Pindah Rumah

31 9 1
                                    

Sejak kepergian kedua orang tua mereka karena kecelakaan, Anara dan Alfa hanya hidup berdua. Dan mirisnya lagi karena perusahaan papa mereka bangkrut mau tidak mau Anara dan Alfa harus pindah dari rumah masa kecil yang penuh kenangan bersama kedua orang tuanya.

Dengan sisa tabungan Anara, cukup untuk kontrakan dan biaya makan mereka selama satu bulan kedepan. Belum lagi Alfa tahun ini masuk SMA, banyak biaya yang harus Anara tanggung sebagai pengganti orang tua buat adik satu-satunya.

Sejak saat itu Anara memutuskan untuk cuti kuliah, dan sementara ini sedang fokus menulis buku keduanya. Anara saat ini memang sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi di salah satu kampus di jakarta. Ia mengambil jurusan sastra indonesia karena dari kecil sudah hobi menulis, khususnya cerita horror.

Anara pernah mengirimkan naskah ke salah satu penerbit, dan bukunya bestseller. Semua itu berkat adiknya Alfa, seorang anak indigo yang membantunya menulis cerita dari kisah-kisah para hantu yang dijumpainya.

"Kak, kita beneran mau pindah dari rumah ini?" Alfa menghampiriku yang tengah sibuk memasukan baju kedalam koper.

"Iya Al, terpaksa kita harus keluar dari rumah ini karena disita oleh bank untuk menutupi hutang perusahaan papa,"

Alfa masih diam dan terlihat dari raut wajahnya sangat sedih. Aku mengerti dengan perasaannya memang berat meninggalkan rumah sejak kecil ditempati dan terpaksa harus pindah, apalagi papa dan mama sudah tidak ada.

Aku menghampirinya, lalu duduk disamping adikku satu-satunya itu. "Kita harus kuat Al, kakak janji sama kamu suatu saat kalo kakak ada duit kita bisa menebus kembali rumah ini. Oke?"

Alfa hanya mengangguk dan pamit ke kamarnya, akupun kembali menyusun baju-baju ke dalam koper tak lupa membawa sebuah foto keluarga yang ada di meja belajarku.

***

"Kak ini benar rumah kontrakannya?"

"Dari alamat yang tertera, bener ini rumahnya kok" Timpalku

Aku mengamati sekeliling dan Alfa yg masih fokus melihat penampakan rumah tidak begitu besar, namun terlihat tua dan tak terawat.

"Kakak yakin kita mau tinggal disini??" Lagi-lagi Alfa memberikan pertanyakan yang sama, sebenarnya membuat keraguan tumbuh dalam hati kecilku.

"Untuk sementara kita tinggal disini dulu ya Al, nanti kalo uang kakak cukup kita cari rumah yang lebih layak."

"Bukan itu maksud Alfa kak tapii-"

"Tapi apa Al??" Tanyaku dengan raut wajah penasaran. Ia hanya melengos pergi begitu saja dan mendekat ke arah pintu. Akupun hanya bisa mengikuti langkahnya dari belakang, sebab akulah yang tahu dimana kunci rumah tersebut diletakkan oleh si penjaga.

Jujur rumah ini cukup besar untuk sebuah rumah kontrakan. Rumah yg berada paling ujung dengan pohon rindang sekeliling. Sebenarnya bagus, hanya saja banyak rumput liar di halaman, rumah yg kokoh dengan 3 kamar.

Aku mencari rumah ini dari sebuah aplikasi, dan harganya murah. Itulah mengapa aku memutuskan mengontrak dirumah ini tanpa survei ke lokasinya langsung.

"Krieet"

Bunyi khas decitan engsel pintu yg sudah tua mengiringi langkah kami berdua memasuki rumah.

Susana pengap, gelap dan debu serasa menyekat kerongkongan.

"Uhuk..uhuuk.."

Alfa batuk dan mengibas-ngibaskan tangan didepan wajahnya. Aku segera membuka jendela-jendela ruang tamu agar udara bisa masuk dan mendapatkan cahaya penerangan. Aku berkeliling memeriksa lampu apakah menyala dan juga air. Sedangkan Alfa masih tetap berada diposisinya sambil mengedarkan pandangannya ke setiap sudut rumah.

RenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang