Hari sudah menjelang magrib, Alfa mulai menghidupkan lampu yang berada di dalam rumah dan juga teras."Kak Anara lama banget sih! Timbang beli sabun doang."
Alfa menutup pintunya kembali, saat belum melihat tanda-tanda kakaknya akan muncul.
Dia berjalan ke kamar, berniat mempersiapkan seragam serta buku yg akan dibawa. Besok adalah hari pertama Alfa masuk sekolah sebagai pelajar SMA.
"Tok.. tok.."
Terdengar suara ketukan pintu, Alfa yg hendak masuk ke kamarnya pun mengurungkan niatnya dan menyahuti dari dalam.
"Buka aja kak! Pintunya nggak dikunci,"
"Tok.. tok.. tok..tok.."
Bunyi ketukan terdengar lagi, tapi kali ini ketukan terdengar sangat cepat dan tanpa ada suara kakaknya maupun suara orang lain dari luar sana.
"Kok ga ada yang jawab?" Ucap Alfa dalam hati.
Tapi kalau itu orang lain bukan kak Anara, rasanya tidak mungkin. Soalnya makanan yg tadi di pesan, sudah diantar bapak ojol sekitar 15 menit yg lalu. Tetangga pun tidak mungkin, jarak rumah ini dengan tetangga berjauhan.
"Siapa yg ketuk pintu? Pasti bukan manusia." batinnya.
Alfa tahu betul, kalau itu kak Anara pasti sudah nyelonong masuk dan suara ocehannya terdengar jika telat dibukakan pintu.
Perlahan Alfa mendekati pintu, suara ketukannya sudah berhenti. Ia memberanikan diri untuk membuka pintu.
Toh! selama ini dia sudah sering menjadi korban kejahilan para arwah yang mengganggunya.
Saat pintu terbuka, kosong tak ada siapa-siapa.
Samar-samar terlihat seorang wanita berjalan mendekat dan sedang membuka pagar. Ternyata itu kak Anara, Alfa menghela nafas lega.
"Kamu ngapain di luar??" Tanyaku pada Alfa.
"Ng-nggak ngapa-ngapain, cepetan masuk kak."
"Iya sabaar, bawel." Alfa menarik pelan lenganku lalu kami pun masuk kedalam rumah.
***
Keesokan paginya, aku menyiapkan sarapan yakni roti dengan selai kacang dan coklat kesukaan kami berdua.
"Alfa sarapan sudah siap!" Sahutku dari dapur.
"Bentar kak!"
Alfa buru-buru memasang dasinya di depan cermin, dan tersenyum kemudian berlari keluar menuju dapur.
"Hari ini kakak antar ya? Kan hari pertama kamu masuk sekolah,"
"Ga usah kak, Alfa kan uda gede. Alfa bisa berangkat sendiri,"
"Yg bilang kamu anak kecil siapa? kakak juga mau keluar, sekalian belanja kebutuhan kita ke supermarket."
"Oohh!"
Kami pun melanjutkan sarapan tanpa ada perbincangan lagi, fokus ke makanan masing-masing dan melahapnya dengan nikmat.
Jarak rumah dari sekolahnya Alfa sekitar 25 menit, kami memutuskan untuk menaiki bus. Ada bangku kosong, tapi Alfa tidak mau menduduki kursi itu.
Aku putuskan aku saja yg duduk di kursinya, belum bokong ini mendarat, Alfa malah mencegatku dan mengatakan tetap berdiri saja dan dia tidak mau melihat ke arah kursi kosongnya. Melihat gelagatnya, aku tahu kalo dia sedang melihat sesuatu.
Sampai di sekolahnya Alfa, dia mencium tanganku dan pamit masuk ke dalam. Aku cuma bisa mengantarnya sampai ke gerbang sekolah.
Bagaimanapun ia adik laki-laki, sepertinya sangat menjaga harga dirinya agar tidak terlihat manja padaku, di depan teman sekolahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renata
HorrorKedua kakak beradik yakni Anara dan Alfa harus tinggal di sebuah rumah yang sudah lama tidak berpenghuni. Kedua orang tua mereka sudah meninggal dunia, dan harus pindah dari rumah masa kecil yang penuh kenangan. Di rumah kontrakan itu, Alfa seorang...