3. Vicky Lalita

60 6 3
                                    

Hari sudah berganti lagi. Arez terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui jendela kamarnya. Cerah.

Arez memandangi cahaya itu dan terduduk sebentar. Hari ini sudah hari kedua setelah semester baru dimulai. Dia kesibukannya mungkin akan sedikit berkurang hari ini.

Tok! Tok! Tok!

Suara ketukan pintu pun terdengar. Sepertinya itu mamanya. Segera saja Arez bangkit dan membuka pintu kamarnya.

"Oh? Kamu udah bangun sayang? Mama kira kamu masih tidur." Suara lembut mamanya itu setiap pagi selalu menyambut paginya.

"Pagi ma." Arez pun berlalu setelah mengambil handuk. Dia akan mandi seperti biasanya.

"Eyy.. kamu nggak ada cerita bagus tentang adik kelas baru kamu?" Mamanya terlihat sangat antusias.

Arez diam saja dan masuk ke kamar mandi. Mamanya terlalu random. Tidak seperti papanya yang tegas, dingin dana jarang bicara. Kadang Arez bingung kenapa keduanya bisa menikah.

Sebagai ketua osis yang teladan, Arez tidak pernah terlambat sekali pun. Setiap hari Arez selalu tepat waktu. Baik bangun, mandi dan makan. Di meja makan, papanya terlihat sedang membaca koran sambil menikmati secangkir kopi buatan mamanya.

"Hari ini pun kamu harus fokus belajar." Satu kalimat yang sama setiap pagi yang di ucapkan oleh papanya.

Arez mengambil tempat duduk di tempat biasa. Pas di sebrang mamanya dengan disisi kiri ada papanya.

"Baik pa." Jawab Arez seperti biasanya. Dia pun mulai mengambil sarapannya.

Mamanya melihat kedua pria yang dicintainya itu. Selalu saja sama. Sangat membosankan. Walaupun dia mencintai keduanya, tapi masa keduanya harus melakukan percakapan yang sama sepanjang tahun?

Memang tidak ada yang bisa diperbuat kalau sudah menyangkut gen yang sama. Padahal saat putranya itu masih kecil mereka bertiga tampak lebih bahagia. Putranya yang cerdas dan ceria. Suami yang selalu perhatian dengan istri dan putranya.

Yah, walaupun suaminya selalu perhatian dengan dirinya. Tapi, bukannya dia terlalu dingin pada putranya?

"Jadi.. gimana adik kelas kamu? Banyak yang gemes, nggak?" Lontar Dewi, mama Arez.

Baik Arez dan papanya saling pandang. Lalu mereka berdua kembali melihat wanita malaikat mereka itu. Wajah Dewi terlihat cerah. Seperti sudah menunggu jawaban putranya.

"Ma. Arez nggak sempat perhatikan hal kayak gitu. Arez sibuk." Mau bagaimana pun Arez tidak bohong. Tapi, ada sih satu orang yang diperhatikannya.

"Benarkah?" Wajah Dewi terlihat kecewa karena jawaban putranya tidak sesuai ekspektasinya.

"Lagian untuk apa perduli soal itu? Lebih baik fokus belajar aja." Kini papa Arez, ikut nimbrung dalam percakapan ibu dan anak itu.

"Kamu diem aja deh. Sebagai papanya kamu itu terlalu cuek tau nggak? Masa anak kamu sendiri disuruh belajar terus? Kamu mau buat dia kayak kamu ya?" Mulai lagi. Omelan Dewi mampu membungkam sisi tegas suaminya itu.

Arez hanya bisa menghela nafas. Lalu dia segera menghabiskan sarapan dan susunya. "Aku berangkat duluan pa. Makasih makanannya ma." Arez pun menyalim kedua orang tuanya itu.

"Hmm.. jaga terus fokus--"

"Ih papa!" Dewi menepuk lengan suaminya itu.

"Ekhem!"

Arez lagi-lagi menghela nafas. Heran, kenapa papanya begitu penurut pada mamanya.

"Kamu, harus cari tau apa ada adik kelas yang lucu. Pulang nanti ceritakan sama mama." Paksa Dewi dengan menahan tangan putranya itu sampai mendapat jawaban yang memuaskannya.

Es Gulali {Sedingin Es vs Semanis Gulali} [Wonsung]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang