1K 53 0
                                    

No prolog, just write. 

(Male indo)
(Indoxussr)
(Male Netherlands).

BXB yah ges, (sori not sori awok)


1931.

Dimasa Kolonial yang panas.Representatif Indonesia, Dirgantara Darmawan dengan nama panggilan Dirga atau Indo. Dia sedang duduk dengan muka stres dan penuh pasrah, dia melihat beberapa surat-surat yang tidak diinginkan dan tidak diharapkan, tentu saja itu dari Augustijn, sang representatif Belanda dengan nama lain, Dutch. Surat-surat yang dikirim sangat tidak masuk akal dan tertulis dengan kata-kata yang tentu saja, gila. Dirga sangat membenci Augustijn, bahkan saat dia mencoba untuk mengucapkan namanya, dia akan mulai muntah dalam sekejap, seperti nama itu adalah nama terkutuk. Sehingga, dia memanggil kolonel itu "Sianjeng" agar dia bisa menyelipnya dengan Kanjeng. Dirga tidak akan pernah memanggil dia dengan sebutan "Kanjeng", kalau dia sempatnya memanggil Augustijn dengan sebutan "Kanjeng", bisa gila dia. Nama panggilan tersebut "Sianjeng" adalah campuran Sial dan Anjeng, nama itu sangatlah cocok dengan Augustijn.

Dobrakan pintu yang sangat keras, hampir membuat foto keluarganya hampir jatuh. Tentu saja ini ulahnya Sianjeng/Dutch. Dia datang dengan muka yang jahat dan senyuman sinis bagaikan Dajjal sendiri. Dia menyapa Dirga tetapi dia tidak mendapatkan balas kembali. Dirga yang penuh dengan kebencian terhadap Sianjeng tidak mengeluarkan ekspresi apapun, dia cuma kesal saat melihat muka Sianjeng.


"Ayolah, kau tak seru." Ucap Augustijn, "Kau takut atau apa? kenapa kau tak ingin lakukan apa-apa?" ucapan itu membuat Dirga sedikit marah, dan keluarlah kata kata dari mulutnya. "Ada asap ada api, Anjing menggonggong kafilah berlalu. Ingat ini babi, kami takan jadi babumu."Pantun itu membuat Augustijn tersenyum jahat, dia terlihat senang dan tak sabar."Pantun mu tak akan membuatku runtuh, Dirga." Tonasi dari kata-kata yang keluar dari mulutnya membuat Dirga marah, sehingga..


"GH!" Suara rengek Augustijn dari pukulan Dirga, membuat Dirga puas untuk sementara. Sebelum Dirga keluar dari ruangan tersebut, dia berbisik di telinga Augustijn dengan jelas dan mencekam untuk menghindari pemberantaman "Bunga belum mekar, sudah terbakar. Bahkan sang raja, kadang bisa terserang. Barangsiapa yang merendahkan, akan dibunuh dengan amarah. Ingat ini wahai raja, aku akan mengambil semua barang milik saya" Dirga pun keluar dari ruangannya, hendak ingin mengambil sarung tangan yang baru karena yang sebelumnya sudah kotor karena menampar muka Augustijn. Dia berjalan dengan amarah, dia ingin menjaga warganya. Dia menganggap semua orang di negara tersayangnya itu adalah keluarga, dan dia tidak ingin keluarga di orde ini terpecah belah, seperti keluarga dia yang dulu.. Keluarga Majapahit.


Puisi yang Dirga bisikan itu membuat Augustijn seketika terdiam dan beku, dia benar-benar mengambil perkataan dirga dalam hati. Dalam rekor Dirga, dia tidak pernah bercanda dan tidak pernah bercanda dengan perkataannya. Tapi, untuk kali ini, Augustijn mempunyai ego dan mulai tersenyum. 'Tidak mungkin orang sekecil dia dan lucu seperti dia bisa melawan saya.. kan?"

Pikir lagi.

.

.

.

.

19XX
Edvantgeni murub, dadi awu.
api membakar, berubah menjadi abu.
....


𝐉𝐔𝐑𝐍𝐀𝐋 𝐍𝐄𝐆𝐀𝐑𝐀𝐱𝐱/𝐱𝐱/𝐱𝐱
Tulisan negara, jurnal terhadap tahun xx (ENTRY)Negara sudah lemah, penjajah sudah datang, dan akhir tidak ter prediksi. Apapun sudah saya lakukan. Hanya tinggal satu cara..

Dirga bengong sebentar didepan kertas dengan pena yang mengalir, dia tidak bisa berpikir apa apa, otaknya sudah kosong akan cara-cara untuk membuat situasi lebih baik, dalam segi ekonomis masih belum terlalu bagus tapi masih netral, tetapi dalam segi mekanisme.. ehhh, terlalu jauh.

1930, disitulah aku mengingatmu.. (USSR X INDO)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang