10. Rasa Yang Mengudara

33 21 2
                                    

Happy Reading
.___________________.

Barang kali kita bisa mengutuk dunia, mungkin Yesha akan mengutuk dunia untuk kali ini. Pasalnya, bel pulang sudah berbunyi sepuluh menit lalu dan kini satu persatu siswa/i mulai pergi setelahnya. Menyisahkan hanya beberapa orang yang menunggu jemputan, Yesha misalnya?.

"Ah, kayaknya emang salah gue percaya sama Mas Hamdan. Mau nelfon Ayah hp malah mati, sial banget gue" Monolog Yesha sendiri dan berharap tak ada yang mendengar hal itu.

"Yesha, aku udah dijemput. Duluan ya" Entah sudah berapa kali teman-temannya mengucapkan hal itu, Yesha sudah lupa.

"Issa? Kok belum pulang?" Ah, suara ini.. Suara milik seseorang yang selalu Yesha tunggu kehadirannya. Dhika tampak berdiri tegap didepannya. Oh, ayo lah. Kali ini Yesha tak bisa menghindar jika Dhika sangat tampan jika dilihat.

"Dhika? Ngapain disini? Nunggu Mas Hamdan jemput Ka" Barangkali dunia ingin bermain-main dengan Yesha, sungguh. Yesha akan marah kali ini.

Entah sejak kapan langit mendung, namun kini langit tengah menangis, mungkin? Terpaksa Yesha Dan Dhika harus duduk bersama dibawah halte sekolah Yesha dan menunggu hujan reda.

"Btw Ka, lo belum Jawab pertanyaan gue," sudah menjadi kebiasaan Yesha mungkin akan menanyakan pertanyaannya ulang hingga mendapatkan jawabnnya

"Issa, kebiasaan lo dari dulu emang gapernah berubah ya. Gue ga sengaja lewat aja tadi, ngeliat langit mendung jadi gue kesini dan malah ketemu lo yang belum dijemput. Btw Sa mas Juan bilang sama gue kalau hari ini dia sama Mas Hamdan bakal pulang lambat, dia bilang kalau gue ketemu lo di depan sekolah suruh bareng aja" Jelasnya. Dan dia bahkan masih hafal kebiasaan Yesha itu, juga apa tadi katanya? Ga sengaja lewat? Bahkan jarak antara sekolah Yesha dan Dhika bisa dibilang cukup jauh, meski tak sejauh itu. Masa dia lewat sini hanya untuk menjemput Yesha?.

"Hujan nya udah mulai reda sih Sa, mau pulang sekarang? Tapi temenin gue ke toko buku dulu ya Sa? Mau cari kado buat temen gue" Ujar Dhika

"Hm? Terserah lo sih. Kan lo yang bawa motornya" Balas Yesha Seadanya

Mungkin Yesha melupakan beberapa temannya yang belum dijemput juga. Ah, siap-siap saja dirinya kalau besok atau mungkin nanti di roomchat mereka menanyakan hal ini padanya.

Yesha melihat Dhika membuka Hoodienya dan menaruhnya di bahu Yesha. "Pake Sa, udara dingin ga baik buat lo. Tas lo taruh depan aja bareng tas gue" Ucapnya seraya mengambil tas Yesha dan dia taruh didepan bersama tasnya.

"Iya Kaa" Balas Yesha, ia kini sedang memasangkan Hoodie milik Dhika ketubuhnya. Tampak kebesaran, pikirnya.

"Kebesaran ya Sa? Lo kecil sih, lucu jadinya. Lain kali lo gue kasih Hoodie gue deh, lucu liat lo pake Hoodie yang kebesaran gitu" Ucap dhika dan mengacak rambut Yesha namun setelahnya dia malah membenarkan rambut Yesha yang acak-acakan

"Rambut gue yang di acak kenapa hati gue yang acak-acakan? Sadar Yesha" Batin Yesha

Kedua kedua remaja itu mulai membelah jalanan untuk menuju sebuah toko buku yang cukup besar. Dhika lantas memarkirkan motornya untuk membawa Yesha masuk kedalamnya.

Spontan Dhika menggandeng tangan Yesha untuk berjalan menuju rak buku novel yang sedang disukai saat ini.

"Sa? Menurut lo bagusan yang mana? Ini atau ini?" Tanya Dhika meminta pendapat Yesha

"Tergantung temen lo suka yang genre apa. Emang temen lo suka genre apa?" Balas Yesha

Dhika menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. "Hm, dia lebih suka buku yang genre Angst? Atau Romance? Gue kurang tau Shaa" Jawab Dhika cepat

Untuk Dhika ll Guinn Myah ft. Daniel KimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang