4. Pasaraya

680 77 0
                                    

(Disarankan membaca dalam darkmode⚫)
;deurimdeul

Sylvia terbangun saat sinar matahari menyeruak memasuki kamarnya, mengerjabkan matanya pelan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sylvia terbangun saat sinar matahari menyeruak memasuki kamarnya, mengerjabkan matanya pelan. Perempuan kecil itu kemudian bangun lalu duduk dikasurnya, menunggu seluruh jiwanya terbangun.

Kemarin, setelah Irina mengurungnya dalam perpustakaan yang ada dalam Kastil Ratu, dia benar-benar tidak bisa melakukan apapun. Seharian berada didalam sana membuat Sylvia merasa amat sangat bosan, tidak ada yang bisa dia lakukan untuk membunuh rasa bosannya selain membaca buku-buku yang ada.

Irina benar-benar tahu bagaimana cara memaksa Sylvia untuk belajar.

Dikehidupan sebelumnya sebagai Rania pun, dia akan belajar ketika dia bosan. Benar-benar menyebalkan, mendampinginya untuk belajar? Lupakan saja, roh itu justru pergi entah kemana setelah mengunci pintu ruangan Perpustakaan.

Sylvia bangkit, perutnya terasa keroncongan. Sylvia turun dari ranjang, lalu berjalan ke meja dan sofa santai yang dibuatnya menjadi tempat belajar dan tempat untuk meletakkan buah-buahan dia punya. Dia lalu mengambil satu buah apel besar yang kemarin dia petik dan memakannya dengan tenang.

Kemana Irina?

'Blush!'

"Mencariku, Putriku?"

Sylvia terjengkang dari tempat duduknya, "Bisa tidak kau mengetuk pintu terlebih dahulu?!"

"Ey, cara kuno itu tidak berlaku untukku." Irina berjalan menuju tempat sofa santai Sylvia lalu meletakkan berry-berry liar yang entah didapatnya dari mana, lalu beberapa buah apel dan plum.

"Kau mendapat semua ini darimana Irina?" Sylvia memutuskan untuk memanggil Irina dengan namanya saja seperti di ingatan sebelumnya sebagai Sylvia, karena memanggilnya Ibu itu terlalu jauh, atau Ibu Peri karena Irina bukanlah dari kalangan Peri.

"Hutan dibelakang Istana, disana banyak ada hal yang bisa kau makan. Aku ingin mengambilkanmu daging tapi disini kita tidak memiliki peralatan untuk memasak. Kau selama ini tidak pernah mengonsumsi protein hewani sama sekali. Aku benar-benar khawatir namun hanya bisa memberikanmu protein dari nabati saja, maafkan aku."

Sylvia menggeleng, "Tidak apa-apa Irina, aku tetap akan menjadi yang terpintar tanpa memakan protein hewani." Namun pantas saja, tubuh ini selalu kurus. Sylvia tidak pernah memakan karbohidrat dan protein dengan cukup, energi ditubuhnya benar-benar terbatas.

"Tapi mengapa kau bisa memetiki buah-buahan ini? Maksutku, kau kan hanya roh?"

"Jadi maksutmu, roh sepertiku selain tembus pandang aku juga akan tembus sentuhan??" Tanya balik Irina.

Sylvia mengangguk, namun tak lama sekelebat ingatan kecil muncul diotaknya.

Perempuan kecil itu menghela nafasnya kesal, dia masih belum terbiasa dengan hidupnya sebagai Sylvia. Jiwanya masih terbiasa sebagai Rania, dan sepertinya dia harus banyak-banyak mengingat ingatan jiwa Sylvia.

The Princes of Natuality Kingdom [MAJOR EDITED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang