Dalam keheningan malam disertai temaramnya ruang kamar, kehampaan menusuk pria berkepala tiga itu. Matanya terjaga hanya untuk menatap kegelapan, pun terpejam juga tak memengaruhi kantuknya untuk datang.
Tangannya direbahkan pada sisi ranjang yang kosong; merasakan dingin yang menjalar pada kulitnya yang telanjang.
Mengapa sekarang ranjangnya terasa lebih luas?
Ah, iya. Dirinya terlalu bodoh hanya untuk mengajukan pertanyaan tersebut; kendati pria itu sekadar membatin.
Setelah sekian lama, mengapa penghidunya masih bisa merasakan eksistensi wanita itu?
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kali Kedua [✔]
Short StoryPenyesalan memang selalu berada di akhir, tetapi terlalu bodoh jika itu terjadi untuk yang kedua kalinya. [Sekuel dari Cukup Sudah]