Aku sekarang berada di kamar Lintang, memandangi wajahnya yang makin dilihat makin mirip dengan kak Kinar. Setelah kejadian tadi siang, aku menyuruh mba Rarah untuk istirahat. Lintang sampai memanggilnya mama, berarti bu Abi tidak hanya sekadar mirip, tapi persis. Aku yang pertama kali lihat dari kejauhan saja langsung terpaku.
Tiba-tiba ponsel di sakuku bergetar. Aku yang tersadar dari.lamunan pun langsung merogoh dan membuka benda pipih itu. Ternyata ada satu pesan dari kak Reza.
Kak Reza
OnlineKamu jemput Adel sekarang, aku ada meeting. —03.00 PM
Aku langsung membalas pesan tersebut. Setelahnya, aku keluar kamar dengan hati-hati tanpa menimbulkan suara yang berarti. Ketika aku sampai di dapur untuk mengambil minum, aku bertemu dengan mba Farah yang tengah duduk di meja makan.
"Eh, Bu Kania mau ke mana?" tanyanya.
"Saya mau jemput Adel," ucapku, "kamu udah tenang?" lanjutku bertanya.
Sedari pagi aku perhatikan Farah sepertinya sedang tidak fokus. Entah apa yang dia pikirkan, tapi kalau Lintang sampai dalam bahaya lagi seperti tadi siang, aku bakal waswas ninggalin Lintang.
"Udah, Bu. Terima kasih udah kasih saya istirahat. Tadi pagi kakak saya bilang kalau ibu lagi sakit, jadi saya kepikiran terus. Barusan saya dikasih kabar lagi kalau keadaan ibu membaik, jadi saya sedikit lega," terangnya panjang lebar.
"Syukurlah, kamu mau pulang kampung? Saya bisa bantu ijinin ke pak Reza," tawarku.
Dia menggeleng pelan. "Enggak, Bu, makasih. Saya baru beberapa minggu lalu minta libur masa sekarang minta lagi."
Setelah perbincangan singkat tadi, aku berlalu ke luar. Aku berdiri di depan pagar seraya menunggu taksi online yang kupesan datang. Tiba-tiba, ada seorang wanita paruh baya melintas seraya memandangiku dari atas sampai bawah.
"Anu, maaf," ucapnya yang kemudian berhenti lalu menghampiriku.
Aku mengeratkan pegangan pada tali sling bag-ku. "Ada apa, Bu?"
"Mba mau ke mana?"
"Maaf, Bu, kenapa ya? Saya agak risih," ucapku jujur.
Wanita itu kemudian mengalihkan pandangan sebentar lalu berkata, "maaf, saya cuman mau mengingatkan, entah kamu mau percaya atau enggak. Hati-hati karena hari ini kamu akan ngalamin kejadian yang gak enak. Maaf kalau ini buat kamu gak nyaman, semoga Tuhan selalu memberkatimu."
Aku mengerutkan kening. Di saat bersamaan, setelah wanita tadi pergi, taksiku datang. Bohong kalau aku ga kepikiran soal ucapannya tadi. Sekarang aku jadi ketar-ketir sendiri, kejadian apa yang bakal menimpaku?
Selama perjalanan, aku selalu waspada. Tetapi, 20 menit kemudian ketika sampai di sekolah Adel, tidak terjadi apa-apa. Aku mulai berpikir kalau ucapan wanita tadi ngawur.
Aku duduk di bangku taman seberang sekolah Adel. Aku merogoh ponsel guna mengecek jam, dan ternyata sudah pukul 3.30 PM. Biasanya Adel keluar dari sekolah pada pukul segini, karena ini bukan pertama kali aku menjemputnya. Tetapi dengan adanya larangan kalau dia gak mau diantar olehku, apa dia bakal marah kalau aku yang menjemputnya sekarang?
Kulihat anak-anak mulai keluar. Sekolah fullday elit yang isinya anak pegawai tentu ekan membjat antrean mobil yang panjang. Mungkin aku doang yang jemputnya pakai taksi online, wkwk.
Adel menyebrang dengan beberapa temannya, tentu dibantu oleh satpam di sana. Aku mengerutkan kening saat Adel berjalan sambil menunduk. Aku tambah bingung saat Adel memberhentikan langkahnya. Ya, orang sekeliling tentu berteriak histeris. Bahkan jalan di depan sekolah Adel adalah jalan satu yang pasti akan ramai kendaraan.
"ADEL!" teriakku.
Aku berlari untuk menggapainya. Aku terhalang oleh beberapa mobil yang melintas. Tetapi kulihat semua kendaraan menghindari Adel yang masih mematung di sana. Aku sempat bernapas lega sesaat, lalu mataku menangkap sebuah mobil yang tengah melaju cepat ke arah Adel.
Kejadiannya sangat cepat. Aku mendorong Adel ke pinggir jalan, kemudian aku terpelanting beberapa meter di aspal sore yang saat itu masih panas terasa. Tubuhku mati rasa, walau buram aku bisa melihat Adel yang terduduk itu. Teriakan orang-orang, di mana ada terselip suara tangisan Adel adalah yang terakhir kudengar.
"Kak Kirana, Adel gak papa, kok."
TBC.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tentang Tiga Hati (Slow Update)
Romance(Sequel Kirana) Kisah ini diciptakan dengan cara berbeda. Berbagai sudut pandang dikerahkan dalam satu peristiwa. Ini bukan kisah asmara. Ini tentang kami. Ada yang dirundung penyesalan. Ada yang tengah diselimuti kekecewaan. Bahkan ada pula yang di...