Kakak ; NCT Dream 00L

1.1K 86 1
                                    

Lisa memijit pelipisnya kesal. Sudah yang kesekian kalinya dan keempat adiknya ini sama sekali masih belum jera karena sudah membuat masalah

Lisa mendapat panggilan dari sekolah bahwa ia harus datang ke sekolah karena mereka bertujuh baru saja mengusili salah satu murid baru, Arjuna.

"Kalian tuh kenapa sih? Emang gak capek apa ngasih surat pemanggilan wali ke kakak terus?" Tanya Lisa pada tujuh adiknya itu saat mereka tengah disidang oleh Lisa. Renjun, pria dengan kulit putih pucat itu menggeleng keras, diikuti dengan Jeno, Jaemin, dan juga Haechan.

"Kita tuh gak tahan kak, mukanya pantes buat di-bully!" Bela Haechan. Lisa menggeleng, "Muka kamu juga pantes buat kakak bully, terus kakak pernah gak bully kamu?" Tanyanya.

"Sering, kok." Bukan, bukan Haechan yang menjawab, melainkan Jaemin.

"Kakak gak bisa kalau kalian gak mau berubah," Ucap Lisa dengan nada serius. Jeno terkekeh, "Terus?" Jawabnya dengan nada menantang.

Emosi Lisa sudah di ujung tanduk. Bisa-bisanya Jeno menjawabnya dengan kata itu. Ingatkan Lisa untuk tidak datang ke pemakamannya suatu saat nanti.

"Terus kamu bilang? Kakak kerja buat kalian dan kalian masih bikin masalah?!" Lisa berteriak kesal. Mungkin teriakannya tak terlalu keras, namun cukup untuk memberitahu mereka bahwa ia sedang sangat marah.

"Yaudah, gak usah urus kita lagi habis ini. Simple, kan? Kakak marah-marah gak jelas, dan kita juga gak berubah. Jadi, buat apa?" Kali ini Renjun yang berbicara. Jeno entah mengapa ikut mengangguk, "Kita udah besar, Kak. Kita udah punya dunia sendiri sekarang. So, stop it here," Jaemin berkata pada Lisa dengan nada ketus

Dan tak mereka sangka, Lisa justru mengeluarkan sebuah anggukan. Membuat mereka semua tersenyum senang.

"Oke."

---

Sebagai kakak yang baik, Lisa akhirnya datang ke sekolah mereka. Ia mungkin sudah sepakat bahwa ia tak akan mengurus mereka lagi, namun karena ia sudah cukup dikenal di sekolah itu, Lisa memutuskan untuk datang.

"Saya minta maaf atas perlakuan adik-adik saya, ini sepenuhnya salah saya karena belum bisa mendidik mereka dengan baik," Ucap Lisa di depan Bu Ani, guru BK adik-adiknya.

Bu Ani menggenggam tangan Lisa yang ada di atas meja, "Saya tahu kamu sudah cukup baik, Lisa. Tidak apa-apa, saya bisa maklumi. Hanya saja saya sedikit miris, mereka bisa jauh lebih baik jika lebih dibimbing," ucap Bu Ani sambil tersenyum.

Lisa hanya mengangguk, lalu melihat jamnya sekilas.

"Saya akan membimbing adik saya lebih lagi, Bu. Saya izin undur diri, ada urusan jam segini." Ucap Lisa setelah menyadari kalau sekarang sudah pukul 11 lebih 46 menit. Usai berpamitan, Bu Ani mempersilahkan Lisa keluar dari ruangan BK yang sangat bersih itu.

"Oke, time to work! Jangan sampe hari ini gak ada pelanggan yang dateng!" Lisa menyemangati dirinya sendiri setelah keluar dari area SMA itu. Gadis itu mulai berjalan kaki menuju butiknya.

Ah, Lisa adalah seorang designer yang mungkin belum terlalu ternama. Namun, karya-karyanya sudah dikenal di kancah internasional. Ia mulai menjadi designer ketika berusia 20 tahun, tepat setelah ia lulus dari kuliahnya.

"Eh, Mba Lisa udah selesai dari sekolah?" Tanya Reya, salah satu karyawan di butik Lisa. Lisa mengangguk, "Ada yang datang?" Tanya Lisa balik.

Lalisa [Oneshoot/Twoshoot/Threeshoot LalisaxBoys]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang