18. Sidang

350 40 2
                                    

Aliran kehidupan perlahan-lahan memenuhi nadi Sylvia, kehangatan juga mulai menjalar di seluruh tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aliran kehidupan perlahan-lahan memenuhi nadi Sylvia, kehangatan juga mulai menjalar di seluruh tubuhnya. Diiringi kesadarannya yang muncul sedikit demi sedikit.

Mata Sylvia mengernyit ketika dia membuka mata, sebuah lampu hias yang begitu mewah dan menyilaukan langsung menerpa netranya. Membuat pupil amethyst Sylvia mengecil lalu membuat kelopak matanya menyipit.

'Apa aku bermimpi?'

Melihat langit-langit yang bersih dari sarang laba-laba dan debu cukup asing diingatannya, perasaan seperti pertama kali dirinya tiba di dunia ini kemudian menguar tiba-tiba.

Sylvia langsung bangun dan terduduk di kasurnya, meneliti ruangan disekitar sini.

Kamar ini memiliki pencahayaan cukup, bersih dan rapi dari debu maupun serangga-serangga kecil, dan perapian yang hangat.

Netranya kembali memutar untuk menelisiki sekitar, melihat-lihat apakah dia sendirian diruangan ini.

Rupanya, dia tidak sendiri.

Seseorang tengah tertidur lelap di sofa kamar besar ini, pakaiannya kalau Sylvia lihat... itu pakaian biasa, namun jelas milik bangsawan tentu saja.

Orang itu tertidur dengan wajah menunduk, di tengah sofa yang langsung menghadap ke ranjang yang Sylvia duduki.

Sylvia bangkit begitu perlahan, untuk mencegah orang yang tidak dia ketahui itu bangun dari tidurnya. Badannya memang masih terasa kebas dan sedikit kesemutan di area persendian baik tangan maupun kakinya. Tetapi, firasatnya tidak enak jika terus-terusan berada di sini.

Begitu bisa menggerakkan badannya, Sylvia langsung bangun dan mengendap-endap untuk berjalan keluar.

Untungnya, pintu terbuka dengan lancar tanpa ada derit atau desing aneh dari sendi pintu.

Selepas menutup pintu, Sylvia berjalan cepat tanpa suara. Dengan memasang kesiagaan penuh dan sesekali menoleh kebelakang untuk memastikan bahwa tidak ada seorangpun yang mengejarnya.

Namun, sayang. Sifat siaga yang dia pertahankan dan dia fokuskan di belakang tubuhnya memberi hasil palsu.

Karena kepalanya kemudian menabrak dada seseorang dengan keras, sebelum akhirnya limbung namun ditahan oleh orang yang bersangkutan.

Duk!

"Awh!"

Sylvia memejamkan mata sambil langsung memegangi keningnya yang sekarang berkedut sakit, dia merasakan ada dua tangan yang menahan kedua bahu Sylvia agar tidak jatuh.

"Perhatikan langkahmu."

Saat Sylvia membuka matanya untuk melihat siapa yang ada dihadapannya, tenggorokannya tercekat. Ayahnya, sosok Raja Willys tengah menatapnya dengan sorot dingin sekali. Sylvia rasanya sampai ingin mengutuki dirinya sendiri.

The Princes of Natuality Kingdom [MAJOR EDITED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang