Bab 5. You

1.6K 273 10
                                    

Pagi harinya, aku terbangun dengan mata bengkak dan wajah yang sembab. Gwen, pelayan wanita yang biasa melayani kebutuhanku juga tidak mengatakan apapun.

Dia hanya melihatku dengan tatapan iba.

Dan aku tidak terlalu menyukai itu.

Tentu saja, pertengkaranku dengan Cale semalam pasti sudah menyebar di antara pelayan. Untuk itu, aku mengatakan pada Gwen agar menyampaikan pesan kepada Countess bahwa aku ingin beristirahat hari ini karena merasa tidak enak badan.

Untungnya, Countess menyetujuinya. Entah dia tau tentang kejadian semalam atau tidak, aku tidak perduli.

"Yue" panggilku sambil mengangkat tubuhnya dan meletakkannya di tempat tidur.

"Hm? "

"Apa kau tidak bisa menyembuhkan luka hatiku? " tanyaku sambil mengelus tubuh kecilnya. Yue menatapku sesaat, lalu menggoyangkan ekornya.

"Luka yang kau maksud berbeda dengan luka yang bisa ku sembuhkan." jawabnya.

Aku tidak mengatakan apapun lagi.

Begitulah, selama beberapa hari kedapannya, aku terus mengurung diri di kamar. Selain keluar untuk belajar dansa bersama Madam Rachel, seluruh sisa waktu akan ku habiskan di kamar.

Aku sarapan, makan siang, dan makan malam di dalam kamar. Aku tak lagi ke rumah kaca untuk minum teh. Aku juga tidak berjalan-jalan di taman untuk menghirup udara segar seperti yang biasa kulakukan.

Aku benar-benar menutup diri. Meskipun Countess terlihat cemas, namun dia tidak bertanya apapun.

Setelah kejadian itu juga, Cale tidak pernah sekalipun menemuiku. Jika aku tidak sengaja berpapasan dengannya di lorong, aku hanya akan membungkuk padanya sambil mengangkat gaunku sedikit dan berlalu tanpa mengatakan apapun.

Lucunya, setelah semua yang dia katakan, aku tidak benci padanya sedikitpun. Mungkin karena apa yang dia bilang adalah kenyataan.

Marquess Barton, meskipun menyandang gelar bangsawan, namun sekarang itu hanyalah sebatas gelar saja. Wilayahnya tandus dan miskin. Hujan yang jarang turun membuat para petani sering mengalami gagal panen.

Selain itu, ketidak kompeten-an dari Marquess terdahulu membuat segalanya lebih runyam. Meski wilayahnya miskin, dia masih saja menaikkan pajak yang tinggi untuk rakyat yang tinggal di wilayahnya. Dan hasil pajak itu dia gunakan untuk berjudi, dan bermain wanita sehingga  rakyat marah dan menyebabkan perang sipil di wilayahnya.

Marquess terdahulu, yang merupakan kakekku, tewas mengenaskan di tangan rakyatnya sendiri dan ayahku menggantikan posisinya. Dan mungkin saat itulah, mendiang Countess Henituse membuat perjanjian itu. Untuk menolong keluarga Marquess agar tidak hancur.

Aku menerka-nerka. Jika aku tidak merasuki Carmila, keluarganya pasti benar-benar hancur. Mungkin itu juga alasan kenapa tidak pernah ada Marquess Barton di ceritakan di dalam novel.

Karena Carmilla sudah meninggal jauh sebelum ini, sehingga tidak ada alasan bagi Count Henituse untuk membantu mereka. Dan keluarga Marquess akan hancur dengan sendirinya.

Aku menghela napas pelan. Tidak ada gunanya juga aku memikirkan itu. Sejarah tidak akan bisa di ubah. Dan itu adalah satu hal yang pasti. Dan pengorbanan, selalu dibutuhkan jika ingin mencapai sesuatu.

***

Beberapa minggu kemudian, setelah aku terus mengurung diri di kamar, dan Gwen terus mendesakku untuk berjalan-jalan di taman, aku akhirnya menyetujui usulannya.

Gwen dengan bahagia mendandaniku agar tidak terlihat pucat. Yah, aku hanya akan berjalan sebentar di taman. Kenapa dia harus heboh seperti ini?

Suasana taman tak banyak berubah dari terakhir aku kesini. Mungkin 3 minggu yang lalu? Atau lebih? Aku tidak terlalu ingat. Sementara Yue mengikutiku dari belakang. Yah, rubah itu tampak senang karena tidak harus terkurung di dalam kamar.

Blossom of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang