✦ - 3

7 10 8
                                    

senja sudah terlihat di langit sebelah barat. artinya langit malam akan segera datang. biasanya  senja menampakkan wujud keindahan nya gadis itu akan sangat bergembira menyambut keindahan itu. tetapi di sore ini, gadis itu terlihat sedang merenung menatap kertas yang membuat nya merasa seperti di tikam beribu-ribu pisau.

"Emang puncak komedi banget ya hidup ini"

"hidup gua, pahit mulu perasaan manisnya kapan ya?"

"nyusahin banget hidup lo ra, brengsek lama-lama muak"

ya itu gumaman claira yang menghakimi diri nya sendiri. di atas kertas itu terdapat catatan yang membuatnya muak. hidup nya sudah banyak beban yang dia pikul, tetapi kali ini, kejutan apalagi yang tuhan berikan kepadanya.

"ga ra, ga usah sedih, emang hidup lo ditakdirin buat pikul beban yang berat dulu, lo harus yakin ra, tuhan pasti simpan sesuatu yang baik bagi lo di balik musibah yang nimpa lo"

claira dengan menghela nafas pelan berucap menyakinkan dirinya sendiri agar tidak menyerah, meskipun beban yang berat itu menimpa dirinya.

"Udahlah, percuma juga toh gua protes atau ngeluh sana-sini, emang mungkin ini udah jalannya gua"

dia pun menaruh secarik kertas itu di bawah tumpukan baju. dan Claira pun bersiap-siap untuk bergegas pergi ke rumah sahabatnya itu, yaitu sheilla.

tok!

tok!

tok!

ceklek!

ketukan pintu terdengar dan pintu pun terbuka, memperlihatkan seorang wanita dengan memakai pakaian rapi serba putih, diketahui dia baru saja pulang bekerja.

"ra, mau kemana tumben kamu udah rapi begini?"

"eh, mama? kapan pulang?"

wanita berpakaian rapi itu, adalah ibu dari claira. dia berprofesi sebagai seorang dokter.

"barusan, mau kemana kamu?"

"mau pergi keluar, sama sheila, kenapa memangnya?"

"Oh, engga mama cuma tanya aja, yaudah hati-hati, mama istirahat dulu, makan udh disediain nenek ya"

sebelum claira menjawab, ibunya itu sudah pergi terlebih dahulu. claira hanya mampu menghela nafas, lalu membawa kunci motor nya itu.

terlihat di ruang berkumpul keluarga, ada nenek beserta kakeknya tengah berbincang hangat sembari menonton televisi.

claira pun menyapa mereka dan meminta izin untuk keluar, bermain bersama sheila.

"nek, kakek, ira izin keluar ya, nemenin sheila main ke pasar malem, deket kok" izin claira

"loh ra, macem anak kecil aja ke pasar malem" ucap kakeknya

"iya ra, nga cape? makan dulu sana di meja makan udah ada makanan tuh, tapi kalo mau sekalian makan diluar mah gapapa, biar itu buat nanti kamu angetin" Jelas neneknya

"ira makan diluar aja ya nek, maaf. kakek protes mulu perasaan, iri ya ga bisa muda lagi?" ledeknya

"Sembarangan, cucu durhaka. tua-tua gini kakek masih ganteng" sombong kakeknya.

"narsis amat bos, udah ah mau pergi dulu, dadah nenek" ucap claira sembari pergi meninggalkan kakek nenek

"HEH, GA SOPAN GA PAMITAN SAMA KAKEK" teriak kakeknya.

"PROTES MULU, IYA IYA DADAH KAKEK TUA" usil claira

diruang keluarga sana, nenek claira hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah mereka berdua, dan kakek hanya mampu mendengus kesal, memang cucunya yang satu itu selalu kurang ajar kepadanya, cucu durhaka.

𝐃iary 𝐎f 𝐂lairaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang