Harusnya berita Miku anak dari Mickhael sang pengusaha sukses yang berhasil melahirkan anak kembar laki-laki menjadi perbincangan di seluruh media sosial. Akan tetapi hal itu tidak terjadi.
Tentunya tertimbun oleh berita pembunuhan yang kejam karena korban mengalami mutilasi tubuh.
"Korban pembunuhan berinisial R (25) ditemukan dalam keadaan termutilasi di depan kediaman keluarganya."
"Terbukti bahwa sebelum kematian korban R (25) terlebih dahulu mengalami kekerasan fisik."
"Tidak jelas alasannya mengapa R (25) menjadi koran pembunuhan yang begitu kejam."
Boran yang melihat beritanya sampai muntah-muntah karena merasakan mual melihat organ-organ korban berceceran di halaman rumah korban. Miku sampai-sampai harus menyuruh perawat untuk meriksa keadaan Boran.
Miku mengalihkan perhatiannya dari kedua anaknya ke Syaina yang baru saja datang. "Bunda."
Syaina tersenyum lembut. Dia mengecup penuh kasih sayang pipi anaknya juga cucunya. "Gimana kabar, Adek? Ada yang sakit?"
"Masih sedikit nyeri aja bekas operasinya."
"Enggak apa. Nanti pasti sembuh."
Miku menggangguk. Kemudian suasana menjadi sunyi. Miku tidak memiliki masalah dengan Bundanya. Dia menyanyangi Syaina karena sejak dia kehilangan Ibu kandungnya Syainalah yang merawatnya dengan penuh kasih.
Ibu kandungnya meninggal karena tidak bisa menahan rasa sakit setelah melahirkan dengan normal. Dan setelah itu dia hidup hanya berdua dengan Ayahnya sampai dia berumur tiga belas tahun barulah Ayahnya menikah dengan Syaina.
Mungkin karena pernikahan Ayahnya dengan Syaina di usia dia yang sudah mengerti dengan apa pun, itulah kenapa dia masih memiliki rasa canggung terhadap Syaina sampai sekarang. Begitu juga dengan Syaina. Apa lagi Syaina sendiri memiliki jiwa yang sulit untuk membangun hubungan.
"Apa nih? Ngopi ngapa ngopi," celetuk Mickhael begitu dia memasuki ruangan inap Miku dan mendapati suasana yang terlihat canggung.
Miku menatap sinis pada Ayahnya. Sedangkan Syaina tersipu malu. Mickhael tertawa dengan keras. "Aduh, imutnya anak dan istriku."
"Ayah bodoh."
"Heh! Ayah ini pintar!"
"Bodoh!"
"Pintar!"
"Mana ada orang pintar ngaku pintar."
"Ada! Ayah buktinya!"
Syaina tersenyum kecil. Dia menepuk pinggang Mickhael yang masih berdiri bermaksud menyuruh untuk duduk. Mickhael menurut.
"Kamu udah ada nama untuk bayi?"
Miku menghela napas. Dia menatap Syaina dengan lesu. "Ada. Tapi Boran marah, katanya nama yang aku kasih jelek."
Alis orangtuanya mengerut. Terlihat sudah tahu sejelek apa nama itu. "Memangnya kamu buat apa?"
"Satu sama Dua."
Kalau tadi ini adalah anime pastinya rahang Mickhael dan Syaina sudah jatuh sampai menyentuh lantai.
"Kamu enggak mikirin nama yang bagusan dikit?"
"Itu udah bagus, Yah. Jadi enggak bakalan repot manggilnya."
Mickhael mengusap wajahnya dengan satu tangan. Dia memang sudah mengira ide anaknya akan jelek tapi dia tidak terbayang kalau akan sejelek ini.
"Biar Ayah aja yang kasih nama."
"Terserah, Ayah."
"Gimana kalau Titik dan Koma?"
Plakk!
Pundak Mickhael menjadi sasaran tamparan istrinya.
"Ayah bodoh!"
"Kamu juga bodoh!"
Tolong sabarkan hati Syaina. "Sebenarnya Bunda ada nama.
"Siapa namanya?"
"Alpratama dan Eldwi."
Tidak ada bantahan. Dengan demikian kedua kembar mendapatkan nama yang bagus. Dengan panggilan Al dan El.
Miku menatap bayi kembar. Bayinya kembar identik. Yang membedakan hanya warna mata mereka. Al memiliki warna bola mata hitam pekat sedangkan El memilikinwarna bola mata coklat terang seperti miliknya.
Bayi kembar sangatlah tampan sekali untuk ukuran anak bayi. Sampai-sampai Miku terpesona. Tapi ada satu hal yang membuat moodnya buruk. Bayi kembarnya tidak memiliki sedikitpun kemiripan dengannya kecuali warna bola mata pada El.
"Mirip orang yang merkosa kamu mungkin," kata Boran. Miku mengiyakan di dalam hatinya. Kalau bukan mirip dia ya mirip siapa lagi?
"Tapi bagus deh, kalau mirip kamu pasti jelek."
Saat itu juga bantal mendarat pada wajah Boran. Boran mendengus sebal. "Kamu enggak kepikiran kalau dia bakalan nyariin kamu?"
"Enggak. Dan sebaiknya enggak nyariin."
"Aku tahu kamu malas sama hal-hal yang merepotkan. Tapi masa sedikitpun kamu enggak ada kepengin dia datang?"
Miku menghela napas. Dia mendongak, menatap langit-langit kamar inapnya. Dia pejamkan matanya. "Kalau dia datang nyariin, dia bisa mati. Meskipun sekarang udah terlanjur mati. Mana bisa datang lagi."
Miku tahu perbuatan Ayahnya. Dia kenal Ayahnya siapa dan apa perkerjaan Ayahnya selain di permukaan khalayak. Dia juga tahu seberapa posesive Ayahnya terhadap dirinya.
Selama ini dia hanya menahan dirinya dan memilih untuk abai. Dia bukan tidak tahu kalau kamar kosnya dipenuhi dengan kamera pengintai. Dia juga bukan tidak tahu kalau Boran itu teman yang dipilihkan oleh Ayahnya untuk dirinya meskipun Boran sendiri tidak mengetahui fakta tersebut.
Dia bahkan bukan tidak tahu kalau sudah banyak manusia yang dibunuh Ayahnya karena mendekati dirinya. Dia hanya memilih abai. Meskipun tidak sepenuhnya. Itulah mengapa dia tidak pernah mau diajak bermain dengan orang lain kecuali Boran.
Dan dia juga bukan tidak tahu kalau di awal kehamilannya, Ayahnya berniat menggugurkan paksa kandungannya. Tapi untungnya Bundanya menahan sang Ayah dengan alasan kalau dia juga akan kesakitan.
Ayahnya menang gila. Tapi dengan begitulah kehidupan Miku berjalan dengan damai tanpa ada yang berani mengganggunya bahkan saingan Ayahnya sendiri seperti yang dioverthingkingkan oleh Boran. Tidak ada yang berani menyentuh dia kecuali mereka yang tidak mengenal Ayahnya.
Miku mengusap wajah bayi kembar. "Papa hanya bisa berharap kalian tidak mengikuti jejak Kakek kalian."
Sekali lagi Miku mendongak, menatap langit-langit kamar inapnya. Mengingat wajah dari dia yang dengan senang hati menawarkan kebahagiaan kepadanya tanpa tahu tawarannya dibayar dengan nyawanya.
Saya tahu yang saya lakukan ini salah. Tapi saya sudah tidak menemukan jalan lain. Saya mengetahui fakta kalau kamu bisa mengandung, dan menjadikan saya nekat. Tunggu saya dalam waktu dekat, saya akan menjemput kamu dan membawa kamu ke tempat dimana kebahagiaan yang hanya ada. Kebahagiaan kita. Dan anak-anak kita. Aku sangat mencintai kamu, Miku.
Renner
•••••
TBC

KAMU SEDANG MEMBACA
TO RETURN
General FictionMiku adalah orang yang pemalas dalam beraktivitas, santai dalam melakukan apa pun, dan bodoh amatan dalam menghadapi segala hal. Bahkan, ketika dirinya dinyatakan sedang hamil pun, Miku tetap biasa aja. Kalau katanya, "ya udah sih biarin."