Masa Kecil Alfa

11 8 1
                                    

"Astaga! Hp-ku ketinggalan."

Aku terpaksa kembali masuk ke dalam rumah, berlari kecil menuju kamar. Aku melihat benda pipih itu terletak di atas kasur.

"Ini dia!"

Tanpa berlama-lama langsung memasukkannya ke dalam tas, lalu pergi.

Hari ini aku ada janji ketemuan sama Mas Hasan di kafe. Seperti yg sudah di jelaskan, Hasan adalah seniorku di kampus. Saat ini dia bekerja di penerbit Graha Pena Pustaka, sebagai editor dan dia juga yg menjadi editor novel pertamaku.

Aku berharap ada kabar baik tentang pekerjaan terkait novelku yg akan diterbitkan. Sesekali Aku melirik jam tangan, waktu menunjukkan pukul 14.04 siang.

"Duh! Pake macet segala lagi, bakalan telat nih."

Di kafe, tampak seorang laki-laki muda berkharisma memakai kaus hitam dan celana jeans panjang. Ia memilih tempat duduk di sudut dekat kaca, untuk menghindari kebisingan. Maklum, di kafe ini selalu rame oleh pengunjung.

Hampir setengah jam menunggu, dari arah pintu masuk terlihat Anara berjalan tergesa-gesa.

"M-maaf Mas, udahh nunggu lama," nafasku tersengal-sengal setelah berlari kecil menuju kafe.

"Enggak ra, duduk dulu."

Aku pun duduk berhadapan dengan Mas Hasan. Lalu dia menyodorkan minuman padaku. Aku yang memang sedang haus, langsung menenggak habis minuman tersebut.

Melihat tingkahku Mas Hasan tertawa kecil.

***

"T-tolong Akuu.."

Baru juga sampai rumah dan ingin melepas penatnya sepulang sekolah, Alfa sudah di sambut oleh suara-suara aneh. Suara seperti bisikan seorang perempuan meminta tolong tepat di telinganya. Tapi dilihat sekeliling tidak ada siapa-siapa.

Alfa segera mengambil kunci dan buru-buru masuk kedalam rumah.

"Alfaa! Tolong aku.."

"Tolong apa? Tunjukkan dulu wujudmu!"

Alfa mempertegas kalimatnya dan tak mau terintimidasi oleh makhluk tak kasat mata yg sekedar menggodanya.

"Hihihhihihii" hanya suara tawa melengking terdengar sepenjuru rumah.

"Kamu yg tadi ada di kelas kan??"

Tak ada balasan suara apapun. Suasana seketika hening, tak ada lagi suara hantu perempuan itu terdengar.

"Prraaank!!"

Bunyi pecahan gelas dari arah dapur.

Alfa segera berlari menuju dapur, terlihat pecahan gelas berserakan di lantai. Ia menarik nafas panjang, dirasa sudah cukup tenang.  Alfa lalu membersihkan pecahan gelas kaca tersebut.

"Lebih baik aku tidak menghiraukannya, jin itu sekadar jail padaku." Ucapnya dalam hati.

Alfa tidak heran dengan gangguan yg di dapatnya, secara ia merasakan energi negatif yg sangat besar di dalam rumah. Sudah pasti banyak  makhluk tak kasat mata berada di disini.

Bisa dibilang, tinggal di rumah ini adalah keputusan yang salah. Tapi mau bagaimana lagi, semua kak Anara yg mengurus. Seharusnya Alfa melihat dulu rumah yg mau kak disewa olh kakaknya.

Alfa takut energi negatif yg dirasakannya sejak pertama kali menginjakkan kaki di  rumah ini, bisa mencelakai dirinya dan Anara.

"Jadi teringat kejadian na'as yg pernah menimpaku sewaktu kecil." Ucapnya sambil tersenyum kecut.

Alfa sudah terbiasa akan hal ini. Malah ini belum ada apa-apanya dibandingkan ketika ia masih kecil.

Flashback ketika Alfa berumur 7 tahun,

RenataTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang